PROF SOFIAN EFENDI, KEBENARAN, KEJUJURAN & TAKARAN KEBERANIAN UNTUK MENYELAMATKAN LEGACY & MASA DEPAN BANGSA INDONESIA

 



Jum'at, 18 Juli 2025

Faktakini.info

PROF SOFIAN EFENDI, KEBENARAN, KEJUJURAN & TAKARAN KEBERANIAN UNTUK MENYELAMATKAN LEGACY & MASA DEPAN BANGSA INDONESIA

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.

Advokat 

Koordinator Non Litigasi Tim Advokasi Anti Kriminalisasi Akademisi dan Aktivis

Semalam (Kamis, 17/7), penulis mendapatkan informasi Surat Pernyataan Prof Sofian Effendi, yang membatalkan dan mencabut keterangan tentang masalah ijazah Jokowi, dibuat dan dibacakan berdasarkan tekanan. Melalui sumber yang penulis peroleh, tekanan itu berasal dari civitas akademika UGM.

Karena UGM adalah PTN, tentu saja tangan-tangan kekuasaan mampu menjangkau dan mendikte sesuai kehendaknya. Hanya saja, yang menjadi pertanyaan, bukankah kekuasaan hari ini dibawah kendali Prabowo Subianto? Apa pula, kepentingan Prabowo Subianto melakukan intervensi dalam kasus ini?

Jika intervensi Prof Sofian Effendi itu didalilkan berasal dari Prabowo Subianto, jelas tidak nyambung. Tidak ada korelasi kepentingan yang menghubungkan kausalitas dalam masalah ini.

Namun, jika intervensi dari Jokowi, baru ada kausalitas kepentingannya. Hanya saja, bukanlah Jokowi sudah purna tugas? Tak lagi menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia?

Mengenai hal ini, publik sudah paham. Meskipun secara de jure, Prabowo Subianto menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, namun secara de facto Prabowo 'berbagi kekuasaan' dengan Jokowi. Sampai-sampai, banyak pihak yang menyebut ada 'matahari kembar' di Republik ini.

Lantas, bagaimana dengan sikap Prof Sofian Effendi yang mencabut keterangan sebelumnya? Apakah, ini menjadi konfirmasi bahwa sejatinya ijazah Jokowi sahih?

Dalam konteks kebenaran materiil, justru pernyataan Prof Sofian Effendi yang ada dalam podcast bersama Rismon Sianipar lebih genue, sahih dan otoritatif. Karena dibuat dengan kesadaran, tanpa tekanan, bahkan dengan suasana rileks dan santai.

Kebenaran, berdiri tegak bersama rasa nyaman dalam pengungkapan. Namun, apabila kebenaran direpresi, maka yang hadir akhirnya bukan lagi kebeneran, melainkan hanya pembenaran yang sejalan dengan pesanan pihak yang merepresi.

Penulis tidak akan mengkritik Prof Sofian Effendi, karena mencabut pernyataannya. Karena bagi publik, yang mengikat adalah apa yang dinyatakan tanpa tekanan, yang sebelumnya telah secara jujur disampaikan dengan rasa santai dan nyaman.

Prof Sofian Effendi, telah menunaikan tugas dan amanah untuk jujur atas kebenaran yang dimiliki. Adapun pilihan untuk menghindari represi dengan membuat pernyataan pembatalan, adalah pilihan yang juga dibenarkan. Sebagaimana Amar bin Yasir, yang terpaksa mengatakan 'Hubab' untuk menyelamatkan jiwanya.

Bagaimana dengan pihak lainnya? Pihak, yang mengetahui segudang kebenaran dan berkantung-kantung informasi tentang kepalsuan ijazah Jokowi? Apakah, mereka memilih bungkam dan dikubur bersama aib yang diketahuinya, hingga Republik ini tak lagi memiliki sisa wibawa dihadapan rakyat dan dimata dunia?

Keridhoan atas adanya kezaliman, diam terhadap kezaliman, adalah bagian dari kezaliman. Dengan kapasitas dan segala keterbatasannya, Prof Sofian Effendi telah mengambil peran untuk tidak diam dalam kezaliman.

Lantas, apa pilihan Anda,  dengan informasi yang Anda miliki, saat segenap rakyat membutuhkan kebenaran tentang status keabsahan ijazah UGM Jokowi? [].