"Baalawi dan Negara Tidak Bertabrakan, Justru Bergandengan. Anda Jangan Tegang🫢"

 



Selasa, 5 Agustus 2025

Faktakini.info

"Baalawi dan Negara Tidak Bertabrakan, Justru Bergandengan. Anda Jangan Tegang🫢"

Ulasan : Status Nyai Raden Linawati 

Ada yang menarik sekaligus meneduhkan dari agenda Dzikir Kebangsaan dan Ikrar Bela Negara yang akan digelar di Masjid Istiqlal, 10 Agustus 2025 mendatang. Di tengah gempuran narasi miring terhadap kalangan habaib dan sadah Ba’alawi, acara ini justru memperlihatkan wajah Indonesia yang sesungguhnya: agamanya mengakar, nasionalismenya membuncah.

Betapa tidak, acara ini diinisiasi oleh para ulama yang berakar silsilah keilmuan dan nasab, didukung penuh oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto, dan turut menggaet tokoh strategis seperti Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Muhammad Ali.

Ini bukan sekadar kegiatan keagamaan. Ini adalah peneguhan bahwa antara agama dan negara tidak sedang saling sikut—mereka justru saling jabat tangan, saling menopang. Dan siapa yang berdiri di titik tengah persenyawaan itu? Para ulama, habaib, dan tokoh tarekat yang sejak zaman dahulu menjadi jembatan antara langit dan bumi, antara mihrab dan medan juang.

Sayangnya, masih saja ada yang bersuara sumbang. Ada yang secara diam-diam, atau bahkan terang-terangan, melarang anggotanya hadir—entah karena ketakutan berlebihan, prasangka tak berdasar, atau mungkin karena terlalu asyik mengunyah narasi-narasi karangan tentang "negara dan habaib yang saling menjauh."

Padahal, faktanya justru sebaliknya. Dukungan dari pucuk tertinggi negara dan panglima pertahanan laut menjadi bukti bahwa para Ba’alawi tak sedang bertarung dengan negara. Mereka justru mengisi ruang spiritual kebangsaan, menyuarakan cinta Tanah Air, dan berdiri dalam barisan peneguh NKRI.

Maka, bagi Anda yang masih ragu, mari kita jujur: apa yang sebenarnya Anda khawatirkan dari sebuah dzikir dan ikrar kebangsaan? Bukankah sejak dahulu negeri ini merdeka dengan doa para wali dan darah para pejuang? Dan banyak di antara mereka—bernasab mulia dan berhati merdeka.

Kini saatnya kita hadir. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara batin. Hadir dalam semangat yang menyatukan, bukan membelah. Hadir bukan karena takut dicurigai, tapi karena sadar bahwa negeri ini butuh pelindung dari dua arah: yang berdoa dan yang bersenjata.

Dan kalau doa dan dzikir pun membuatmu curiga—mungkin bukan acaranya yang perlu ditinjau, tapi cermin di dadamu yang perlu dibersihkan.

✍️ Tamzilul Furqon Takmir Angkringan