Sanggahan terhadap Narasi "Uji Kesetiaan Warga NU pada 10 Agustus 2025"
Sabtu, 9 Agustus 2025
Faktakini.info
Sanggahan terhadap Narasi "Uji Kesetiaan Warga NU pada 10 Agustus 2025"
Oleh : Elmarwiyy
Narasi yang menyatakan bahwa "Tanggal 10 Agustus 2025 adalah uji kesetiaan warga NU, dan yang tidak hadir di Istiqlal berarti setia pada NU" adalah narasi yang tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga mencederai akal sehat dan nilai-nilai kedewasaan dalam berorganisasi.
*Pertama*, kesetiaan terhadap Nahdlatul Ulama (NU) tidak diukur dari kehadiran dalam satu kegiatan yang walaupun bukan merupakan inisiatif resmi dari struktur NU. Kesetiaan warga NU telah terbukti melalui komitmen mereka dalam menghidupkan tradisi Aswaja, menjaga kiai dan pesantren, serta terlibat aktif dalam kegiatan sosial keagamaan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman yang moderat.
*Kedua*, mengklaim bahwa ketidakhadiran dalam kegiatan tertentu, apalagi kegiatan yang berasal dari organisasi di luar NU sebagai tanda kesetiaan, justru merupakan bentuk simplifikasi yang dangkal. Ini narasi yang dipaksakan, seolah-olah loyalitas hanya bisa dibuktikan dengan mengikuti agenda tertentu. Padahal, NU adalah organisasi besar yang menjunjung tinggi kebebasan berpikir dan kematangan sikap warga nahdliyyin.
*Ketiga*, membangun dikotomi semacam ini, hadir berarti tidak setia, absen berarti setia adalah cara berpikir yang kekanak-kanakan, jauh dari tradisi ilmiah dan sikap bijaksana yang diajarkan para masyayikh NU. NU tidak pernah mengajarkan umatnya untuk bersikap eksklusif dan menebar kecurigaan terhadap saudara sendiri hanya karena perbedaan sikap terhadap satu agenda.
Kesimpulannya, narasi tersebut tidak sehat untuk keberlangsungan ukhuwah jamaah NU. Justru, saatnya semua pihak kembali pada prinsip *_tawassuth, tasamuh, dan tawazun atau Ta'adul_* yang menjadi ruh gerakan NU sejak awal, menghormati perbedaan, menjaga persatuan, dan mengedepankan kebijaksanaan dalam bertindak.