Logika sederhana nasab Ba’alawi untuk awam
Sabtu, 16 Mei 2025
Faktakini.info
• Logika sederhana nasab Ba’alawi untuk awam
Ketika menjelaskan isu nasab Ba’alawi kepada masyarakat awam, saya sering memberikan logika sederhana :
“ Begini, andai ada orang yang mengaku-ngaku keturunan Syaikhona Kholil tanpa bukti, siapa kira-kira yang paling tidak terima ? tentunya keluarga dan keturunan beliau sendiri kan ? bukan orang luar nan jauh disana “
“ pun begitu dengan Nasab Ba’aalwi ini, andaikan Ubaidillah itu sosok fiktif dan bukan anak dari Imam Ahmad Bin Isa, tentunya yang akan protes dan paling tidak terima adalah para keturunan dari putra-putra Imam Ahmad Bin Isa dari jalur yang lain ( Husein, Ali & Muhammad ), buktinya mereka adem ayem aja, tapi yang protes dan ribut malah Kiai dari Kresek Banten “
“ mungkin tidak ada diantara mereka yang ahli nasab dan mengkaji lebih dalam seperti Kiai Imad ? “
“ kata siapa ? Diantara mereka banyak yang pakar nasab, salah satu diantaranya punya banyak karya kitab Nasab, namanya Sayyid Waleed Yusuf Al-Rahim Al-Uraidhi Al-Husaini, keturunan Sayyid Ahmad Bin Isa melalui putranya Sayyid Ali yang berdomisili di Baghdad Irak. dalam berbagai kitabnya termasuk
غاية الإختصار في أنساب السادة الأطهار
Beliau mengkonfirmasi bahwa keluarga Ba’aalwi adalah bagian dari Ahlu Bait Nabi keturunan Imam Al-Uraidhi, bahwa Imam Ahmad Bin Isa memiliki putra bernama Ubaidillah, dan beliau berlaqob Al-Muhajir karena berhijrah dari Irak dan wafat di Hadhramaut ( bukan wafat di Najaf Irak seperti klaim tanpa bukti dari Kiai Abbas Buntet dll ) “
“ ok, begini juga, jika ada orang luar negeri menyatakan bahwa Syaikhona Kholil adalah tokoh fiktif, dan makamnya adalah makam palsu, maka siapa yang akan kamu percaya ? orang itu atau orang-orang Bangkalan sebagai penduduk setempat ? “
“ tentunya orang-orang Bangkalan sendiri “
“ begitu pula dengan kasus nasab Ba’aalwi ini, para penduduk Hadhramaut sejak ratusan tahun yang lalu turun temurun meyakini bahwa Makam Imam Ahmad Bin Isa ada di desa Husaisah Hadhramaut, makam putranya Ubaidillah ada di desa Bour, makam putranya Alwi ada di desa Bait Jubair, makam Al-Faqih Al-Muqoddam ada di Zanbal Tarim. andai mereka adalah tokoh-tokoh fiktif, dan makam-makam juga sejarah mereka terindikasi palsu, maka yang paling pertama protes tentu orang-orang Hadhramut sendiri, bukan Kiai Imad dan bapak-bapak PWI ! ini juga bukan hanya tentang makam saja, ada banyak peninggalan-peninggalan bersejarah baik itu masjid, rumah bahkan kampung-kampung yang dulu ditempati beliau-beliau yang dituduh fiktif itu, juga sosok-sosok yang berkaitan dengan beliau-beliau baik para gurunya, murid, keluarga dan orang-orang yang hidup di masanya. nyatanya tuduhan itu tidak semudah yang Kiai Imad bayangkan “
“ mungkin karena sejak dulu orang Hadhramaut semuanya Mukibin ? Jadi tidak ada yang bisa berfikir kritis, cerdas dan objektif seperti Kiai Imad dan PWI ? “
“ kata siapa ? Hadhramaut bukan hanya diisi kaum Aswaja atau Shufiyyin saja, lihat sosok dalam video ini, beliau adalah Syaikh Ali Bin Salim Bukayyir, bukan seorang Ba’aalwi, beliau bahkan termasuk ulama Hadhramaut yang paling banyak mengkritik para Habaib karena pemikirannya sering bersebrangan dengan mereka ( terkait masalah Istighotsah, tawassul dll ). tapi ketika mengomentari nasab para Habaib, beliau berkata :
“ udah nggak usah capek-capek, nasab mereka udah jelas tersambung kepada Ahmad Bin Isa, anak-anak muda kita ( dari kalangan sunni-salafi ) banyak yang berusaha meruntuhkan nasab mereka, apa yang mereka harapkan ? ini pembahasan yang sudah selesai ! “
pernyataan Syaikh Ali Salim Bukayyir ini tentu tidak bisa dipandang remeh, para ulama menyatakan salah satu kesaksian paling objektif adalah kesaksian positif seseorang tentang rivalnya sendiri ( شهادة الخصم لخصمه )
Kiai Imad dan para pendukungnya menyadari betul logika sederhana ini, demi itu beliau pernah mengklaim bahwa Mufti Yaman membatalkan nasab Ba’aalwi, pendukungnya sampai detik ini juga ngotot ingin mengesankan bahwa Ba’alawi tidak diakui di negeri asalnya sendiri dan hanya punya reputasi di Indonesia saja, sayangnya semua usaha itu sia-sia karena hanya berlandaskan berita hoax belaka
Jadi, jika internal keluarga Imam Ahmad Bin Isa Al-Muhajir yang di Irak saja mengakui, penduduk asli Hadhramaut bahkan ulama-ulamanya juga tidak ada yang mempermasalahkan, apa masuk akal jika kita justru lebih percaya kepada kesimpulan Kiai Kresek Banten yang bahkan nggak pernah sekalipun menginjakkan kaki di Yaman ?
“ tapi itu logika akal-akalan saja kan ? bukan kaidah ulama nasab ? “
“ bukan hanya akal-akalan, ulama nasab sering menyebutkan kaidah :
بلدي الرجل أعلم به من غيره
“ penduduk setempat tentu lebih tau dan paham daripada orang jauh di luar sana “
Pada akhirnya, kita memang tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir dan mengejar.