Terungkap! Mantan Rektor UGM: Skripsi Jokowi Contekan dan Tak Pernah Diuji, Ijazah S1 Tak Punya




Kamis, 17 Juli 2025

Faktakini.info, Jakarta - Polemik seputar keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, kembali mencuat dan menyedot perhatian publik. Di tengah perdebatan tersebut, pernyataan mengejutkan datang dari mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Sofian Effendi.

Dalam sebuah wawancara bersama Ahli Digital Forensik Rismon Sianipar yang ditayangkan Rabu (16/7/2025), Prof. Sofian mengaku telah melakukan penelusuran langsung ke lingkungan internal kampus, termasuk berdiskusi dengan rekan-rekannya yang pernah menjadi dosen pengampu di Fakultas Kehutanan UGM.

Ia menceritakan bahwa Joko Widodo memang pernah tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Kehutanan UGM. Beliau masuk tahun 1980.

"Jadi Jokowi kan masuk pada saat dia lulus SMPP di Solo yang menjadi SMA 6 di Tahun 1985. Jadi, dia itu ada sedikit masalah, masih SMPP kok bisa masuk UGM. Itu ada kontroversi. Ada masalah," ujar Sofian.

Pernyataan tersebut sontak memantik perbincangan di media sosial. Banyak yang menilai keterangan dari Prof. Sofian merupakan informasi baru yang memperjelas riwayat akademik Presiden Jokowi, di tengah berbagai spekulasi dan tudingan yang belakangan marak beredar.

Sofian menjelaskan bahwa Joko Widodo mulai menempuh pendidikan di UGM pada tahun 1980, bersamaan dengan kerabatnya yang bernama Hari Mulyono. Ia menilai terdapat perbedaan mencolok antara keduanya.

Hari Mulyono dikenal sebagai sosok mahasiswa yang cerdas dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus. Prestasi akademiknya pun terbilang cukup baik. Sementara itu, menurut Sofian, selama dua tahun pertama kuliah, nilai akademik Jokowi tergolong rendah.

"Kemudian, pada waktu tahun 1980 masuk, ada dua orang yang masih bersaudara yang masuk (fakultas) Kehutanan. Satu Hari Mulyono kemudian Joko Widodo. Hari Mulyono ini aktivis, dikenal di kalangan mahasiswa. Dan juga secara akademis dia perform. Dia tahun 1985 lulus. Tapi Jokowi itu menurut informasi dari para profesor dan mantan dekan, Jokowi itu tidak lulus di tahun 1982 di dalam penilaian. Ada empat semester dinilai kira-kira 30 mata kuliah, dia indeks prestasinya tidak mencapai," ungkap Sofian.

Transkip nilai di dua tahun pertama itulah yang ditampilkan oleh Bareskrim Polri dalam konferensi pers beberapa waktu lalu "Saya lihat di dalam transkip nilai itu juga yang ditampilkan bareskrim, IPKnya itu nggak sampai dua kan. Kalau sistemnya benar, dia tidak lulus atau di DO istilahnya. Hanya boleh sampai sarjana muda," katanya.

Ia menilai mustahil seorang mahasiswa dapat menyelesaikan jenjang S1 jika nilai akademiknya tidak mencukupi. Karena itu, ia merasa janggal saat muncul dokumen skripsi atas nama Jokowi yang terkesan disusun semata-mata untuk memenuhi persyaratan kelulusan program sarjana.

"Jadi (karena nilainya tidak memenuhi) dia belum memenuhi persyaratan melanjutkan ke sarjana dan menulis skripsi. Skripsinya pun sebenarnya adalah contekan dari pidatonya prof Sunardi, salah satu dekan setelah Pak Soemitro. Tidak pernah lulus. Tidak pernah diujikan. Lembar pengesahannya kosong," jelasnya.

Karena penasaran, Sofian sempat menanyakan langsung kepada pihak UGM perihal sripsi Jokowi yang beredar itu.

"Saya tanya ke petugasnya, 'mbak ini kok kosong'? Dia bilang iya pak itu sebenarnya nggak diuji. Nggak ada nilainya. Makanya nggak ada tanggal, nggak ada tandatangan dosen penguji," ujarnya.

Dengan tidak adanya skripsi yang disahkan, Sofian memastikan maka Jokowi tidak mungkin memiliki ijazah s1. "Kalau dia mengatakan punya ijazah BsC (sarjana muda) mungkin betul lah. Kalau yang ijazah sarjana, nggak punya dia," tuturnya.

Di sisi lain, Sofian juga sempat mendengar kabar yang beredar bahwa Jokowi pernah meminjam ijazah milik Hari Mulyono untuk suatu keperluan tertentu.

"Hari Mulyono lulus, kawin dengan adiknya dia, Idayati, punya dua anak. Itu kabarnya dia pinjem ijazahnya Hari Mulyononya ini. Kemudian ijazah ini yang dipalsuin dugaan saya. Jadi itu kejahatan besar itu. Dia kan selalu mengenalkan, bahwa untuk ijazah yang dibawa-bawa oleh dia itu, itu kan bukan foto dia. Itu penipuan besar-besaran itu," terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sofian juga menegaskan bahwa Kasmudjo tidak pernah menjadi dosen pembimbing Joko Widodo, baik sebagai pembimbing akademik maupun pembimbing skripsi.

Profil Singkat Prof. Sofian Effendi

Prof. Sofian Effendi, yang lahir pada 28 Februari 1945, merupakan seorang akademisi senior di Indonesia. Ia menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 2002 hingga 2007, dan dikenal sebagai Guru Besar Ilmu Administrasi Negara di kampus yang sama.Indonesian literature

Selain kiprah akademiknya, Prof. Sofian juga pernah memimpin Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada 1999 hingga 2000. Ia kemudian dipercaya menjadi Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara pertama sejak 27 November 2014 hingga 3 Oktober 2019.

Sumber: monitorindonesia.com