[Part 1] Siapa Sebenarnya yang Cocokologi, Habib Ali Bin Abu Bakar al-Sakran Atau Imad Sarman?
" Siapa Sebenarnya yang Cocokologi, Habib Ali Bin Abu Bakar al-Sakran Atau Imad Sarman?
Kalau kita ikuti logika Imad CS:
> “Karena Habib Ali bin Abu Bakar al-Sakran menulis nasab Ba’alawi beberapa abad setelah Sayyidina Ali bin Abi Thalib, maka beliau disebut cocokologi.”
Tapi bukankah Imad sendiri menulis narasi baru yang menyambungkan diri ke Sayyid Ajal (w. 664 H), padahal dirinya hidup 800 tahun kemudian? Di mana manuskrip primer? Di mana sanad ilmunya?
> Kenapa tak pernah ada ulama besar satu pun dari abad 8, 9, atau 10 H yang menulis bahwa keturunan Sayyid Ajal adalah para wali Tanah Jawa?
Justru, jalur Ba’alawi-lah yang disebut secara eksplisit oleh para ulama Nusantara—sebut saja:
Syekh Nawawi al-Bantani
KH Hasyim Asy’ari (dalam Muqaddimah Qanun Asasi)
KH Saifuddin Zuhri (Guruku Orang-orang dari Pesantren)
dan ribuan naskah lokal yang mencantumkan “as-Seggaf,” “bin Ahmad,” atau “bin Yahya.”
Kalau memang benar nasab “Sayyid Ajal” sebagai asal muasal Walisongo, kenapa tidak muncul dalam kitab mana pun di Nusantara sebelum abad 21?
---
🔥 Penutup Retoris: Yang Lama Memang Belum Tentu Benar, Tapi yang Baru Jelas Perlu Dicurigai
Dalam ilmu Islam, kita kenal istilah:
> "al-isnâd minad-dîn" – sanad itu bagian dari agama.
Jalur sanad Habib Ali bin Abu Bakar al-Sakran diuji oleh waktu, diterima oleh komunitas ulama lintas abad, dan menjadi fondasi spiritual umat. Sedangkan jalur lawannya justru lahir dari semangat “menggugat identitas”, bukan tahqiq ilmiah.
> Jadi, cocokologi itu siapa sebenarnya? Yang punya manuskrip, sanad, dan komunitas ulama... atau yang cuma punya hasil DNA, narasi baru, dan pengikut media sosial?
( Lanjut Bagian 2)
---------------
✍️ Tamzilul Furqon