DIPONEGORO BA'ALAWI?

 



Rabu, 24 September 2025

Faktakini.info

Nassirun Purwokartun

DIPONEGORO BA'ALAWI?

Banyak orang yang ribut karena Pangeran Diponegoro disebut klan Ba'alawi.

Tapi, saya tidak mengikutinya. Karena ga ada waktu melayani keributan itu.

Cuman, beberapa orang komen di status saya, marah-marah, dan menuduh kalo nama gelar "Sultan Abdul Hamid" adalah bukti Pangeran Diponegoro tengah di-Ba'alawi-kan.

Saya kemudian menjelaskan tentang gelar itu. Gelar yang memang disandang oleh Pangeran Diponegoro sejak pertama diangkat menjadi raja oleh pengikutnya.

Tentang gelar Sultan Abdul Hamid ditulis jelas di Babad Kedung Kebo. Babad yang ditulis pada tahun 1840-an.

Sementara gegeran Ba'alawi bukannya baru kemarin?

Jadi, nama Sultan Abdul Hamid adalah gelar ketika diangkat jadi raja.

Tapi penjelasan saya tidak diterima. Malah menuduh saya bagian dari kaum yang ingin mem-Ba'alawi-kan sang pangeran.

Padahal, soal nama yang kearab-araban itu, bukan hanya dipakai setelah sang pangeran tua.

Waktu masih remaja, usia 20 tahun, ternyata juga sudah memakai nama yang kearab-araban.

Dan, itu tertulis dalam Babad Diponegoro. Babad yang ditulis sendiri oleh Pangeran DIponegoro.

Ditulis dalam tembang Macapat Sinom.

Begini bunyinya:

"...

sedaya sampun wus salin

Kangjeng Pangeran namanira

lamun lelana Seh Ngabdulrahim

kelamun aneng prajagung

Pangeran Dipanegara

dadya anama kekalih

ingkang yuswa sampun kalih dasa warsa."

Secara ringkas, terjemahnya begini.

Pangeran Diponegoro punya dua nama. Kalau sedang berada di keraton, pake nama Pangeran Diponegoro. 

Kalau sedang mengembara, berkeliling dari satu masjid ke masjid yang lain untuk mengaji, mengaku bernama Abdulrahim.

Jadi, sang pangeran ketika berumur 20 tahun, punya dua nama.

Dan, uniknya. Ketika berkeliling dengan nama Abdulrahim itu, sang pangeran sangat-sangat merahasiakan jati dirinya. Bahwa dia adalah cuu Raja Jogja, anak dari putra mahkota Jogja.

Kalo sampe ketahuan jati dirinya oleh guru ngajinya, blio akan pindah ke masjid lain. Tidak balik ke masjid itu lagi.

Jadi, nama yang kearab-araban bukan bagian dari pem-Ba'alawi-an. Memang demikian adanya.

Tentu terkait juga dengan baju jubah dan surban yang jadi kegemarannya.

Tapi, orang sudah kadung sok tahu, tanpa tahu yang sebenarnya.

Banyak baca jadi serba tahu. Tak suka baca jadi sok tahu.

#books