TENTANG HABAIB, Oleh: As Shoofi

 


Rabu, 10 Juli 2024

Faktakini.info

TENTANG HABAIB

Oleh: As Shoofi 

1. Mencintai Dzurriyah Nabi ﷺ itu bagian dari ajaran pokok Ahlussunnah wal Jamaah. Ajaran prinsip ini yang membedakan Ahlussunnah dengan kelompok Nawashib dan kelompok di luar Islam. 

2. Sejak 1.000-an tahun, nasab Ba Alawi ini terkenal di kalangan umat Islam sebagai nasab mulia yang jalurnya bersambung hingga Rasulullah ﷺ. Semua ulama fikih sepakat bahwa ketetapan jalur nasab itu bisa diterima atas dasar syuhrah dan istifadhah: terkenal dan populer di masyarakat. 

3. Sejak 10 abad yang lalu, ulama-ulama besar, para wali Allah dan orang-orang shalih mengakui kemuliaan nasab Ba Alawi. Tidak ada penolakan dari mayoritas mereka. Bahkan di Indonesia, hampir bisa dipastikan semua ulama-ulama besarnya mengakui intisabnya Ba Alawi sampai ke Kanjeng Nabi ﷺ. 

4. Mulai Syaichona Cholil Bangkalan, KH Hasyim Asy'ari, KH Nawawie bin Noerhasan Sidogiri, KH Hasan Sepuh Genggong, KH As'ad Syamsul Arifin, KH Abdul Hamid Pasuruan, dan ulama-ulama lainnya yang juga terkenal dengan Waliyullah. Tidak ada satupun yang meragukan status nasab mulia Habib Abu Bakar Assegaf Gresik, Habib Sholeh Tanggul dan Habaib lainnya. 

5. Selama kami mondok di Sidogiri, kami melihat sendiri sikap hormat dan perlakuan khusus para masyayikh terhadap para Habaib, bahkan terhadap sayid-sayid kecil yang terkenal dengan panggilan oyek. Dulu, Syaikhuna KH Abdul Alim pernah mengusir pengurus karena berani mentakzir gundul seorang oyek yang sedang melanggar peraturan pondok. 

6. Kalau merujuk kepada fikih, semestinya syuhrah atau kemasyhuran nasab ini sudah sangat cukup dibuat dasar untuk meyakini bahwa Ba Alawi adalah dzurriyah Kanjeng Nabi ﷺ, yang wajib dicintai dan dihormati oleh umat Islam, utamanya Ahlussunnah wal Jamaah. 

7. Di luar jalur Ba Alawi juga masih banyak dzuriyahnya Nabi dari keturunan Sayidinan Husein. Termasuk Syaikh Syatho, pengarang I'anah, kakek buyutnya Syaikhuna KH Abdul Alim Abd Djalil dan Syaikhuna KH Nawawi Abd Djalil. Demikian pula dzuriyah yang dari jalur Sayidina Hasan. 

8. Semua dzuriyah Nabi ﷺ itu wajib dicintai dan dihormati, bukan karena cocok atau tidak pemikirannya dengan kita, bagus apa tidak akhlaknya, tapi karena di dalam dirinya mengalir darahnya Nabi. Ketika ada yang tidak benar atau tidak cocok dengan mereka, maka tidak perlu mengikutinya. Bahkan ketika salah, seperti berpaham Syiah atau ajaran salah lainnya, maka kita wajib menolak dan meluruskannya, dengan hujah dan pemikiran pula. Tanpa mencerabut cinta kepada mereka dari hati kita. 

9. Sedangkan terkait polemik dari kalangan yang men-tha'n nasab Ba Alawi, kami kira itu adalah bagian dari perbedaan pandangan, yang bermuasal dari perbedaan dasar acuan nasab dan mungkin juga acuan hukum fikih dalam penetapan nasab. Kami bukanlah pakar bidang nasab, sehingga tidak punya kepentingan untuk membahas lebih jauh tentang itu. Dalam keyakinan kami, cukuplah syuhrah dan istifadhahnya nasab Habaib sebagai dasar bagi kami untuk mencintai dan menghormati mereka. 

10. Semoga cinta Ahlul Bait ini terus tertanam subur di dalam hati hingga akhir hayat kami dan kelak di akhirat menjadi wasilah dapat syafaat dan berkumpul dengan Baginda Rasulullah ﷺ. 

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد