"Habib Taufiq Tak Mondok?” — Sebuah Tuduhan dari Mereka yang Tak Sanggup Membedakan Ilmu dengan Ijazah
Ahad, 3 Agustus 2025
Faktakini.info
“Habib Taufiq Tak Mondok?” — Sebuah Tuduhan dari Mereka yang Tak Sanggup Membedakan Ilmu dengan Ijazah
“Mana pesantrennya Habib Taufiq? Dia lulusan mana? Katanya ulama besar, tapi kok gak mondok?”
Begitulah nada minor yang sedang ramai digaungkan oleh kalangan anti-Habaib — seakan-akan ilmu hanya sah bila dicetak dalam amplop alumni, bukan dalam dada dan adab.
Padahal jika mereka mau membuka mata, bahkan membuka kitab, mereka akan tahu bahwa sanad keilmuan ulama seperti Habib Taufiq bin Abdul Qodir Assegaf tidak bisa diukur dengan meteran ijazah, tapi ditimbang dengan riyadhoh, khidmah, dan keilmuan yang ditanamkan turun-temurun.
🧓🏻 Didikan Pertama: Ayahandanya Sendiri
Habib Taufiq adalah putra dari Habib Abdul Qodir bin Husein Assegaf, ulama besar Pasuruan yang sangat dihormati.
Sang ayah bukan hanya mengajarkan fikih dan tasawuf, tapi menanamkan nilai-nilai khidmah dan keikhlasan dakwah. Ia tidak sekadar membesarkan anaknya, tapi mendidik dan membentuknya langsung menjadi kader ulama sejak usia dini.
Bahkan, sejak kecil Habib Taufiq sudah terbiasa hadir di majelis-majelis para Habaib dan ulama di Pasuruan, kota yang dikenal sebagai gudangnya para alim dan waliyullah.
📚 Para Guru dan Sanad Ilmu
Berikut adalah beberapa guru yang tercatat secara lisan maupun tulisan dalam riwayat beliau:
1. Al-Habib Ahmad bin Hadi Al-Hamid (Pasuruan)
Ulama besar Pasuruan yang dikenal alim dan zuhud. Beliau merupakan guru senior dan tempat bertanya Habib Taufiq dalam banyak persoalan fiqh dan dakwah.
2. Al-Habib Umar bin Hasyim Ba’agil (Surabaya)
Dikenal sebagai ulama besar yang memiliki banyak murid dan pengaruh di kawasan Jawa Timur. Habib Taufiq rutin berguru dan mondar-mandir antara Pasuruan–Surabaya untuk menimba ilmu dari beliau. Ini bukan kegiatan satu-dua minggu, tapi bertahun-tahun lamanya.
3. Habib Muhammad Anis bin Alwi Al-Habsyi (Solo)
Pemegang sanad Simtudduror dan banyak kitab klasik. Habib Taufiq menerima ijazah dari beliau dalam beberapa kesempatan.
4. Habib Zein bin Smith (Bogor)
Ulama besar yang terkenal dalam ilmu hadits dan sanad. Hubungan beliau dengan Habib Taufiq kuat dalam hal keilmuan dan warisan sanad.
⏳ Belajar Tanpa Pesantren Itu Bukan Aib — Justru Itulah Tradisi Asli Islam
Mari kita ingat sejenak: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali — tidak satu pun dari mereka “mondok di pesantren”. Tidak pula Hasan al-Bashri, Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, atau Imam Bukhari. Mereka belajar langsung dari guru ke guru, dari majelis ke majelis, di masjid, di rumah, di perjalanan.
Sanad bukan dicetak di ijazah, tapi di dada dan lisannya para ulama.
Ijazah bukan pada kertas, tapi pada kepercayaan guru terhadap muridnya untuk menyampaikan ilmu secara amanah.
Tradisi talaqqi (berguru langsung) ini diwariskan dari Rasulullah ﷺ kepada sahabat, dari sahabat kepada tabi’in, dan terus mengalir hingga ke ulama-ulama seperti Habib Taufiq.
Jadi kalau ada yang bilang “beliau gak mondok, berarti gak punya ilmu”—itu bukan hanya keliru, tapi membuktikan bahwa mereka tidak kenal sejarah Islam.
🕌 Pusat Ilmu: Pesantren Suniyyah Salafiyah
Habib Taufiq bukan hanya penimba ilmu, tapi pengasuh dan pendiri pesantren:
Pondok Pesantren Suniyyah Salafiyah (Putra), Pasuruan
Pondok Pesantren Az-Zahra (Putri), Pasuruan
Di pesantren inilah beliau membina ribuan santri, mendidik dari dasar hingga menjadi khatib, dai, hingga guru pondok. Bukan hanya kitab kuning yang diajarkan, tapi juga adab keilmuan dan tradisi dakwah bil hikmah.
🗣️ Mengapa Tidak Ada Label “Mondok”?
Ini pengakuan jujur dari beliau sendiri:
“Saya tidak belajar secara formal di pesantren besar atau luar negeri, tapi saya menimba ilmu langsung dari para ulama dengan cara talaqqi dan musyafahah. Mereka membuka rumah mereka untuk saya.”
(Pernyataan Habib Taufiq dalam wawancara lokal dan beberapa ceramah)
Ini adalah gaya pendidikan tradisional Ahlussunnah — sebelum ada ijazah, ada adab. Sebelum ada lembaga, ada majelis. Dan Habib Taufiq tumbuh dalam semua itu.
🔥 Penutup
Jadi, siapa yang berani menyamakan “tak mondok” dengan “tak berilmu”?
Barangkali hanya mereka yang:
Terlalu sibuk membaca nama pesantren orang, hingga lupa membaca isi kitabnya sendiri.
Terlalu kagum pada almamater, tapi buta terhadap sanad dan pengaruh ulama di masyarakat.
Atau... mungkin juga, iri pada pengaruh Habib Taufiq yang tak mereka capai walau dengan tiga ijazah sekaligus.
Tamzilul Furqon Takmir Angkringan