Insiden jatuhnya Juliana Marins pendaki asal Brasil, Agam Rinjani Menuai Pujian
Tak terkecuali media asing.
Berbagai media luar negeri memberitakan kejadian itu.
Bahkan menyebut keluarga korban menuding tim penyelamat terlalu lambat melakukan penyelamatan terhadap Juliana, hingga dia m3ninggal dunia
Warga Brasil, termasuk publik figur dan keluarga Juliana, menyatakan kekecewaan dan kritik tajam atas upaya evakuasi yang dilakukan tim SAR Indonesia.
Namun, kini setelah jenazah korban berhasil dievakuasi dari kedalaman 600 meter di punggung Gunung Rinjani, warganet Brasil ramai-ramai mengucapkan terima kasih atas penyelamatan tersebut.
Salah satu yang paling disorot dalam misi evakuasi Juliana adalah sosok Agam Rinjani.
Aksi Agam tak hanya menuai pujian dari warga Indonesia tapi juga dari warganet Brasil.
Aksi heroik dan pernyataan penyesalan dari Agam Rinjani, salah satu rescuer yang terlibat langsung dalam evakuasi j3nazah Juliana Marins dari jurang Gunung Rinjani, telah mendapatkan respons yang sangat positif dan mengharukan dari netizen brazil
Meskipun sebelumnya banyak kritik dan kekecewaan terkait lambatnya proses evakuasi secara keseluruhan, sosok Agam dan kawan-kawan justru kini menjadi pahlawan di mata banyak warganet Brasil.
“Pahlawan kita tidak memakai jubah, dia memakai ransel besar dan mengisap rokok,” tulis warganet Brasil melalui akun brunz merujuk pada salah foto Agam.
“Di Brasil kami berterima kasih atas solidaritas kalian,” tulis espaco_
“Kamu adalah PAHLAWAN! Terimalah semua kasih sayang, hormat, dan kekaguman dari kami orang Brasil,” tulis joy.c
Jenazah Juliana dievakuasi dari jur4ng kawasan Cemara Nunggal, jalur pendakian Gunung Rinjani, pada Rabu (25/6/2025) pukul 13.51 Wita.
Proses evakuasi dilakukan dengan sistem vertical lifting.
Sementara itu, dalam unggahan lain, Agam menyatakan penyesalannya karena tak bisa membawa pulang Juliana dalam keadaan hidup.
Namun, warganet Brasil memahami kondisi yang dihadapi tim relawan di gunung Rinjani, dan berterima kasih atas aksi kemanusiaan Agam dan rekan-rekannya.
Sebelumnya, Agam menjadi satu di antara beberapa penyelamat yang mengevakuasi tubuh Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang jatuh ke jurang di Gunung Rinjani.
"Apa pun hasilnya, kita harus memberikan penghormatan kepada pemandu Agam Rinjani yang dengan sukarela mengumpulkan tim dan pergi mencari Juliana bahkan di wilayah yang tidak bersahabat, bahkan tanpa dukungan dari pemerintah Indonesia. Terima kasih yang tak terhingga, Agam Rinjani," tulis pengguna Twitter, Janyne Perronita.
"Agam Rinjani, sosok yang berada di sisi Juliana Marins sepanjang malam untuk menjaga tubuhnya agar tidak terjatuh ke bawah tebing, menggendongnya ke puncak ketika fajar menyingsing," tulis IndoPopBase di Twitter.
Mengutip Grid ID, Agam adalah pemandung Gunung Rinjani mengevakuasi jasad Juliana Marins. Aksinya membuatnya banjir hotmat dari netizen Brasil. Dia juga mengunggah video saat sedang merambati tebing sambil membawa jasad Juliana dengan bantuan tali.
Agam secara langsung mengevakuasi jenazah Juliana Marins yang jatuh pada Sabtu, 21 Juni 2025. Proses evakuasi jenazah tersebut berhasil diselesaikan pada Rabu (25/6/2025). Bersama tim SAR gabungan, Agam melakukan evakuasi dengan metode penyelamatan vertikal atau vertical evacuation. Melalui akun Instagram pribadinya, Agam membagikan momen saat dirinya menggantung di tebing sambil membawa jenazah Juliana.
"Persiapan penarikan. Semangat," ucapnya.
Agam merupakan satu dari empat orang rescuer yang turun mengevakuasi jenazah Juliana Marins di kedalaman 600 meter. "Turut berduka cita, atas meninggalnya pendaki asal Brazil, saya tidak bisa berbuat banyak, saya hanya bisa bantu seperti ini, Semoga amal ibadahnya diterima disisiNya Amin," tulis Agam di postingannya.
Agam bekerja sebagai pemandu wisata khusus gunung dan pantai. Ia juga mengelola usaha wisata bernama Etnoshop Adventure. Selain itu,Agam juga memiliki keahlian dalam penelusuran gua dan teknik penyelamatan vertikal (vertical rescue). Kini, Agam dipandang sebagai sosok pahlawan oleh masyarakat Brasil.
Usai membahas profil Agam, guide Gunung Rinjani yang evakuasi jasad Juliana Marins, unggahan lama milik Agam kini dipenuhi komentar bernada apresiatif. Dalam unggahan terbarunya yang dikutip pada Rabu (25/6/2025) sekitar pukul 23.48 WIB, tercatat telah memperoleh 61 ribu tanda suka, 30 ribu komentar, dan telah dibagikan sebanyak 4 ribu kali.
Kronologi jatuhnya Juliana Marins
Pada Sabtu, Juliana Marins mulai mendaki Gunung Rinjani bersama enam orang rekannya dan seorang pemandu lokal. Mereka memilih jalur Sembalun dan pada Sabtu (21/6/2025) dini hari. Juliana melanjutkan perjalanan menuju puncak bersama lima pendaki lain dan pemandu.
Ketika sampai di titik Cemara Nunggal, Juliana dilaporkan merasa kelelahan dan diminta oleh pemandu untuk beristirahat. Pemandu kemudian melanjutkan perjalanan ke puncak bersama kelima pendaki lainnya, meninggalkan Juliana sendirian di titik istirahat.
Juliana tak kunjung menyusul rombongan. Karena itulah pemandu memutuskan kembali ke lokasi tempat Juliana terakhir beristirahat. Tapi Juliana tidak ditemukan di sana. Dari titik tersebut, pemandu melihat cahaya senter di bawah jurang yang mengarah ke Danau Segara Anak. Dia pun menduga bahwa cahaya itu berasal dari Juliana yang terjatuh dan segera menghubungi otoritas untuk meminta bantuan.
Pukul 06.30 WITA, laporan pertama diterima oleh otoritas berwenang. Tanggapan cepat datang dari tim gabungan yang terdiri dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Basarnas Mataram, Polsek Sembalun, Emergency Medical Hikers Community (EMHC), serta SAR Lombok Timur.
Tim SAR segera bergerak menuju lokasi dengan membawa peralatan vertical rescue. Sekitar enam jam kemudian, tepatnya pada 12.00 WITA, tim telah mencapai Pos 4 dan mulai mendekati lokasi dugaan jatuhnya korban. Meski begitu, evakuasi belum dapat dilakukan segera karena medan ekstrem dan cuaca buruk.
Tiga hari kemudian, tepatnya pada Selasa, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana mengonfirmasi bahwa Juliana diduga telah meninggal dunia. Pernyataan tersebut berdasarkan hasil pencarian tim SAR yang menggunakan drone thermal milik Kantor SAR Mataram.
“Korban ditemukan pada kedalaman sekitar 400 meter dari titik awal jatuhnya. Diperkirakan dalam kondisi meninggal dunia,” ujar Widi dalam siaran pers.
Menurut pengakuan Tim SAR, mereka kesulitan mengevakuasi tubuh Juliana karena kondisi geografis yang sangat terjal dan cuaca yang tidak bersahabat. Operasi SAR dilanjutkan dengan bantuan helikopter, drone thermal, dan dua pendaki profesional berpengalaman.
Setelah itu, Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas), Marsekal Muda TNI Mohammad Syafii, dalam keterangannya di akun resmi Basarnas, Selasa, (24/6/2025) malam, memastikan korban ditemukan tidak bernyawa di kedalaman 600 meter.
Dia menjelaskan, 7 orang penyelamat dari tim SAR gabungan telah berhasil menjangkau kedalaman 400 meter, pada Selasa sore, pukul 16.52 WITA. Kemudian, pada pukul 18.00 WITA, satu orang penyelamat dari Basarnas atas nama Hafid Hasadi, berhasil menjangkau korban pada kedalaman 600 meter. Petugas lalu memeriksa korban, dan tidak ditemukan tanda-tanda kehidupan.
Lalu pada pukul 18.31 WITA, tiga personel tambahan dari potensi SAR diturunkan untuk mendekati korban di kedalaman 600 meter. Mereka melakukan proses wrapping survivor sebagai persiapan evakuasi.
Total tujuh orang tim penyelamat bermalam di lokasi dengan sistem flying camp, di mana tiga orang berada di anchor point (kedalaman 400 meter) dan empat lainnya bersama korban. Karena cuaca buruk dan jarak pandang terbatas, evakuasi ditunda dan dijadwalkan dilanjutkan pada Rabu (25/6/2025) pukul 06.00 WITA.
Source : intisarigrid
#agam #guide #guiderinjani #rinjani #rinjanimountain #lombok #Juliana #julianamarins #brasil