Nanal Ainal Fauz: Fakta Sejarah Ba'alawi di Tanah Suci Makkah dan Madinah

 



Jum'at, 19 September 2025

Faktakini.info

Nanal Ainal Fauz

Fakta Sejarah Ba'alawi di Tanah Suci Makkah dan Madinah

Syaikh Nawawi Banten (w. 1897 M/1314 H) memiliki banyak murid. Salah satunya adalah Syaikh Abdus Sattar bin Abdul Wahhab bin Muhammad ad-Dihlawi (w. 1936 M/1355 H), seorang ulama pengajar di Masjidil Haram, ahli hadits dan juga ahli sejarah.

Dengan keahliannya di bidang sejarah Syaikh ad-Dihlawi menulis sebuah kitab yang memuat biografi kurang lebih 1800 ulama pada abad 13 dan 14 hijriyyah. Kitab itu berjudul Faidl al-Malik al-Wahhab al-Muta'ali bi Anba' Awail al-Qarn ats-Tsalits 'Asyar wa at-Tawali. Salah satu ulama yang beliau tulis biografinya dalam kitab tersebut adalah guru beliau sendiri, Syaikh Nawawi Banten.

Para peneliti sejarah Syaikh Nawawi Banten sangat kurang afdlol jika tidak merujuk langsung ke catatan Syaikh ad-Dahlawi ini. Karena catatan tersebut adalah data otentik yang ditulis oleh murid langsung Syaikh Nawawi Banten. Tidak hanya murid yang sekali datang saja, melainkan rutin ngaji di rumah Syaikh Nawawi Banten. Syaikh ad-Dahlawi menulis:
وكنت أتردد إليه دواما في بيته بشعب علي مقابل مولد سيدنا علي رضي الله عنه، وكان تدريسه بداره غالباً وبمدرسته، ويحتوي درسه غالباً على مائتي طالب بل أكثر، كما شاهدت ذلك بنفسي وحضرته مراراً.
"Dulu saya selalu berkunjung ke rumah Syaikh Nawawi di Syi'b Ali di depan tempat lahirnya Sayyidina Ali Radliyallahu Anhu. Kajian beliau seringnya di rumah. Juga di madrasahnya. Kajian beliau sering dihadiri 200 santri, bahkan lebih, sebagaimana saya melihat sendiri. Saya bolak-balik hadiri kajian beliau."

Syaikh ad-Dahlawi selain produktif menulis, juga aktif mengajar di Masjidil Haram. Santri yang pernah menghadiri halaqah kajian beliau ada banyak. Salah satunya adalah Musnid ad-Dunya Muhammad Yasin al-Fadani (1915 - 1990 M), ulama asal Padang yang kemudian hari menjadi rujukan sanad ulama seluruh penjuru dunia.

Syaikh Yasin al-Fadani hadir di kajian-kajian Syaikh ad-Dahlawi dalam ilmu hadits yang digelar di Bab al-Mahkamah asy-Syar'iyyah dalam Masjidil Haram. Dari beliau Syaikh Yasin mendengarkan Hadits Musalsal bil Awwaliyyah, juga meriwayatkan kitab al-Awail as-Sunbuliyyah. Syaikh Yasin al-Fadani mendapat ijazah khossoh muallafat beliau, dan ijazah ammah seluruh marwiyyat. Syaikh ad-Dahlawi menuliskan ijazah untuk Syaikh al-Fadani yang kemudian ijazah tersebut Syaikh al-Fadani muat dalam kitab Bughyah al-Murid.

Syaikh Abdus Sattar ad-Dihlawi selain menulis Faidl al-Malik al-Wahhab al-Muta'ali juga menulis kitab-kitab lain. Sebagian besar masih berupa manuskrip yang belum dikhidmahi dan diterbitkan. Salah satunya adalah kitab Mawaid al-Fadli wa al-Karam al-Jami'ati li Tarajim Ahli al-Haram. Kitab ini memuat biografi para ulama yang tinggal di sekitaran al-Haram al-Makki, sesuai dengan nama keluarga (Buyutat) dan nasab.

Adapun keluarga (buyutat) yang Syaikh ad-Dahlawi sebut pertama dalam kitab ini adalah keluarga yang nasabnya bersambung kepada Rasulullah Shallallah Alaihi wa Sallam. Dimulai dari keluarga Hasaniyyun (keturunan Sayyidina Hasan bin Fathimah binti Rasulullah), dan dilanjut dengan keluarga Husainiyyun (keturunan Sayyidina Husain bin Fatimah binti Rasulullah). Salah satunya keluarga Husainiyyun adalah keluarga Ba'alawi. Berikut ini catatan Syaikh ad-Dahlawi tentang Ba'alawi.

Syaikh ad-Dahlawi berkata pada halaman 87 (halaman manuskrip):

وأكثر السادة المتوطنين بالحرمين الشريفين هم آل باعلوي الذين انتشر ذكرهم في حضرموت ثم صاروا يقدمون من حضرموت إلى مكة والمدينة وغيرهما من بلاد الله.
"Mayoritas para sayyid keturunan Nabi yang menetap di Tanah Suci, Makkah dan Madinah, berasal dari keluarga Ba‘alawi — sebuah nasab mulia yang mula-mula masyhur di Hadramaut. Dari wilayah itu, mereka kemudian berhijrah ke Makkah, Madinah, dan berbagai penjuru negeri lainnya."

وهم من نسل الفقيه المقدم، وهو من ذرية عيسى المهاجر، وينقسمون إلى سقاف وعطاس وحبشي وجفري وما أشبه ذلك.
"Mereka adalah keturunan al-Faqih al-Muqaddam, seorang tokoh dari keturunan ‘Isa al-Muhajir. Keluarga besar ini kemudian berkembang menjadi berbagai cabang seperti al-Seggaf, al-‘Aththas, al-Habsyi, al-Jufri, dan lainnya."

فهؤلاء السادة هم المسلَّم لهم؛ لحفظ أنسابهم، وهم المعروفون عند نقيب السادة في مكة والمدينة، ولا يكون نقيب السادة في الحرمين إلا منهم.

"Sadah Ba‘alawi inilah yang nasab mereka disebut sebagai musallam lahum (yakni pihak yang nasabnya telah diakui secara sah tanpa bantahan), karena ketelatenan mereka dalam menjaga dan merawat silsilah keluarga. Mereka pula yang dikenal di kalangan Naqib al-Sadah (pengurus urusan nasab para sayyid) di Makkah dan Madinah. Bahkan posisi Naqib as-Sadah di kedua kota suci itu tidak pernah diemban kecuali oleh kalangan mereka."

ودفتره تضبط مواليدهم أينما كانوا، وتحصر أسماءهم وتحفظ أنسابهم على الطريقة المعروفة عندهم لاقتسام وارداتهم من أوقاف ونحوها.
"Buku catatan nasab milik Naqib Sadah tersebut mencatat secara cermat kelahiran anak-anak dari keluarga ini di mana pun mereka berada. Catatan ini menghimpun nama-nama mereka dan menjaga silsilah keturunan berdasarkan metode turun-temurun di kalangan mereka yang telah diakui, sebagai dasar dalam pembagian hasil wakaf dan sejenisnya (sesuai ketentuan pewakaf)."

Masih dalam kitab yang sama, tepatnya dalam halaman 81, Syaikh Abdus Sattar ad-Dihlawi juga berstatemen tentang Sadah Ba'alawi:

وقد اختص السادة المعروفون بآل باعلوي برييس لهم يكتب أسماء من ولد منهم في دفة شيخهم، وعرفوا بالصلاح، ولهم عادات خاصة.

"Para Sadah yang terkenal dengan sebutan Alu Ba'alawi memiliki keistimewaan khusus dengan pimpinan mereka yang mencatat nama-nama anak yang lahir dari keluarga mereka pada buku catatan nasab milik pimpinan mereka. Mereka dikenal dengan kesalehannya. Mereka memiliki beberapa kebiasaan khusus di kalangan mereka."

Seperti inilah catatan murid Syaikh Nawawi Banten dan guru Syaikh Yasin al-Fadani tentang Sadah Ba'alawi. Beliau menyebut nasab Sadah Ba'alawi nasab yang diakui dan tak ada yang menyelisihinya. Beliau juga menyebut di Makkah dan Madinah tak ada Naqib as-Sadah kecuali dari mereka.

Ulama besar seperti Syaikh Abdus Sattar al-Dahlawi saja mengakui keistimewaan-keistimewaan Sadah Ba'alawi ini. Masak kita yang bukan siapa-siapa dan tak punya jasa apa-apa mengingkarinya? Yuuuk. Berlaku adil dan inshof. Semoga Allah selalu menuntun kita dalam jalan kebenaran. Aamiin.

رضي الله عن ساداتنا آل باعلوي وعن البنتني والدهلوي والفاداني ونفعنا بهم وأعاد علينا من بركاتهم ونفحاتهم، آمين.

Nanal Ainal Fauz
Pati, 18 September 2025