Serma Boengkoes: Komandan Cakrabirawa Yang Bertugas Menculik MT Haryono - Tragedi G30S PKI




Selasa, 14 Oktober 2025

Faktakini.info

Serma Boengkoes: Komandan Cakrabirawa Yang Bertugas Menculik MT Haryono - Tragedi G30S

Dalam pusaran gelap sejarah Indonesia, Serma (Sersan Mayor) Boengkoes adalah salah satu nama yang mencuat dari balik tragedi Gerakan 30 September 1965 (G30S). Ia bukan tokoh besar politik, bukan pula perwira tinggi, namun langkahnya di malam berdarah itu meninggalkan jejak sejarah yang tak bisa dihapus.

Sebagai Komandan Peleton Kompi C Batalyon Kawal Kehormatan Cakrabirawa, pasukan elit pengawal Presiden Soekarno, Boengkoes mendapat perintah langsung dari atasannya, Lettu Doel Arif, untuk menjalankan misi berbahaya: menculik Mayor Jenderal M.T. Haryono, salah satu anggota yang diduga bagian dari “Dewan Jenderal.”

Perintah dari Atas: Misi Menangkap Dewan Jenderal

Tanggal 29 September 1965 pukul 15.00 WIB, perintah itu datang.

Boengkoes mengaku tidak memahami sepenuhnya apa yang dimaksud dengan Dewan Jenderal, namun ia diberitahu bahwa kelompok tersebut berencana melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno.

Dalam kesaksiannya, Boengkoes menyebut bahwa di tubuh Angkatan Darat saat itu tampak dua kekuatan yang saling berseberangan Dewan Jenderal, yang dianggap anti-Soekarno, dan Dewan Revolusi, yang mengaku sebagai penyelamat sang Presiden.

Ketegangan politik dan militer mencapai puncaknya, dan Boengkoes, tanpa banyak bertanya, hanya menjalankan perintah sebagaimana layaknya prajurit.

Menjelang Subuh: Operasi di Rumah M.T. Haryono

Dini hari menjelang 1 Oktober 1965, tiga truk penuh pasukan Cakrabirawa meluncur ke kawasan Menteng, Jakarta Pusat, di bawah pimpinan Boengkoes. Rumah M.T. Haryono menjadi sasaran.

Sesampainya di lokasi, Boengkoes turun lebih dulu dan mengetuk pintu rumah sang jenderal.

Pintu dibuka oleh istri Haryono. Dengan sopan namun tegas, Boengkoes menyampaikan pesan:

> “Jenderal harus segera menghadap Presiden Soekarno sekarang juga.”

Istri Haryono berusaha menunda dengan mengatakan bahwa suaminya akan segera menyusul. Tapi Boengkoes bersikeras menunggu. Dalam ketegangan dini hari itu, Haryono muncul tak mau begitu saja dibawa. Ia melawan dan mencoba merebut senjata salah satu prajurit.

Tembakan pun meletus.

Boengkoes sendiri yang menarik pelatuknya.

Peluru bersarang di tubuh M.T. Haryono. Sang jenderal masih hidup ketika dibawa ke truk, tapi ajal menjemputnya dalam perjalanan menuju Lubang Buaya.

Darah di Lubang Buaya

Jenazah M.T. Haryono, bersama dua jenderal lain Ahmad Yani dan D.I. Pandjaitan dibawa dalam keadaan tak bernyawa pada 1 Oktober 1965.

Dua hari kemudian, pada 3 Oktober, mayat mereka ditemukan di sumur tua Lubang Buaya, bersama empat jenazah jenderal lainnya yang menjadi korban penculikan serupa.

Pemandangan mengenaskan itu mengguncang seluruh negeri, menandai awal dari gelombang besar perubahan politik Indonesia.

33 Tahun di Balik Jeruji

Atas perannya dalam tragedi itu, Serma Boengkoes dijatuhi hukuman penjara dan mendekam di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang selama 33 tahun.

Ia mengaku bahwa dirinya hanya menjalankan perintah militer, tanpa memahami konspirasi besar yang membungkus peristiwa G30S. Namun sejarah tak mengenal alasan pribadi Boengkoes tetap dicatat sebagai salah satu pelaku langsung penculikan dan penembakan M.T. Haryono.

Setelah lebih dari tiga dekade mendekam di balik jeruji, Boengkoes akhirnya dibebaskan pada 25 Maret 1999. Ia keluar dari penjara sebagai lelaki tua, menyimpan rahasia malam berdarah itu di dalam diamnya misteri yang tak sepenuhnya terungkap hingga kini.

Bayang di Balik Tragedi

Kisah Serma Boengkoes adalah potret getir tentang prajurit yang terseret dalam arus politik besar. Ia berangkat dengan keyakinan menjalankan tugas negara, namun berakhir sebagai simbol dari ketaatan buta dalam konflik yang penuh manipulasi dan propaganda.

Dalam sejarah bangsa, Boengkoes bukan pahlawan, bukan pula musuh sepenuhnya ia hanyalah bayangan dari sebuah tragedi besar yang menelan banyak jiwa dan mengubah arah negeri selamanya.

Sumber : Tribunnews.com

#SermaBoengkoes

#G30S1965

#Cakrabirawa

#MTHaryono

#LubangBuaya

#SejarahIndonesia

#TragediBangsa