Rumail Abbas: BAHTSUL MASAIL BREBES
Ahad, 28 September 2025
Faktakini.info
Disclaimer: ini bukan tentang nasab, ya.
Jadi waktu Ki Imad membikin eBook berjudul "Manuskrip Palsu versi Rumail Abbas", saya tidak langsung menanggapinya. Saya kira dengan membaca sanggahan-sanggahan saya di Pamitnya Ngantor, orang-orang mulai mengerti betapa rapuhnya argumen Ki imad (termasuk eBook-nya yang satu ini). Tapi ternyata ekspektasi saya tidak sampai ke sana.
Maka, saat Gus Maimun Abdul Ghofur mengunggah cuplikan naskah yang saya temukan di Bahtul Masail Brebes, sontak saja orang-orang memakai eBook Ki Imad untuk memvonis: palsu, palsu, palsu!
Ki Imad bilang naskah saya palsu karena sanad Husain al-Askari ini mirip seperti dalam Tarikh Bagdad, dan al-Bagdadi (pengarang kitab tersebut) hanya menyebut 11 nama murid Husain al-Askari.
Lha, siapa bilang Husain al-Askari hanya punya 11 murid saja? Buktinya, di dalam Tarikh Bagdad sendiri ada banyak nama yang meriwayatkan hadis dari Husain al-Askari, di luar 11 nama yang dipersempit Ki Imad sebagai muridnya.
Ternyata, usut punya usut, redaksi al-Khathib yang saya kutip verbatim di bawah ini dijadikan dalil Ki Imad. Lha, ini sih bukti kalau al-Khathib dapat hadis Husain al-Askari lewat satu perantara saja. Bukan jadi bukti kalau muridnya cuma ada 11 saja.
Kayak gini, kok, dipuji Ki Marzuki sebagai mujaddid. Mujaddid cap opoooo?
wkwkwk
...
BAHTSUL MASAIL BREBES
Dalam Bahtsul Masail di Brebes, yang oleh Sugeng diledek sebagai Bahlul Masail, ditampilkan sebuah manuskrip temuan saya. Dari forum itu pula muncul kembali tuduhan Ki Imad yang menyebut manuskrip tersebut palsu. Menurutnya, sanad yang tertulis dalam manuskrip itu “mencangkok” sanad yang tercatat dalam Tarikh Baghdad karya Khathib al-Bagdadi. Tuduhan ini ia dasarkan pada ketiadaan nama Abdullah bin Ahmad bin Isa al-Alawi dalam daftar murid Husain al-Askari yang ditulis al-Bagdadi.
Lantas, siapa murid Husain al-Askari menurut al-Bagdadi? Ki Imad mengutip daftar berikut (Juz 8, hlm. 669):
حدثنا عنه أبو القاسم الأزهري، وأبو محمد الجوهري، والحسن بن محمد الخلال، وأحمد بن محمد العتيقي، وأبو الفرج بن برهان، والقاضي أبو العلاء الواسطي، وعبد العزيز بن علي الأزجي، وعلي بن محمد بن الحسن المالكي، والقاضي أبو عبد الله البيضاوي، وأحمد بن عمر بن روح النهرواني، وأبو القاسم التنوخي.
“Dan aku (al-Bagdadi) meriwayatkan hadis dari Husain al-Askari melalui Abu al-Qasim al-Azhari, Abu Muhammad al-Jauhari, al-Hasan bin Muhammad al-Khallal, Ahmad bin Muhammad al-Atiqi, Abu al-Faraj bin Burhan, al-Qadi Abu al-‘Ala al-Wasithi, Abd al-Aziz bin Ali al-Azji, Ali bin Muhammad bin al-Hasan al-Maliki, al-Qadi Abu Abdillah al-Baidlawi, Ahmad bin Umar bin Ruh al-Nahrawani, dan Abu al-Qasim al-Tanukhi.”
Kenapa orang langsung percaya dengan argumen meleset begini, sih? Hhe~
Argumen kayak gini jelas rapuh. Karena redaksi tersebut hanya menunjukkan jalur langsung al-Bagdadi dari Husain al-Askari, lewat satu perantara, bukan berarti Husain al-Askari hanya memiliki sebelas murid. Jika Abdullah bin Ahmad bin Isa tidak ada di sana, berarti memang antara Abdullah dan Khathib al-Bagdadi tidak bertemu, alih-alih meriwayatkan hadis dari Husain al-Askari.
Faktanya, di dalam Tarikh Baghdad sendiri terdapat riwayat lain dari orang yang bertemu langsung dengan Husain al-Askari, hanya saja al-Bagdadi tidak mengambil jalur riwayat langsung dari mereka.
Contoh pertama: Busyra bin Abdillah al-Rumi.
أخبرنا بشرى بن عبد الله الرومي قال: سمعت الحسين بن محمّد بن عبيد العسكري يقول: سمعت أبا إسحاق إبراهيم بن دارم الدّارمي المعروف بنهشل.
Busyra bertemu langsung dengan Husain al-Askari (Tarikh Baghdad, juz 6, hlm. 69). Namun, namanya tidak ada dalam daftar sebelas karena al-Bagdadi mendapat riwayat itu bukan langsung dari Busyra, melainkan melalui perantara Ibrahim bin Daram (jadi ada dua perantara).
Contoh kedua: Ali bin Abi Ali al-Bashri.
فأخبرناه أحمد بن عمر بن روح النهرواني وعلي بن أبي عليّ البصريّ قالا: أخبرنا الحسين بن محمّد بن عبيد العسكري
Ali bertemu langsung dengan Husain al-Askari (Tarikh Baghdad, juz 12, hlm. 411). Tetapi al-Bagdadi tidak menuliskan namanya dalam daftar sebelas karena ia menerima riwayat lewat jalur panjang: al-‘Ala bin Abi Mughirah al-Andalusi → Ali bin Baqa al-Warraq → Abd al-Ghani al-Sa’id → Ali bin Abi Ali al-Bashri → Husain al-Askari.
Contoh ketiga: Muhammad bin Abd al-Mu’min al-Iskafi.
محمّد بن عبد المؤمن بن أحمد، أبو إسحاق الإسكافيّ كان خطيب إسكاف في الجنيد وقاضيها، وحدّث عن الحسين بن محمّد بن عبيد العسكريّ، ومحمّد بن المظفر، وأبي بكر الأبهري.
Ia juga bertemu langsung dengan Husain al-Askari (Tarikh Baghdad, juz 3, hlm. 189). Tetapi al-Bagdadi hanya menuliskan biografinya, termasuk fakta bahwa ia meriwayatkan dari Husain al-Askari, tanpa menjadikannya jalur riwayat yang ia gunakan sendiri.
Dari tiga contoh saja sudah jelas: daftar sebelas nama al-Bagdadi bukan batasan murid Husain al-Askari, melainkan sekadar jalur sanad langsung yang ia ambil dengan satu perantara saja. Argumen Ki Imad yang menyebut ada “pencangkokan” jelas sangat konyol dan "bahlul".
Argumen-argumen meleset seperti ini sudah berkali-kali saya luruskan, namun tetap saja masih ada yang terkecoh. Padahal, dari paparan ini terang benderang: yang “Bahlul” justru Mukimad itu sendiri.
Salam,
Rumail Abbas