Pak Fauzan Mas'ud Dan Racun Etnosentrisme (Ketua PCNU Kab Semarang Antek PWI-LS Anti Arab).

 



Jum'at, 7 November 2025

Faktakini.info

Pak Fauzan Mas'ud Dan Racun Etnosentrisme.

.

Konteksnya: saya melihat video, pak Fauzan, yang ditulis sebagai ketua PCNU Semarang mengatakan "Negara Indonesia tidak sedang dijajah oleh Cina. Boten. Tapi kita dijajah oleh bangsa-bangsa arab". Dari sana beliau mendiskreditkan panggilan² ala-ala Arab "akhi, ukhti, ane, antum". Di akhir dia bilang "di jawa tidak mengenal istilah Habib!". Biuh 🤦‍♂️, saya baru paham arahnya kemana. 

.

Bantahan dari saya:

.

Pak Mas'ud (yang namanya pakai bahasa arab), di atas panggung anda menyebut sedikit anda dari Lirboyo. "Kang yasir ndi iki? Koncoku neng Lirboyo iku" begitu kayanya. Kok bisa ada alumni yang tidak tahu, ada instruksi masyayikh untuk tidak bicara lagi isu nasab? Kok bisa? 

.

Kedua, mempertahankan status kebudayaan kita tidak begitu caranya, pak. Tidak dengan menghina² dan menybut budaya lain sebagai "penjajah". Itu justru menunjukkan betapa anda mengidap penyakit "etnosentrisme". 

.

Etnosentrisme adalah pandangan atau keyakinan bahwa kebudayaan, nilai, dan tradisi kelompoknya sendiri adalah yang paling benar, paling baik, dan paling pantas.

.

Pak, Jangan karena anda orang jawa dan hidup di jawa lalu merasa siapapun yang datang ke jawa harus patuh dan tunduk pada tradisi jawa! Logika kebudayaan yang mana yang anda pakai?

.

Pak, Kita harus bangga pada identitas kita. Tapi, tidak dengan menghina-hina dan menyebut tradisi orang lain "penjajah". Toh mereka tak melanggar apa-apa: Hukum Islam tidak dilanggar, hukum negara tidak juga. Lalu dasarnya anti pada tradisi orang apa? 

.

Pak, tradisi itu bukan akidah. Kalau dalam akidah, kita memang harus merasa satu-satunya yang benar. Wong namanya "iman". Yo harus mantep. Itupun tidak boleh kita menghina-hina penganut agama lain. Kerukunan sosial tetap wajib dijaga.

.

Pak, Jika paham etnosentris ini dinormalisasi, maka islam berarti menjajah keyakinan yang sudah ada di Indonesia (Anemisme-Dinamisme). Dan orang Islam Indonesia harusnya melanjutkan tradisi-tradisi daerah meskipun itu bertentangan dengan Islam. Apa begitu?

.....

Pak, Sejauh ini, saya melihat PWI ini konsisten. Konsisten lebih mendahulukan jualan tendensi daripada referensi. Konsisten lebih jualan teriakan daripada pendidikan. Konsisten juga hanya ngomong itu² aja terus. Padahal dinamika masyarakat muslim sudah jauh meninggalkan mereka.

.

Sudah. Geram saya! (Link video di kolom komentar)