Wafatnya Ustadz Yahya Waloni dan Cermin Kebusukan Sekte Imad Pembenci Habaib
Sabtu, 7 Juni 2025
Faktakini.info, Jakarta - Kabar wafatnya Ustadz Yahya Waloni membawa duka mendalam bagi umat Islam, khususnya para muhibbin (pecinta) ulama dan Ahlul Bait. Beliau wafat dalam keadaan mulia — saat menjalankan tugas dakwah, sebagai khatib shalat Jum'at (6/6/2025).
Sebagaimana kita yakini bersama, husnul khatimah adalah dambaan setiap mukmin, dan wafat dalam keadaan ibadah adalah pertanda yang amat baik dari Allah SWT.
Namun di tengah suasana duka, justru muncul olok-olok dan ejekan keji dari sekelompok orang yang selama ini dikenal memusuhi dzurriyah Nabi Muhammad SAW dan para pecinta mereka yaitu kelompok yang dikenal sebagai "Sekte Imad bin Sarman", dengan rekam jejak narasi provokatif, penuh hasad terhadap para Habaib dan alim ulama. Karena Imad cs tau bahwa Ustadz Yahya Waloni adalah pecinta Habaib (dzurriyah Rasulullah SAW) maka kematian Ustadz Yahya pun tak lepas dari hinaan mereka.
Framing Busuk: “Kualat” dan Mubahalah Sepihak
Salah satu narasi konyol yang terus diulang oleh kelompok ini adalah tuduhan bahwa wafatnya para Habaib dan muhibbin merupakan akibat "kualat" atau “mubahalah” Imad bin Sarman. Klaim ini tidak hanya tidak berdasar, tetapi juga menunjukkan betapa rusaknya akal dan hati mereka.
Mubahalah sejatinya adalah amalan serius dan berat, bukan alat propaganda untuk mencitrakan diri sebagai “manusia super” yang bisa menentukan siapa yang layak hidup atau mati.
Lucunya, saat para muhibbin dan dzurriyah Rasul SAW wafat dalam keadaan indah — saat berdakwah, dalam zikir, atau dalam kondisi khusyuk — kelompok ini tetap mencari-cari celah untuk mencibir.
Tapi mereka lupa atau pura-pura tidak sadar bahwa ajal setiap manusia sudah ditentukan, dan siapa yang wafat dalam keadaan mulia adalah tanda kasih sayang Allah, bukan murka.
Kontras yang Nyata
Bandingkan dengan kemungkinan nasib tragis mereka yang begitu gemar mencela para ulama dan dzurriyah Nabi. Sejarah mencatat bahwa para pencela Ahlul Bait kerap berakhir dalam keadaan hina: wafat dalam kesendirian, tak ada umat yang mau mengantar, bahkan bangkai mereka pun dijauhi orang beriman.
Hal ini bukan doa buruk, tapi cermin sunnatullah — bahwa siapa yang hidup dalam kebencian terhadap wali-wali Allah dan keturunan Nabi Muhammad SAW (Habaib), niscaya akan menuai akibatnya.
Mengapa Mereka Benci Habaib?
Kebencian mereka pada Habaib dan para muhibbin sejatinya lahir dari dua hal: penyakit hati bernama hasad (iri) dan inferioritas nasab. Mereka merasa tersaingi oleh kemuliaan nasab para Habaib dzurriyah Nabi dan para pewaris ilmu. Mereka tidak mampu menjangkau keilmuan atau akhlak para Habaib, dan Habaib dicintai umat dan laku keras undangan ceramah dan sholawatan sementara Sekte Imad sepi job, sehingga jalan pintas yang mereka ambil adalah dengan mencemooh dan memfitnah.
Ironisnya, banyak dari mereka berasal dari latar belakang abu-abu — bahkan sebagian dicurigai memiliki afiliasi ideologis dengan gerakan komunis yang dulu pernah memusuhi Islam dan ulama. Maka tak heran jika mereka begitu beringas terhadap Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dan para penjaganya.
Penutup: Biarkan Anjing Menggonggong, Kafilah Tetap Berlalu
Wafatnya Ustadz Yahya Waloni dan para muhibbin lainnya bukanlah akhir, melainkan awal kehidupan yang lebih baik di sisi Allah. Mereka wafat dengan kehormatan, dan akan dikenang dalam doa-doa umat. Sementara mereka yang hidup dalam caci maki dan fitnah, kelak akan mendapati bahwa hidup mereka sia-sia — dan kematian mereka pun akan diliputi kehinaan.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknat mereka di dunia dan akhirat dan menyediakan bagi mereka siksa yang menghinakan.”
(QS. Al-Ahzab: 57)
Mari kita doakan para ulama, para Habaib, dan para pecinta Ahlul Bait yang telah wafat agar mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Dan semoga mereka yang hidup dengan kebencian, segera diberi petunjuk — atau diadili oleh takdir.
Foto: Almarhum Ustadz Yahya Waloni