KAWASAN PASAR KLIWON SOLO SUDAH MULAI DIPADATI JAMAAH HAUL HABIB ALI, JADI SUMBER CUAN WARGA SEKITAR

 


Jum'at, 10 Oktober 2025

Faktakini.info

KAWASAN PASAR KLIWON SOLO SUDAH MULAI DIPADATI JAMAAH HAUL HABIB ALI, JADI SUMBER CUAN WARGA SEKITAR

-------------------------------------------------------------------

Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi merupakan peringatan tahunan untuk mengenang sosok ulama besar yang dikenal sebagai penyusun Maulid Simtudduror, salah satu kitab maulid paling populer di dunia Islam.

Kegiatan ini digelar di Masjid Riyadh, Pasar Kliwon, Kota Solo — tempat yang menjadi pusat aktivitas dakwah para habaib dan keturunan Habib Ali di Indonesia.

Tradisi haul ini biasanya berlangsung selama tiga hari, dan setiap tahunnya menarik ribuan jamaah dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri.


Momentum religius ini juga membawa berkah ekonomi bagi warga sekitar, termasuk Ganif.


Rumahnya yang memiliki empat kamar dan tiga ruangan besar ia sewakan dengan tarif Rp 200 ribu per hari untuk perorangan, dan hingga Rp 4 juta per hari untuk satu rumah penuh bagi tamu rombongan.


"Saya pasang harga Rp 200 ribu per hari. Tapi kalau ada tamu rombongan saya tempatkan ke ruangan yang besar dan bisa muat sampai 50 orang," imbuh ibu dua anak itu.


Ganif mengaku tak kesulitan memasarkan penginapannya.


Setiap tahun sudah ada pelanggan tetap yang memesan jauh-jauh hari lewat telepon atau WhatsApp. 


Bahkan, rumahnya kerap penuh sejak H-1 sebelum acara dimulai.


"Biasanya sehari sebelumnya, tapi kalau datangnya jamaah itu berbeda-beda. Ada yang datang jam 7 malam, ada yang jam 9 malam tapi yang pasti sehari sebelumnya," jelasnya.


Hanya dalam waktu tiga hari, Ganif Marina (61) mampu meraup keuntungan hingga Rp 7 juta.


Warga Kampung Gurawan, Kelurahan Pasar Kliwon ini sudah belasan tahun menjadikan rumahnya sebagai penginapan dadakan setiap kali peringatan haul digelar.


Lokasinya yang hanya berjarak sekitar 250 meter dari Masjid Riyadh — pusat kegiatan Haul Habib Ali — membuat rumahnya tak pernah sepi peminat.


"Ya sejak ibu saya masih ada mungkin lebih dari sepuluh tahun yang lalu rumah kami digunakan untuk penginapan," ujar Ganif saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (9/10/2025).


Saat penginapan penuh, Ganif dan keluarganya rela tidur di gudang atau di rumah sebelah yang juga ia sewakan jika belum ditempati tamu.


Tak hanya itu, ia juga membuka toilet umum berbayar untuk jamaah.


"Ya di depan itu juga ada toilet, itu saya sewakan untuk toilet umum. Kalau tarifnya buang air kecil Rp 2.000 dan mandi Rp 5.000," tambahnya.

Dari semua usahanya selama tiga hari penyelenggaraan haul, Ganif mampu mengantongi hingga Rp 7 juta.


"Ya untung, setahun sekali bisa dapat uang segitu. Ya kurang lebih Rp 7 juta bisa dapat soalnya," katanya sambil berkelakar.


Fenomena serupa tak hanya terjadi pada Ganif. Sedikitnya 20 rumah di kampungnya juga ikut disulap jadi penginapan dadakan setiap kali haul berlangsung.


Bahkan, ada warga yang rela pindah sementara ke desa agar rumahnya bisa disewakan.


"Kalau di kampung ini ada banyak, 20-an rumah lebih yang dijadiin penginapan dan ada juga yang buka toilet umum. Sampai ada yang milih sementara pulang ke desa pas rumahnya disewakan," pungkasnya.