Mukjizat Nabi dan Sikap Ingkar Kaum Kafir: Cermin Fitnah Sekte Imad Terhadap Para Habaib

 




Sabtu, 27 Desember 2025

Faktakini.info, Jakarta - Mukjizat Nabi dan Sikap Ingkar Kaum Kafir: Cermin Fitnah Sekte Imad Terhadap Para Habaib

Mekkah — Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW pernah menghadapi ejekan dan tantangan dari kaum kafir Quraisy. Mereka meragukan kerasulan beliau dengan berkata sinis, “Jika engkau benar seorang Nabi, belahlah bulan sebagai mukjizatmu.”

Menanggapi tantangan tersebut, Nabi Muhammad SAW tidak mengandalkan kekuasaan diri, melainkan sepenuhnya berserah kepada Allah SWT. Beliau naik ke atas bukit dan, disaksikan oleh penduduk Mekkah, memanjatkan doa kepada Allah. Atas izin dan kehendak-Nya, terjadilah peristiwa besar yang kemudian dikenal sebagai Mukjizat Terbelahnya Bulan.

Sebagian orang Mekkah yang menyaksikan langsung kejadian tersebut terperangah dan akhirnya menerima kebenaran risalah Islam. Namun, sebagian lainnya tetap ingkar. Mereka menolak mengakui mukjizat itu dan justru menuduhnya sebagai sihir, seraya berkata, “Ini hanyalah sihir Muhammad.”

Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa kebenaran yang disertai bukti nyata pun tidak selalu diterima oleh hati yang telah tertutup oleh kesombongan dan kebencian.

Fenomena serupa dinilai kembali terjadi pada masa kini, khususnya dalam kasus fitnah yang dilontarkan oleh kelompok Sekte Imad bin Sarmana bin Arsa alias PWI-LS terhadap para Habaib. Kelompok orang-orang gila nasab ini terus-menerus mempersoalkan dan menuduh nasab para Habaib sebagai palsu atau terputus, meskipun telah ditunjukkan berbagai bukti ilmiah dan historis.

Padahal, nasab para Habaib telah diakui secara resmi oleh Naqobah Asyraf dunia serta para ahli nasab internasional yang kompeten dan memiliki otoritas keilmuan. Namun demikian, kelompok tersebut tetap menolak fakta dan justru mengklaim bahwa dzurriyah Rasulullah SAW yang asli adalah kelompok mereka (PWI-LS) sendiri.

Ketua PWI-LS Abbas Tompel terang-terangan menyatakan dirinya cucu Sayyidina Hussein dan Nabi Muhammad SAW yang paling shohih. Na'udzubillahi min dzallik.

Sikap penolakan Sekte Imad terhadap kebenaran nasab Habaib ini tidak berbeda dengan sikap kaum kafir Quraisy di masa lalu. Sebanyak apa pun bukti yang disampaikan, bahkan jika disertai seribu satu dalil dan pengakuan resmi dunia, tetap tidak akan diterima oleh pihak yang hatinya telah dipenuhi kedengkian. Walaupun para Habaib sendiri tidak butuh apalagi meminta pengakuan dari kelompok Imad.

Sejarah kembali membuktikan bahwa persoalan utama bukanlah kurangnya bukti, melainkan keengganan untuk menerima kebenaran.