KAPOLRI LISTYO SIGIT PRABOWO MENANTANG PERANG DENGAN BERIKAN INSTRUKSI TEMBAK RAKYAT?

 



Ahad, 31 Agustus 2025

Faktakini.info

KAPOLRI LISTYO SIGIT PRABOWO MENANTANG PERANG DENGAN BERIKAN INSTRUKSI TEMBAK RAKYAT?

Oleh : Ahmad Khozinudin

Sastrawan Politik 

“Haram hukumnya yang namanya Mako diserang, haram hukumnya. Dan kalau kemudian mereka masuk ke asrama, tembak. Rekan-rekan punya peluru karet, tembak,”

[Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, 30/8]

Alih-alih mundur dari jabatannya akibat kebrutalan anggotanya yang melindas AFFAN KURNIAWAN, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo malah perintahkan tembak pada anggotanya. Dalam Video conference (Vicon), Kapolri memerintahkan agar anggotanya bertindak tegas jika Mako Brimob diserang massa.

Sepintas, instruksi ini normatif. Perintahkan tembak bagi yang berani masuk Mako Brimob. Namun dalam konteks kemarahan rakyat yang memuncak, perintah ini justru dapat dipahami sebagai seruan perang terhadap rakyat.

Cara komunikasi yang buruk seperti ini, alih-alih meredakan ketegangan justru akan memantik kemarahan rakyat lebih besar lagi. Kemarahan rakyat atas kebrutalan polisi pada AFFAN KURNIAWAN, hanyalah kulminasi dari banyaknya kezaliman aparat polisi di lapangan selama ini. 

Ketika Listyo Sigit perintahkan tembak, perintah ini malah akan menambah masalah. Bukan mereda, ketegangan dan kemarahan rakyat malah makin tersulut.

Sebagai seorang negarawan, semestinya Listyo Sigit mundur dari jabatannya. Sudah banyak, yang meminta Listyo mundur dari Kapolri.

Mundurnya Liatyo Sigit Prabowo, diyakini akan menurunkan tensi ketegangan. Kemarahan rakyat akan terkompensasi dan berdampak pada peredaan ketegangan.

Tapi karena perasaan rakyat dan aparat tidak nyambung, empati menjadi kosong. Yang ada hanyalah represi yang diharapkan bisa menakut nakuti rakyat.

Perintah tembak, itu sama saja perintah untuk membuat eskalasi kemarahan makin meluas. Sayangnya, Presiden Prabowo Subianto justru melegitimasi tindakan ini, dengan perintah tegas kepada Kapolri untuk menindak sesuai UU.

Oh Negeriku, entah sampai kapan konflik ini akan reda. Entah, berapa banyak lagi rakyat akan menjadi korban akibat sikap jumawa para penyelenggara negara, aparat dan pejabat.

Situasinya, saat ini makin tak terkendali. Pada Minggu (31/8/2025) dini hari, massa dikabarkan menjarah rumah yang diduga milik Menteri Keuangan Sri Mulyani di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan.

Penjarahan ini terjadi, setelah sebelumnya rumah anggota DPR Sahroni, juga dijarah massa. Rumah mewah 'Crazy Rich' di Tanjung Priok ini, mendapat penghakiman massa, setelah pemiliknya menyebut rakyat paling tolol sedunia karena mengkritik DPR. [].