Peran Para Habaib dalam Perjuangan dan Kemerdekaan Indonesia
Ahad, 17 Agustus 2025
Faktakini.info, Jakarta - Sering kali ada yang bilang "Habib bukan pribumi mereka hanya pendatang"
Padahal sejarah membuktikan sebaliknya , Sejak sebelum Indonesia merdeka , Para habaib sudah menanamkan akidah, menyebarkan ilmu, mendidik akhlak, dan ikut mengorbankan jiwa raga demi tegaknya NKRI.
Demi Medan dakwah sampai medan perang , dari perjuangan pena hingga diplomasi, jejak mereka begitu nyata. Tanpa jasa para ulama dan Habib , sejarah bangsa ini tak akan lengkap.
Mari kita kenali sejarah dengan jernih agar cinta kita pada ulama dan negri semakin kuat.
Peran Para Habaib dalam Perjuangan dan Kemerdekaan Indonesia
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan tidak terlepas dari peran besar para habaib. Mereka bukan hanya dikenal sebagai ulama dan pendakwah, tetapi juga pejuang yang ikut serta menanamkan semangat nasionalisme, melawan penjajah, hingga menyumbangkan gagasan penting bagi lahirnya Republik Indonesia.
Salah satu tokoh adalah Al Habib Syeikh Al Aththas yang hijrah ke Indonesia pada 1920 dari Huraidhah, Yaman. Beliau berdakwah sambil berniaga untuk menghindari intel Belanda dan menambah semarak perjuangan Islam di Indonesia.
Kemudian, ada Habib Ali Kwitang (Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi), ulama besar Betawi yang mendirikan Majelis Taklim Kwitang dan menjadi rujukan umat. Beliau dikenal tegas dalam prinsip, berpengaruh dalam sosial-keagamaan, serta memberi masukan penting kepada Presiden Soekarno terkait hari dan waktu pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Di Sulawesi Tengah, Al Habib Idrus Al Jufri (Guru Tua) mendirikan lembaga pendidikan Alkhairaat yang melahirkan banyak tokoh pejuang kemerdekaan. Melalui dakwah dan syairnya, beliau menanamkan semangat cinta tanah air dan nasionalisme.
Tokoh lainnya, Al Habib Husein Mutahhar, dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia sekaligus pencipta lagu-lagu perjuangan seperti Hymne Syukur (1945), Mars Hari Merdeka (1946), dan Dirgahayu Indonesiaku. Beliau juga penyelamat Sang Saka Merah Putih serta penggagas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (cikal bakal Paskibraka).
Sementara itu, Al Habib Syarif Sultan Abdul Hamid II dari Pontianak merupakan perancang lambang negara Garuda Pancasila. Beliau juga ikut dalam Konferensi Meja Bundar yang mengantarkan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia.
Selain itu, terdapat pula tokoh habaib lainnya seperti Habib Ali bin Husein Al-Attas (Bungur, Jakarta) yang berdakwah sekaligus mendukung penuh kemerdekaan, serta Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, ulama sekaligus sejarawan yang mendokumentasikan perjuangan bangsa dan menanamkan cinta tanah air.
Kiprah para habaib ini menjadi bukti bahwa mereka bukan sekadar ulama pengajar, tetapi juga pejuang bangsa. Jauh sebelum Indonesia merdeka, habaib telah hadir menanamkan iman, akhlak, ilmu, dan semangat cinta tanah air.
“Menghormati habaib berarti juga menghormati sejarah bangsa,” demikian pesan yang diingatkan dalam catatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.