Damai Lubis: Soal Nasab, Oma Irama mesti sadari "keyakinannya"dapat memecah belah umat.

 



Ahad, 10 Agustus 2025

Faktakini.info

Oma Irama mesti sadari "keyakinannya"dapat memecah belah umat.

Komunis Gaya Baru/ KGB propaganda dengan pola klasik, menunggangi sentimen kebencian sebuah golongan pada era kejayaan Hindu terhadap pendatang asal Arab? Tentunya KGB melanjutkan MIMPI ingin memaksa zaman dan peristiwa mundur ke kebelakang?

Gelar Habib jelas adalah sebuah sebutan yang turun temurun bagi masyarakat Bangsa Yaman dan khusus yang ada pada bangsa di negeri Yaman yang mengetahui kejelasannya menurut nasab ba'alawi, kelompok habib yang merupakan para cicit yang berasal dari keturunan Rasulullah dari Fatimah Binti Baginda Muhammad dengan Suami Ali Bin Abu Thalib (sepupu Rasulullah) dan umumnya garis keturunannya bermazhab Ahli sunnah Wal jamaah (Aswaja) dan berperilaku sholeh. Sedangkan yang tidak berperilaku sholeh walau aswaja dan bernasab Rasulullah dan tinggal di Yaman. Maka diantara mereka tidak memanggil dengan gelar atau sebutan Habib. 

Contoh, Khomeini tokoh besar Negara Muslim Iran yang bermazhab Syiah infonya memiliki garis keturunan Fatimah Bin Muhammad SAW sehingga terdapat gen (biologis) Rasulullah. Namun mazhab Syiah dan negara Iran, bahkan seluruh bangsa di negara timur tengah tidak mengenal gelar-sebutan Habib.

Terkait gelar habib merupakan hak asasi manusia terhadap nasab yang dibanggakan, dan memang sepantasnya, karena memiliki unsur (darah) genetika Baginda Muhammad Rasulullah SAW. Seorang Tokoh Pemimpin yang sempurna, dan sesuai fakta dan data ajaran yang disampaikannya melalui Al Quran, diyakini milyaran muslim serta dikagumi oleh para tokoh lintas agama dan bakal seterusnya, karena Kitab Suci Al Quran berasal dari Sang Khalik Zat yang Maha atas Segalanya. Sehingga Luar Biasa isi kandungannya, dari mulai sejarah penciptaan alam semesta langit dan bumi, awal penciptaan manusia, tentang hukum, dan syarat jual beli dan hubungan ideal antar manusia dan lingkungan hidup dan kehidupan, hubungan antar bangsa, dan perintah untuk menyembahNYA, termasuk, perintah berbuat kebaikan, adab dan sopan santun, dan perintah berlaku adil dan tentang keberadaan dan janji kehidupan syurga dan sanksi neraka. Kitab Al Quran juga memuat hal yang logis dan super ilmiah dan kesemua kandungannya hakiki merupakan kebenaran, bahkan lebih dulu dari pada teori berdasarkan pengalaman manusia. 

Terkait budaya bangsa Arab Yaman, dalam bentuk gelar Habib merupakan fakta sekian abad, mereka bawa sebutan tsb. Ke tanah air. Karena sudah terbiasa (membudaya) saat di negeri mereka (Yaman) dan saat hijrah ke Indonesia yang bahkan belum ada kata sebagai nama negara Indonesia, kemudian sebutan Habib terus menerus terbawa saat hidup dan berkehidupan di tanah air, dengan maksud memperjelas asal muasal sebuah kelompok. Tentunya terkait budaya, sebutan atau gelar Habib tidak patut dipermasalahkan, seandainya pun dibanggakan dengan tidak berlebihan (tidak rasis) tentu hal yang wajar. Selain tidak ada kelompok di tanah air yang sengaja dimarjinalkan oleh kaum Habaib. 

Sementara pada beberapa kelompok nyata ada yang berasal garis keturunan raja, lalu bangga menggunakan gelar Raden? Hal yang lumrah dan manusiawi.

Dan selebihnya analogi gelar atau keturunan faktual keberadaannya pada beberapa suku di tanah air, yakni marga marga pada suku Batak, Ambon, Padang, Bugis, Makassar, NTT dan Manado, Papua serta suku suku lainnya. Marga yang dilekatkan didepan nama atau belakang berasal dari nama tokoh atau gelar daripada nenek moyangnya, dan nenek moyangnya sendiri bisa saja berasal dari negeri lain, Thailand atau Filipina, Malaysia atau Portugis atau Afrika?   

Sehingga marga sebuah identitas, boleh dibanggakan, selain faktor pengingat dan penghormatan terhadap asal usul keturunan (nenek moyang) serta menjaga dan menjalin persaudaraan antara marga serumpun. Dan Marga merupakan bagian dari wajah nasionalisme bangsa ini, dan tidak pernah dipermasalahkan, justru tetap dipertahankan ke eksistensinya sejak pra Indonesia merdeka hingga saat ini. Dan nyatanya pluralitas adat dan budaya tetap terjaga dengan baik. 

Khusus Seniman Besar tanah air Rhoma Irama yang "haqqul yakin" nasabnya nyambung ke Rasul itu juga HAM Rhoma, tapi jangan membatalkan nasab orang atau kelompok lain, karena Rhoma Cs. Tidak memiliki hak dengan dalil apa pun, untuk dapat sah membatalkan keshahih-an nasab golongan/ kelompok habaib dari nasab ba'alawi, yang memiliki catatan kejelasan keturunannya, dan selebihnya walau pun Rhoma Haqqul yakin nasab dirinya menyambung ke Rasul SAW melalui nasab atau garis keturunan Raden Arya Wasangkara dan Sunan Gunung Jati, serta nasab Sayyid Dadang, Sayyid Moggi dan kawan kawan, namun tetap Rhoma tidak berkualitas menghakimi nasab sebuah kelompok, Sehingga apa pun misi Rhoma yang mungkin tanpa sadar, telah berbuat arogan yang melahirkan pro kontra umat muslim di tanah air, yang rugi diantaranya adalah Rhoma dan saudara sesama muslim serta umumnya seluruh bangsa ini akibat adanya gejolak dan propokasi perpecahan.

Ada pun gejala gejala permusuhan dgn para Habaib terindentifikasi adanya kekuatan politik" yang dirancang/ diprogram untuk misi khusus daripada golongan yang memiliki karakter yang selalu membenci agama dan penganutnya, utamanya terhadap agama islam dan umatnya (muslim). 

Apakah penyebab golongan yang dimusuhi dimaksud 'keras' melawan segala unsur Kedzoliman Penguasa dan berkebetulan merupakan suku atau golongan muslim asal Arab dan khususnya yang bergelar Habib. Lalu diekspos dan dipadu dengan gerakan kebencian kaum keturunan 'animisme' atau "mayoritas umat eks kerajaan Hindu/ Budha yg sakit hati karena dahulu cikal bakal mayoritas muslim berasal dari masyarakat pribumi" termasuk sebagian besar para tokohnya menukar kepercayaannya menjadi penganut Islam.

Faktor yang menunggangi sentimen "masa lalu", sejarah pada saat pra dan pasca Kemerdekaan RI. Adalah golongan PKI. Dan PKI terus menanamkan ideologinya dan berniat bangkit, sebagai tanda tanda gerakannya yang khas yakni pola ADU DOMBA melalui fitnah dan bangkitkan rasa kebencian, bahkan ada pola membunuh lawan dengan membakar dan atau menggunakan racun, dan sesuai sejarah Komunis Gaya Lama substansinya benci kepada Islam bukan kepada Habaib andai Habib dimaksud mendukung paham dan gerakan mereka.

Kecuali KGB "menang" dalam kekuasaan politik negara ini. Namun saat ini dipastikan KGB tidak bakal bisa menghapus gelar Habib yang sudah melekat sbg bagian daripada unsur budaya yang justru harus dipelihara sbg sebuah unsur kekayaan adab dan kompilasi sejarah budaya nasional dari bangsa ini yang sudah ada bahkan sblm berdirinya Negara Republik Indonesia, kaum Habaib sudah mulai hadir di nusantara pada masa keemasan kerajaan Hindu dan Budha di tanah air.

Jasmerah, para sosok bergelar Habib versi buku sejarah kemerdekaan tercatat keturunan bangsa Arab (Yaman khususnya) aktif melawan kolonialis Belanda. Sehingga dipercaya lalu diperbantukan oleh para pembesar pribumi (partnership) turut mengelola (administratif) kerajaan, bahkan beberapa habib diantaranya (Wali Sanga) dinikahkan atau menikahi putri bangsawan (keluarga raja). Maka pola interaksi sosial (sosialisasi) para Habib pendatang terhadap pribumi logikanya santun dan harmonis.

Saran dan salam untuk Rhoma Irama yang juga mengkomersilkan gelar Raden didepan namanya, yang sebelumya hanya 'Oma Irama', semestinya berlaku waspada dari praktik adu domba ala KGB karena ada sejarah beberapa ulama (Kyai) pra 30 September 65 (Gestapoe) yang kurang teliti mencermati gejolak politik yang eksis saat itu, sehingga diantaranya ada yang bergabung masuk PKI. Pola PKI menjebak para ulama dengan siasat, bahwa  "Kepanjangan PKI adalah Partai Kiai Indonesia".  Untuk itu hendaknya *Raden* Haji Oma Irama (Rhoma Irama) ideal menjaga jarak atau "menjauhi" kelompok berciri mirip 'KGB'. Selanjutnya, Rhoma camkan hal gelar Habib untuk sapaan merupakan inspiratif sebuah identitas yang di sepakati diantara 'Para Habaib' sejak dari Hadramaut, selain dan selebihnya sebagai itentitas keturunan (biologis), hampir mirip dengan gelar Raden atau marga-marga dari sebuah clan/klan.

Damai Hari Lubis

Pengamat KUHP (Kebijakan Umum Hukum dan Politik)

Sumber sejarah gelar Habib, Habibana Dr. HRS