BELUM REDA BENCANA ALAM ACEH & SUMATERA, TERBIT BENCANA 'TEROR' KEMANUSIAAN, SAVE SHERLY ANNAVITA

 


Selasa, 30 Desember 2025

Faktakini.info

BELUM REDA BENCANA ALAM ACEH & SUMATERA, TERBIT BENCANA 'TEROR' KEMANUSIAAN, SAVE SHERLY ANNAVITA

Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.

Advokat & Aktivis

Siang ini, di beranda Facebook penulis muncul status Facebook Sherly Annavita dengan pesan huruf kapital *'SAYA DITEROR!!! YUK BAGIKAN AGAR JADI KESADARAN BERSAMA'.* Dalam laman facebooknya, Sherly menceritakan kejadian yang menimpanya berupa teror dan ancaman yang beruntun, beberapa hari ini.

Bukan hanya teror terhadap nomor HP, DM Instagram hingga makian sejumlah akun bodong. Kendaraan (mobil) Sherly juga diteror dengan semprotan cat merah, bahkan Influencer berdarah Aceh ini juga dikirimi telur busuk lengkap dengan pesan bernada ancaman.

Sherly mengaku, mendapatkan ancaman dan teror setelah pulang dari Aceh dan membagikan pengalamannya di lokasi bencana Aceh ke sejumlah media. Salah satunya, penulis dan Sherly bertemu di program 'Rakyat Bersuara edisi Selasa malam (23/12)', di studio Inews TV, Jakarta.

Ada dua kritik Sherly pada program tersebut:

*Pertama,* hilangnya kepemimpinan (Komando) dari pusat, sehingga para relawan dan Pemda kebingungan untuk melakukan koordinasi dan Sinerji. Kehadiran komando pusat, menurut Sherly penting sekali untuk mengkoordinasi dan mensinergikan seluruh sumber daya dan potensi, baik dari pemerintah maupun relawan, agar penanggulangan bencana lebih efektif dan progresif.

*Kedua,* masukan kepada pemerintah agar bencana banjir Aceh dan Sumatera (Sumut dan Sumbar) ditetapkan sebagai bencana nasional. Termasuk didalamnya, membuka diri untuk menerima bantuan dari internasional (asing).

Dalam konteks menerima bantuan asing ini, Sherly cukup pedas menyampaikan analogi utang berbunga dari asing yang diterima oleh pemerintah. Semestinya, untuk bantuan tanpa bunga tak ada alasan bagi pemerintah untuk menolaknya.

Penulis sendiri, menyampaikan kritik dengan mengingatkan pemerintah fungsi pemimpin itu ada dua, yakni sebagai Ra'in (pelayan) dan sebagai Junnah (perisai/tameng).

Dua tamsil kepemimpinan tersebut, penulis kutip dari dua Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW, yaitu :

(كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ) 

_"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya"._

إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

_”Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)-nya.”_

(HR Muttafaqun ’Alayh)

Lalu, penulis mengkritik akar masalah banjir Aceh dan Sumatera adalah deforestasi. Terutama, karena konversi kawasan hutan menjadi lahan sawit.

Penulis juga rujuk, hasil audit 9 juta hektar lahan sawit di era Luhut Panjaitan saat menjabat Menko Marives. Namun, setelah ditemukan 3,3 juta hektar lahan sawit ilegal karena merampas wilayah hutan, perusahan sawitnya malah diputihkan.

Penulis juga mengkritik gaya pejabat yang masih sempat-sempatnya mencari citra di tengah bencana. Dari urusan manggul beras, hingga kebohongan soal listrik sudah menyala.

Entah, apa penyebabnya. Esoknya, pasca acara Rakyat Bersuara di INEWS TV, pada Rabu sore (24/12) Presiden Prabowo memimpin konpers penyitaan triliunan duit dari lahan sawit nakal. Yang pada akhirnya, menimbulkan pertanyaan publik: tersangkanya mana?

Jika ditinjau dari sisi kritik, apa yang penulis sampaikan di program Rakyat Bersuara jauh lebih keras dari apa yang disampaikan oleh Sherly Annavita. Namun selalu saja, para teroris pengecut, antek oligarki ini hanya berani meneror pihak yang dianggap lemah yakni kaum wanita.

Padahal, penulis saat bertemu Sherly melihat dengan jelas aura keberanian dan ketangguhan sosok Influencer berdarah Aceh ini. Jadi, keliru besar jika berharap teror dan ancaman akan melemahkan perjuangan kemanusiaan seorang Sherly Annavita.

Mari terus membersamai Sherly dan pejuang kemanusiaan lainnya. Lawan seluruh oligarki jahat yang membabat hutan dan menjadikan ruang hidup rakyat terancam. Jangan pernah merasa lelah untuk menjaga negeri ini. [].