ANDI SAHRANDI, SOSOK AKTIVIS YANG TAK PERNAH LEKANG OLEH WAKTU
Sabtu, 27 September 2025
Faktakini.info
ANDI SAHRANDI, SOSOK AKTIVIS YANG TAK PERNAH LEKANG OLEH WAKTU
Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Aktivis
Namanya Andi Sahrandi. Sosok yang pertama penulis bertemu, sorot matanya yang tajam langsung memukau hati. Tanpa bicara, sorot tajam itu telah mendeskripsikan pemiliknya bukanlah 'orang sembarangan'.
Nelayan Kholid, menyebutnya sebagai 'Kakek Jabat'. Sosok imajiner penguasa hutan larangan dalam serial sandiwara radio dan televisi klasik Indonesia, Misteri dari Gunung Merapi, yang merupakan Guru dari Sembara.
Ya, tidak berlebihan. Analogi yang pas. Kakek jabat dikenal dengan kesaktian dan ilmunya. Andi Sahrandi dikenal dengan 'kesaktian kiprahnya' dalam dunia aktivis.
Hari ini (Kamis, 25/9), penulis diundang oleh Pak Andi Sahrandi dalam dialog dan bedah buku berjudul *"Berbagi Senyum, Kisah Kisah Yang Menguatkan Dari Halaman Belakang Rumah Andi Sahrandi".* Sejumlah tokoh lain dikabarkan hadir (diantaranya Mas Erros Djarot). Tapi sayang, penulis bersamaan ada agenda Workshop Hukum di SMA Al Azhar, sehingga tidak bisa ikut hadir membersamai. Ada rasa sesal, namun apa daya.
Tak lama setelah menyatakan udzur tak bisa hadir, Buku tersebut oleh Pak Andi langsung dikirim. Buku setebal 682 halaman sudah penulis terima.
Laki-laki yang nyaris berusia 81 tahun ini (nanti hingga 31 Desember 2025), memiliki kisah yang penuh dinamika, sosok yang lekat dengan dunia aktivis sejak era 1998 hingga hari ini. Sejumlah rezim telah dilalui, hingga rezim hari ini yang menggambarkan betapa banyaknya problem yang mendera negeri kita.
Kehidupannya, yang penuh dengan dinamika perjuangan dan dekat dengan gerakan mahasiswa, dapat dibaca sejak halaman depan rumah hingga halaman belakangnya. Andi bersama Arifin Panigoro, Hadi Baalamah dan Bayani Mustika mendirikan Yayasan Posko Jenggala.
"Nanti kalau gua meninggal, gua ingin dikuburkan diatas makam Ibu gua"
Begitulah, sejumput kutipan pernyataan Andi yang membangkitkan kenangan penulis pada Ibu, Ayah, dan kampung halaman penulis. Sejumlah dialog penuh nuansa emosi dan menggugah jiwa, ada diantara kutipan kalimat di halaman 15.
Selain cerita tentang kematian, dari menghadapi kematian, mengenang kematian ibu hingga bukan karena demi surga. Buku ini juga menuliskan kisah Abdi Sahrandi tentang Cerita Berbuat Baik, Fase Perkembangan dan Aktualisasi Diri, Cerita Persoalan Bangsa, Cerita Tentang Kebersamaan, Cerita Tentang Komitmen Dan Ungkapan Terima Kasih, hingga cerita tentang perjalanan menuju 80 tahun.
Buku ini, juga dilengkapi dengan sejumlah foto kenangan, perjalanan aktivisme Andi Sahrandi. Priyanto Oemar, selaku penulis buku sangat apik mengisahkan lika liku perjuangan seorang Andi Sahrandi. Dengan pendekatan 'StoryTelling', buku ini gurih dibaca dalam segala suasana.
Meski menyesal, baru bertemu dengan Pak Abdi Sahrandi di usia 80 tahun, namun penulis sekaligus bersyukur. Tak ada kata terlambat, bertemu dan mendapatkan kebaikan. Dan pertemuan Penulis dengan Pak Abdi Sahrandi, penulis mendapatkan kebaikan, dan manfaat untuk perjuangan.
Terima kasih Pak Andi, sudah berkenan mengirimkan buku. Semoga, selalu menginspirasi perjuangan dan terus memberikan kebaikan dan manfaat pada banyak orang.
"Andi Sahrandi, kebaikan dan perjuangan yang tak lekang oleh waktu, tak termakan oleh usia. Terus bergerak, bersemangat, untuk bangsa, untuk masa depan generasi selanjutnya...."[].