Rumail Ungkap Imad Kabur Sampai ke Bali Demi Hindari Debat Melawannya
Selasa, 19 November 2024
Faktakini.info
Rumail Abbas
Saya baru tahu kalau Kiai Imad bersafari sampai ke Bali. Dari kabar yang saya dengar, seharusnya acara tersebut menghadirkan dua pembanding. Hanyasaja, Kiai Imad (atau siapa) tidak mau ada pembanding jika ia tidak membawa kitab sezaman.
Lha~ 😅
Dulu, saat mau menerima atau tidak undangan Rabithah Alawiyah, salah satu kawan saya (yang berada di grup mereka) menyarankan untuk tidak datang. Kalaupun ada dialog, seharusnya di tempat netral, ada akademisi, dan jurinya obyektif.
Tapi saya tidak menuruti saran itu karena "mereka" sudah terlalu tidak netral, tidak akademis, dan sangat tidak obyektif; hingga saya berharap Kiai Imad datang di Rabithah Alawiyah.
Ada dua hal yang saya persiapkan, yaitu menyajikan naskah-naskah tua dan syawahid-nya (saya hanya mengunggah cuplikan dari salinan terbaru saja di media sosial) dan menyajikan falsifikasi dari tesis yang terlalu over-rated ini.
Tapi karena sampai sore Kiai Imad tidak datang, akhirnya saya hanya mempresentasikan falsifikasi dari tesisnya saja (silakan lihat di Nabawi TV).
Di video di bawah ini, yaitu ketika dia (lagi-lagi) bermonolog di Bali, (lagi-lagi) ia menuduh saya untuk ke sekian kali. Dia juga berbicara tentang yDNA. Menyusun historiorgafi Ahmad bin Isa yang dia isbat karena kasihan, dan bicara banyak hal yang jelas tidak ilmiah, tidak akademis, dan tidak sesuai pijakan saintifik.
Lha~ 😅
Orang tua yang suka echo-chamber begini warasnya dengan apa? Orang tua yang selalu sembunyi di balik tulisan terus, maunya apa? Ide nasionalisme dari ceramahnya di Bali memang tidak saya pungkiri, tapi kenapa harus menyeret isu nasab orang sebagai pijakan?
Jika dia pingin debat (lagi) dengan saya, monggo digelar. Jika memang saya longgar, akan saya ladeni. Dan tidak perlu meminta syarat ini-itu untuk debat, karena Kiai Imad juga tidak perlu birokratis membatal-batalkan nasab orang.
Jadi, mau debat (lagi)? Kapan?
Biar kejadian Guru Gembul dan Gus Nuruddin terulang. Entah, siapa yang akan mengaku kalah sekarang, diakui di media sosial, dan tidak memberi alasan tentang kekalahannya ini.
Jikapun takut, tak apa. Saya toh akhirnya cuma ngonten tipis-tipis di Pamitnya Ngantor sambil merampungkan studi dan riset. Jika kalian mengikuti Pamitnya Ngantor, maka isinya akan berisi falsifikasi-falsifikasi yang mungkin tidak kalian temukan di tulisan mana pun.
Tentu saja dengan telaah naskah yang sering Kiai Imad pelintir berkali-kali, dipotong berkali-kali, dan digeser ke makna yang tidak dimaksudkan oleh penulisnya sendiri.
Hha~