Ruben Onsu dan Hidayah dari Seorang Habib: Kontras dengan Ambisi Rhoma Irama
Rabu, 7 Mei 2025
Faktakini.info, Jakarta - Sebuah momen mengejutkan dan menyentuh hati terjadi ketika Ruben Onsu, seorang figur publik yang dikenal luas di dunia hiburan Indonesia, secara terbuka mengungkapkan alasan di balik keputusannya memeluk Islam. Dalam sebuah wawancara yang cukup mencuri perhatian, Ruben mengisahkan bahwa titik balik spiritualnya terjadi berkat bimbingan seorang Habaib dari kalangan Ba'alawi, yakni Habib Usman bin Yahya, seorang ulama kharismatik keturunan Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan Ruben ini menjadi semakin menarik karena disampaikan dalam wawancara dengan Rhoma Irama, sang Raja Dangdut yang selama ini dikenal memiliki pandangan kontroversial terhadap kalangan Habaib.
Rhoma, dalam berbagai kesempatan, pernah menunjukkan nada sinis terhadap kemuliaan nasab keturunan Nabi Muhammad SAW, bahkan gencar menghina dan merendahkan peran serta keberadaan Habaib di Indonesia.
Kontras mencolok terlihat dalam percakapan tersebut. Ruben Onsu menunjukkan kerendahan hati dan penghargaan mendalam terhadap sosok Habib Usman bin Yahya yang membuka pintu hatinya menuju Islam.
Sementara itu, Rhoma Irama justru menyimpan ambisi kuat untuk diakui sebagai bagian dari keturunan mulia tersebut, bahkan berusaha mengaitkan dirinya dengan nasab Walisongo dan Nabi Muhammad SAW agar bisa menyandang gelar-gelar seperti Sayyid, Syarif, atau Habib.
Fenomena ini menyingkap dinamika sosial yang kompleks dalam masyarakat Muslim Indonesia, khususnya terkait penghormatan terhadap keturunan Rasulullah SAW.
Di satu sisi, kita melihat contoh nyata hidayah yang datang dari hubungan spiritual antara seorang ulama keturunan Nabi dengan pencari kebenaran, seperti yang dialami Ruben. Di sisi lain, ada pula yang terkesan lebih terobsesi dengan pengakuan status nasab, bukan substansi spiritual dan keteladanan akhlak Rasulullah SAW.
Pernyataan Ruben Onsu menjadi pengingat bahwa hidayah Allah bisa datang melalui jalan yang tak terduga, dan bahwa kebaikan serta ketulusan seorang Habaib mampu menyentuh hati siapapun. Sementara ambisi untuk menyandang gelar mulia tanpa mengamalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, hanya akan menjadi bayang-bayang kosong yang jauh dari esensi Islam itu sendiri.