Sifat Dengki Imad terhadap Nasab Habaib: Bahaya yang Menggerogoti Diri Sendiri

 



Senin, 5 Mei 2025

Faktakini.info, Jakarta - Sifat dengki adalah penyakit hati yang sangat berbahaya. Apalagi jika dengki itu ditujukan kepada nasab atau garis keturunan seseorang. Dengki terhadap nasab adalah bentuk kezaliman yang bukan hanya tidak berdasar, tapi juga menunjukkan kelemahan jiwa dan kurangnya pemahaman terhadap takdir Allah. Allah-lah yang menetapkan nasab setiap manusia, dan tak seorang pun berhak mempertanyakan atau merendahkannya.

Imaduddin bin Sarman dan kelompoknya—seperti Fuad cucu Warsinah PKI, Moggi, Fulyulis Idriyanto, dan lainnya—telah menunjukkan sikap iri dan dengki terhadap nasab orang lain, terutama kepada nasab Habaib. 

Seluruh naqobah asyraf dan ahli nasab dunia semuanya mengakui nasab Habaib tersambung ke Rasulullah SAW dan tidak ada satu pun yang meragukan apalagi membatalkannya. Tapi Imad yang bukan ahli nasab bahkan tidak pernah belajar ilmu nasab berlagak bak seorang pimpinan naqobah asyraf lalu seenakmya membatal-batalkan nasabnya orang lain.

Sikap Imad ini tidak hanya keliru secara akidah, tetapi juga merusak martabat mereka sendiri. Ketika seseorang sibuk mencela nasab orang lain, sebenarnya ia sedang membuka aib dan kekerdilan jiwanya sendiri.

Imaduddin, yang hanya merupakan anak dari Sarmana bin Arsa, orang biasa dan tidak memiliki garis keturunan mulia, seharusnya merenung dan bercermin bahwa nasab tidak bisa dipilih atau diubah. Ia adalah takdir dari Allah yang Mahabijaksana. Maka, alih-alih dengki terhadap nasab orang lain, seharusnya fokus pada amal, akhlak, dan kontribusi kepada masyarakat.

Sifat dengki itu seperti api yang membakar kayu kering: ia akan terus menggerogoti hati dan menghanguskan akal sehat. Tidak hanya bagi Imaduddin, tetapi juga bagi komplotannya. Mereka akan terus terjebak dalam kebencian yang sia-sia, yang hanya membawa kehancuran batin dan kerusakan hubungan antar sesama.

Maka, sudah saatnya mereka berbenah dan meninggalkan sifat buruk ini. Dengki terhadap nasab bukan hanya tidak berguna, tapi juga memalukan. Allah menilai manusia bukan dari garis keturunannya, melainkan dari takwa dan amal perbuatannya.