Habaib Bukan Barang Bawaan Belanda: Koreksi Atas Klaim Penuh Bias
Selasa, 5 Agustus 2025
Faktakini.info
Habaib Bukan Barang Bawaan Belanda: Koreksi Atas Klaim Penuh Bias
Ketika saya menulis tentang peran Habaib Ba’alawi dalam sejarah Islam dan kemerdekaan Indonesia, muncul komentar klise namun menyesatkan:
“Habaib itu datang karena dibawa Belanda.”
Kalimat itu terdengar seperti punchline receh, tapi sayangnya diulang-ulang dengan penuh percaya diri seolah fakta. Maka mari kita buka kembali catatan sejarah yang sahih, bukan dari status Facebook sembarangan, melainkan dari literatur dan arsip resmi.
ð Belanda Datang 300 Tahun Terlambat
Belanda pertama kali menginjakkan kaki ke Nusantara tahun 1596 lewat Cornelis de Houtman. Sedangkan para Habaib dari Hadramaut, khususnya Ba’alawi, sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-13 Masehi. Nama-nama seperti Sayyid Ali bin Muhammad bin Husain Al-Ba’alawi disebutkan sebagai pelopor dakwah di Barus dan Sumatera.
Jadi kalau ada yang bilang Habaib datang “dibawa Belanda”, itu seperti mengatakan pohon pisang ditanam oleh tukang buah. Kebalik total.
ð Data Akademik: Jaringan Ilmu dan Dakwah Sebelum Penjajah
Prof. Azyumardi Azra dalam “Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara” menyebut bahwa sejak abad ke-13, ulama dan keturunan Nabi dari Hadramaut telah menjalin hubungan intens dengan para santri, raja, dan masyarakat di kepulauan Nusantara.
Kitab al-Mu’jam al-Latif karya Habib Ali bin Hasan al-Attas juga mencatat banyak nama Ba’alawi yang berdakwah dan menikah dengan penduduk lokal sejak awal masuknya Islam.
Mereka datang bukan sebagai pedagang senjata atau agen kolonial, tapi sebagai pembawa ilmu, akhlak, dan spirit tauhid.
ð Arsip Belanda: Habaib Justru Dianggap Ancaman
Dalam literatur kolonial Hadhir al-‘Alam al-Islami, pemerintah Hindia-Belanda mencatat bahwa kedatangan para Habaib dari Hadramaut justru dianggap “mengganggu stabilitas”, karena mereka punya kharisma tinggi dan dapat membangkitkan semangat perlawanan terhadap penjajah.
Belanda bahkan mencurigai setiap pergerakan para Sayyid karena mereka bisa membangkitkan kesadaran keagamaan dan perlawanan anti-kolonial.
Jadi, yang benar: Habaib bukan dibawa oleh Belanda, tapi justru dicurigai dan diawasi ketat oleh Belanda.
ðŠĶ Makam-Makam Sebelum Kolonial
Beberapa makam tua dari para habaib juga jadi bukti fisik yang tak terbantahkan. Di antaranya:
-Makam Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus di Luar Batang (wafat sebelum VOC berkuasa penuh di Batavia)
-Makam Habib Abdurrahman Assegaf di Pekalongan
Dan lainnya yang tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan.
-Makam Malik Ibrahim di Gresik (wafat 1419 M) — meskipun sebagian kelompok meragukan keterkaitan nasab beliau dengan Ba’alawi, banyak sumber tradisional menyebut beliau berdarah Arab dan sebagai pelopor dakwah Islam di Jawa jauh sebelum Belanda muncul.
Poinnya tetap: Islam datang bersama dakwah, bukan senapan.
ð Lalu, Siapa Penyebar Narasi "Dibawa Belanda"?
Biasanya muncul dari dua jenis pihak:
1. Mereka yang tak kuat bersaing di jalur keilmuan dan nasab, lalu mencari celah untuk mendiskreditkan jalur lain yang sahih dan berdokumen.
2. Kelompok yang sedang giat mengarang jalur nasab baru demi tujuan politis dan—sayangnya juga—transaksional.
Ya, di zaman sekarang, sertifikat nasab pun bisa dipasarkan. Tak sedikit yang menyesuaikan jalur nasab agar selaras dengan arah politik kekuasaan kekinian, atau untuk mempermudah “jual beli legitimasi.”
Mereka ingin tampak agung di mata publik, tapi terpaksa memotong-motong sejarah seperti menyusun lego. Dan ketika jalurnya disorot, mereka malah menyerang jalur lain dengan tuduhan kolonial, padahal sejarah berkata sebaliknya.
ðŊ Kesimpulan:
Para Habaib Ba’alawi hadir di Nusantara sebagai pelita dakwah, bukan sebagai perpanjangan tangan kolonial. Justru mereka menjadi pionir perlawanan spiritual, sosial, dan budaya terhadap segala bentuk penjajahan.
Dan jika hari ini masih ada yang bersikeras menyebut mereka dibawa Belanda, maka pilihan hanya dua:
Tidak membaca sejarah.
Atau sedang menutupinya dengan kebohongan baru.
✍️ Tamzilul Furqon Takmir Angkringan