Ketawadhuan Habib Munzir al-Musawa dan Kiai Idris Marzuki Lirboyo
Kamis, 21 Agustus 2025
Faktakini.info, Jakarta - Walaupun kondisinya kurang sehat, Habib Munzir bin Fuad al-Musawa tetap menyampaikan undangan acara Majelis Rasulullah dengan berangkat sendiri. Habib Munzir hadir di Lirboyo untuk menyampaikan undangan kepada K.H. Ahmad Idris Marzuki, pengasuh pesantren Lirboyo saat itu.
Undangan Tablig Akbar sebetulnya bisa diamanatkan pada utusan atau dikirim via pos. Tapi demi takzimnya pada Yai Idris—demikian Habib Munzir biasa memanggil Almarhum Romo Yai Idris Marzuki—dari Jakarta ke Lirboyo beliau memaksakan diri melakukan perjalanan darat. Kemudian diteruskan ke Langitan, Tuban untuk menyampaikan undangan acara tersebut pada Mbah Yai Faqih.
Di halaman rumah, Romo Yai Idris Marzuki dengan penuh tawadhu dan penghormatan menyambut kedatangan Almarhum al-Habib Munzir al-Musawa dengan tanpa menggunakan alas kaki. Dalam kaca mata adab, melepaskan alas kaki adalah simbol ketawadhuan dan penghormatan.
Sebagaimana Syekh Ihsan Dahlan Jampes yang melepaskan sandal ketika mau sowan gurunya beberapa puluh meter sebelum sampai dalem sang guru. Seakan demi untuk menghormati kedatangan cucu Rasulullah Saw, Kiai Idris melepaskan semua kebesarannya sebagai kiai dari ribuan santri dan alumni yang telah menjadi para kiai di Nusantara.
Dalam gambar di bawah, tampak Habib Munzir berusaha bertabarruk mencium tangan Kiai Idris. Seakan beliau membuang semua kebesaran diri di hadapan ulama yang beliau anggap sebagai guru.
Padahal, beliau adalah habib yang sangat alim dan mulia dengan jutaan muhibbin di Indonesia. Dengan penuh ketawadhuannya Habib Munzir diterima di Lirboyo oleh Kiai Idris. Terlihat jelas bahwa perjumpaan itu adalah bertemunya dua pribadi yang saling mencintai karena Allah SWT.
Bukti tawadhu yang luar biasa, selaku tamu justru Habib Munzir menuangkan minuman untuk Kiai Idris. Setelah keperluan sowan dianggap cukup, Habib Munzir mohon pamit pada Kiai Idris untuk melanjutkan perjalanan menuju Langitan, Tuban.
Dan, mungkin tidak pernah terbayangkan, itu dilakukan setelah keduanya saling sungkem tangan. Habib Munzir berjalan mundur dari hadapan Kiai Idris menuju pintu ndalem karena tidak ingin istidbar dan membelakangi Kiai Idris.
Kiai Idris kemudian dawuh: “Habib sing alim tur tawadhu’ niku medheni tur nyungkani. (Habib yang alim nan tawadhu itu membuat segan dan sungkan),” ujar Kiai Idris.
Rasanya adem, ayem dan tentrem kalau melihat habaib yang mengajarkan takzim dan cinta terhadap ulama dan ulama mengajarkan cinta dan takzim kepada habaib. Mungkin keakraban antara habaib dan ulama inilah yang paling ditakuti oleh sekelompok golongan.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang mencintai ulama dan habaib. Tidak hanya mencintai dengan rasa, namun semoga kita semua dapat meneladaninya.
Teruntuk K.H. Ahmad Idris Marzuki Lirboyo dan Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa, Lahuma al-Fatihah.
Sumber :
jashijau.id