Rektor UGM 2002-2007: Jokowi Tak Lulus Sarjana dari UGM, Nilainya Tak Cukup
Kamis, 23 Juli 2025
Faktakini.info, Jakarta - Wawancara Rismon Sianipar dengan mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Profesor Sofian Effendi, mencuri perhatian publik.
Dalam wawancara yang ditayangkan di akun YouTube Balige Academy, Kamis (17/7/2025), itu, Profesor Sofian Effendi meyakini Jokowi tak pernah mendapat predikat sarjana atau insinyur dari UGM.
Jokowi disebutnya hanya sampai program Sarjana Muda.
Nilai Jokowi disebutnya tidak cukup, sehingga tidak lulus program Sarjana (S1).
Sofian mengaku mendapat informasi ini berdasarkan cerita yang dia dengar dari sejumlah guru besar di Fakultas Kehutanan UGM.
Ia bertanya soal polemik Jokowi ini ke sejumlah guru besar Fakultas Kehutanan, yang dulunya juga kuliah seangkatan dan ada yang beberapa tingkat di atas Jokowi.
Dari informasi yang dia dapatkan, Jokowi masuk tahun 1980, bersama kerabatnya, Hari Mulyono.
"Pada tahun 1980 masuk, ada dua orang yang masih bersaudara yang masuk (Fakultas) Kehutanan, itu satu Hari Mulyono kemudian Joko Widodo,"
Keduanya, kata Sofian, dikenal beda nasib soal prestasi akademik.
Hari Mulyono, dikenal sebagai mahasiswa yang perform (pintar) dan aktif dalam kegiatan, termasuk mendirikan komunitas mahasiswa pendaki gunung Silvagama.
Tahun 1985, Hari Mulyono lulus program sarjana.
Beda dengan Jokowi, yang kata Sofian, tidak bisa lanjut ke program sarjana.
"Tapi Jokowi ini menurut informasi dari para profesor dan mantan dekan juga, itu pada tahun 1980-an tidak lulus. Juga saya lihat di dalam transkrip nilai yang ditampilkan oleh (Polri), kan IPK-nya itu tidak sampai 2," tutur Sofian.
Ia menjelaskan, saat itu kampus-kampus Indonesia masih pakai program sarjana muda dan sarjana.
Bila di fase sarjana muda nilai tak mencukupi, maka tak bisa lanjut ke jenjang sarjana.
Itulah mengapa, nilai Jokowi itu hanya membawanya sampai program sarjana muda dengan gelar B.Sc (bachelor of science), bukan Ir atau Insinyur.
Sofian mengatakan, Jokowi kena D.O atau drop out.
"Pada waktu itu masih ada sarjana muda dan doktoral jadi dia tidak lulus, tidak qualified, di-DO istilahnya, hanya boleh sampai sarjana muda, B.sc," kata Sofian menjabat Rektor UGM tahun 2002-2007 ini.
Rismon lalu menanyakan, dari mana Sofian mendapat informasi itu.
Sofian menjawab, ia mendengarnya dari sejumlah profesor di Fakultas Kehutanan UGM.
"Sumber saya valid," kata Sofian.
Sofian juga menjelaskan, eks dosen UGM yang diseret-deret dalam kasus ini, Kasmudjo, menjadi sumber yang dia tanyai.
Menurut Sofian, Kasmudjo tak pernah melihat skripsi dan kapan lulusnya Jokowi.
Bahkan, menurutnya, ada hal yang tidak ingin diungkapkan oleh Kasmudjo : skripsi Jokowi, waktu itu diduga menjiplak pidato salah satu dekan UGM, Prof. Sunardi.
"Prof Sunardi baru pulang dari Kanada, dia bikin makalah mengenai pengembangan industri kayu, dan itu dipakai (untuk skripsi Jokowi)," kata Sofian.
Sofian juga menjelaskan, perihal tak ada tandatangan pembimbing di skripsi Jokowi.
Menurutnya, skripsi Jokowi, tak pernah diuji.
Ia sempat menanyakan ini ke UGM.
"Dan (skripsi) itu tidak pernah diuji. Kosong (tanda tangan pembimbing). Itu saya tanya kepada petugasnya, mbak kok ini kosong semuanya, (dijawab) 'ya pak itu sebenarnya tidak diuji dan tidak ada nilainya', makanya tidak ada tanggal,"
"Jadi kalau dia (Jokowi) mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah. Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," kata Prof Sofian.
Sofian kemudian juga ditanya soal hubungan Jokowi dan Hari Mulyono.
Sofian mendapat kabar, bila ijazah yang diumbar oleh Jokowi ke publik, merupakan milik Hari Mulyono.
Ijazah itu, diduganya dibawa ke Jalan Pramuka, Jakarta, untuk kemudian dipalsukan.
Hari Mulyono adalah suami pertama dari adik Jokowi, Idayati, yang kemudian menikah lagi dengan Ketua MK, Anwar Usman.
"Kabarnya dia (Jokowi) pinjam ijazahnya Hari Mulyono itu. Hari Mulyono meninggal tahun 2018, dan itu dipinjam dari (Idayati) itu,"
"Nah, lemudian ijazah ini yang dipalsuin, dugaan saya, dibawa ke Jalan Pramuka untuk diubah. Jadi, itu kejahatan besar itu,"
"Dia kan selalu mengenalkan, bahwa itu ijazah yang dibawa-bawa itu, itu kan bukan foto dia. Itu penipuan besar itu," kata Sofian.
Sofian bahkan meyakini, bila ijazah Jokowi di UGM, tidak pernah ada.
"Jadi kalau ada informasi bahwa ijazah aslinya Jokowi itu hilang, itu tidak ada itu ijazahnya aslinya. Masak kalau hilang, tidak lapor polisi," kata Sofian.
Prof. Dr. Sofian Effendi, lahir di Bangka, 28 Februari 1945, adalah Guru Besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada.
Ia pernah menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada dari tahun 2002 sampai 2007 dan menjabat sebagai Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada tahun 1999 hingga 2000.
Sumber Foto : YouTube/Balige Academy