Perjalanan karier legenda sepak bola Malaysia, Mokhtar “Supermokh” Dahari
Kamis, 21 Agustus 2025
Faktakini.info, Jakarta - Berikut narasi perjalanan karier dan kisah hidup legenda sepak bola Malaysia, Mokhtar “Supermokh” Dahari, disusun dari sumber-sumber tepercaya.
Mokhtar Dahari lahir di Setapak, Selangor (kini wilayah Kuala Lumpur) pada 13 November 1953. Pada usia 11 tahun ia pindah ke Kampung Pandan dan menempuh pendidikan menengah di Victoria Institution—di sinilah bakat sepak bolanya kian menonjol hingga menembus tim negara bagian Selangor.
Menjadi penyerang utama Selangor sejak 1972, Mokhtar mencetak 177 gol dan membantu klub merajai Piala Malaysia (10 kali juara) serta menjuarai liga domestik 1984. Ia dikenal setia pada Selangor — “hidup dan mati untuk Selangor,” katanya — sekaligus sempat memperkuat tim-tim kompetisi lokal seperti PKNS dan Talasco.
Karier internasionalnya dimulai pada 1972. Bersama timnas Malaysia, ia meraih perunggu Asian Games 1974 serta emas SEA Games 1977 dan 1979, juga gelar-gelar bergengsi kawasan seperti Pestabola Merdeka dan King’s Cup. Produktivitasnya luar biasa: 89 gol dalam 142 “A-internasional”, menjadikannya top skor sepanjang masa Malaysia dan sempat memegang rekor dunia jumlah gol timnas pria hingga era Ali Daei. Dalam daftar IFFHS, ia bertengger di papan atas pencetak gol internasional sepanjang masa.
Beberapa momen ikonik menegaskan status “Supermokh”. Pada 11 Mei 1975 di Stadion Merdeka, ia memborong dua gol saat Malaysia menaklukkan Arsenal 2–0 dalam tur Asia Tenggara—partai yang melegenda dan tercatat dalam arsip RSSSF. Tiga tahun kemudian, ia mencetak gol jarak jauh yang melewati kiper Inggris B Joe Corrigan dalam laga imbang 1–1 di Kuala Lumpur, aksi yang kerap disebut sebagai gol terbaiknya.
Di puncak ketenarannya, ia disebut-sebut mendapat tawaran ke Eropa, namun memilih bertahan demi klub dan negara. Ia juga dinobatkan majalah World Soccer sebagai “Best Asian Striker” (1976) dan meraih anugerah Olahragawan Kebangsaan tahun yang sama.
Mokhtar gantung sepatu usai menjuarai Piala Malaysia 1986 dan sempat melatih serta bekerja di sektor nonsepak bola. Di penghujung 1980-an ia mengidap penyakit saraf motorik (motor neurone disease/ALS). Setelah berjuang tiga tahun, ia wafat pada 11 Juli 1991 di Subang Jaya pada usia 37 tahun; penyebab sakitnya diungkap luas ke publik melalui dokumenter National Geographic pada 2010.
Warisan “Supermokh” terus hidup: namanya diabadikan pada Akademi Bola Sepak Negara Mokhtar Dahari (Gambang, Pahang), berbagai fasilitas publik, hingga menjadi rujukan generasi baru pesepak bola Malaysia. Di Selangor, ia tetap pencetak gol terbanyak klub sepanjang masa. Bagi timnas, 89 golnya—rekor Asia Tenggara—menjadi standar emas ketajaman yang sulit disamai.
Singkatnya, Mokhtar Dahari bukan sekadar ikon gol; ia simbol nasionalisme, kedisiplinan, dan dedikasi—seorang pekerja keras yang mengangkat martabat sepak bola Malaysia ke pentas Asia dan menorehkan legenda yang terus diceritakan lintas generasi.