Ismael Al Kholilie: Habaib (seharusnya) adalah orang-orang yang paling dermawan
Sabtu, 17 Mei 2025
Faktakini.info
Muhammad Ismael Al Kholilie
• Habaib (seharusnya) adalah orang-orang yang paling dermawan
Hari ini saya membaca sebuah catatan menarik :
https://www.facebook.com/share/p/16SkvtEbts/?mibextid=wwXIfr
https://www.facebook.com/share/p/16SkvtEbts/?mibextid=wwXIfr
Ketika banyak yang berkata bahwa para Habaib hanya numpang besar di NU tapi nggak pernah punya jasa dalam membesarkan NU, ternyata jauh sebelum mereka lahir pada tanggal 6-11 Mei tahun 1933 NU membuat acara muktamar ke 8-nya di Batavia dengan fasilitas gedung megah “traktiran” seorang Ba’aalawi Sayyid Ismail Bin Abdullah Bin Alawi Al-Atthas.
“Sakha” atau kedermawanan adalah sifat yang membuat reputasi Ba’alawi membumbung tinggi di masa itu, saya jadi teringat kisah Gus Faiz, putra Kiai Syukron Ma’mun yang sekarang mulai sering diminta mengisi di berbagai majelis Habaib :
“ Saya dulu ketika masih kecil sering diajak abah hadir ke majlis kakeknya Habib Hud Al-Atthas, dulu saya sangat ngefans kepada beliau karena setiap ngajar beliau pasti bagi-bagi coklat, bahkan coklat Silverqueen yang waktu itu harganya lumayan mahal dan hanya ditemukan di toko-toko besar “
Disisi lain, saya mengenal seorang Kiai sepuh dari Jawa Tengah, dalam setiap acara di pesantrennya beliau sering mengundang para Habaib, tapi tahun ini beliau mengundang Kiai Imad untuk mengisi acara haul abahnya. putranya bahkan pernah menulis di status Wa :
“ Alhamdulillah sholawatan di alun-alun tahun ini bersih dari Ba’alawi “
saya bertanya-tanya dalam hati : apa yang membuat beliau-beliau sekecewa itu kepada para Habaib ? ketika di Surabaya, saya menyempatkan diri untuk sowan kepada beliau, kebetulan putranya adalah adik kelas saya di Sarang, ketika itu beliau bercerita :
“ saya ini mantan muhibbin lora, saya menyesal dulu pernah mempromosikan para Habib itu, santri dan alumni saya banyak jadi korbannya, ada yang kena 16 juta, 20 juta, bahkan 60 juta “
Mendengar itu saya semakin yakin, bahwa selain Kiai Imad, para Habib pendawir itu adalah orang-orang yang paling “berjasa” dalam meruntuhkan respek masyarakat kepada Sadah Ba’alawi. selain menganggap kastanya lebih tinggi dan suka merendahkan yang bukan golongannya, sejak dulu “ndawir” alias malak atas nama nasab adalah problem paling utama yang dikeluhkan oleh masyarakat luas terkait kelakukan oknum-oknum Ba’alawi. sebagian teman sesama alumni Tarim bahkan bercerita bahwa dia sudah malu ngundang Habaib ke majelisnya karena reputasi Ba’alawi di daerahnya sudah kadung buruk akibat ulah oknum-oknum itu yang ketika mendawir ke Kiai-Kiai pesantren bahkan bisa sampe 2 sampai 3 mobil ( Ndawir berjama’ah )
Sama seperti kalian, saya sendiri punya pengalaman berapa kali didawiri oknum baik secara online atau offline dengan berbagai motiv dan alasan, ada yang katanya buat acara santunan, haul kakeknya, ongkos pulang ke rumahnya, ngirim anaknya di pondok, ada juga yang minjam uang jutaan dengan iming-iming jubah yang “katanya” milik guru sekumpul . kadang saya nasehati dan kritik mereka :
“ Bib, antum minta-minta atas nama Nabi, apa antum nggak pernah baca Hadits Nabi :
ما يَزالُ الرَّجُلُ يَسْألُ النَّاسَ حَتَّى يَأْتِيَ يَوْمَ القِيامَةِ لَيْسَ فِي وجْهِهِ
مُزْعَةُ لَحْمٍ
“ Seorang laki-laki yang tiada henti-henti mengemis kepada manusia kelak akan datang di Hari Kiamat dalam kondisi tiada sekerat daging di wajahnya “
Kadang saya juga membalas :
“ Bib antum ini ahlul bait, sejak dulu ahlul bait itu ahlul jud wal karom, orang-orang yang dermawan, bukan malah minta-minta, ini kebetulan ana lagi bangun pondok, mungkin antum mau bantu, bisa kirim ke rekening ana :
000601001545566
atas nama Muhammad ismail
Bri “
dan alhamdulillah sejak saat itu beliau tidak pernah ngechat lagi..
Para Habaib yang kami ketahui di negeri asalnya tidak seperti itu, di Tarim para Habaib dikenal sebagai sosok-sosok yang sangat karom bin loman bin dermawan, banyak diantara mereka yang jadi pengusaha dan bekerja di Saudi, Qatar, Oman atau Emirates, yang paling masyhur diantaranya adalah Habib Sholih Baisyh dan Habib Syihab adik Habib Abu Bakar Al-Masyhur. ada juga Habib Salim Assyathiri yang kemana-mana bawa “tas uang” untuk dibagi-bagi, setiap berkunjung ke Indonesia, beliau istiqomah menjatah 100 dollar untuk setiap santrinya yang belum menikah, yang sudah berkeluarga diberi 200 dollar, belum termasuk orang-orang dhuafa’ yang beliau temui dalam rihlahnya. Saya sendiri selama 6 tahun study di Tarim digratisi Darul Mustafa sejak tahun pertama karena nilai yang lumayan diatas rata-rata.
فقيرهمُ حر و ذو المال منفق * رجاء ثواب الله في صالح السبل
“ orang kayanya loman-loman, orang miskinnya bebas tidak minta-minta “
Bait Imam Haddad ini sangat relate dengan para Sadah Alawiyyin disana, bagi orang-orang Tarim meminta-minta adalah satu hal yang sangat memalukan, ketika ada anak-anak bocil minta-minta, mereka pasti akan berkata sambil memegang janggut : Aibb !! jika anak-anak itu dari kalangan terpandang seperti Ba’aalawi entah seperti apa nasibnya di depan bapaknya jika kepergok minta-minta.
tentunya saya tidak menafikan bahwa Habaib di Indonesia buanyak juga yang loman-loman, kita mengenal sosok Habib Muhsin Al-Hamid ( Habib Ote ), ada juga Habib Saggaf Bin Mahdi Parung sahabat Gus Dur yang mengratisi belasan ribu santrinya, dan masih banyak Habib-Habib super dermawan lainnya ( yang sayangnya seakan “tertutupi” dan tak akan membuat tertarik Kiai Imad dan para pendukungnya )
kegaduhan bab nasab di masyarakat saya rasa banyak timbul akibat pembiaran terhadap oknum-oknum nakal seperti itu, yang menumpuk sedikit demi sedikit hingga akhirnya meledak sebagai sebuah bom waktu. betul kata Gus Baha’ : Nabi yang maksum sekalipun andaikan bersikap tidak sesuai dengan tata krama, akan mendapat kritik social dan akan mental di tengah masyarakat ( apalagi keturunan Nabi yang jelas-jelas tidak maksum )
و لو كنت فظا غليظ القلب لانفضوا من حولك
dan maha benar Baginda Nabi yang mengisyaratkan dalam dauhnya, bahwa jika kamu ingin disukai manusia, maka jangan tamak-tamak terhadap apa yang dimiliki oleh mereka
ازهد فيما عند الناس يحبك الناس
Demi itu mari kita perbaiki bersama, menasehati poro Habib itu bukan hanya kewajiban Rabithah Alawiah saja..
• Ismael Amin Kholil, Bangkalan, 14 Mei , 2025