Menerima Takdir Ilahi: Menyikapi Permusuhan Sekte Imad bin Sarman terhadap Nasab Habaib
Sabtu, 24 Mei 2025
Faktakini.info, Jakarta - Di era digital saat ini, diskursus keagamaan yang berkembang di ruang publik tak jarang diwarnai oleh polemik yang tidak sehat. Salah satu contoh yang menonjol adalah narasi yang terus-menerus diangkat oleh kelompok yang dikenal sebagai sekte Imad bin Sarman.
Kelompok ini dikenal aktif menyerang dan mempertanyakan kemuliaan nasab para habaib—keturunan Nabi Muhammad SAW—dengan nada penuh curiga dan provokatif. Dan ironisnya setelah menyerang nasab Habaib habis-habisan kelompok Imad malah mengklaim nasab mereka shohih tersambung ke Walisongo dan Nabi Muhammad SAW.
Fenomena ini pada hakekatnya menunjukkan sesuatu yang lebih dalam daripada sekadar perbedaan pendapat. Serangan yang terus-menerus terhadap kemuliaan nasab Habaib keturunan Rasulullah SAW yang sudah ijma' Ulama, diakui oleh seluruh ahli nasab dan naqobah asyraf resmi sedunia mencerminkan kekecewaan dan ketidakterimaan kelompok Imad terhadap takdir Allah SWT.
Sadar atau tidak, kelompok ini menunjukkan bentuk ketidakikhlasan terhadap kenyataan bahwa mereka tidak ditakdirkan sebagai bagian dari keturunan Rasulullah SAW.
Allah SWT dengan segala kehendak dan kebijaksanaan-Nya telah memilih keluarga Rasulullah SAW sebagai orang-orang yang dimuliakan. Ini adalah kehendak yang tidak bisa diganggu gugat. Nasab mulia ini bukan untuk disombongkan oleh keturunannya, dan juga bukan untuk dijadikan alasan dengki oleh pihak lain.
Sejatinya, kelompok Imad yang tidak termasuk dalam nasab tersebut seharusnya menerima takdir ini dengan ikhlas dan menjadikannya sebagai motivasi untuk lebih mendekat kepada Allah SWT melalui amal dan akhlak yang baik.
Sikap iri hati dan permusuhan terhadap nasab mulia bukanlah jalan yang diajarkan dalam Islam. Justru, Islam mengajarkan untuk menghormati keturunan Nabi Muhammad SAW sebagaimana kita mencintai beliau. Bahkan dalam banyak hadits, Rasulullah SAW mengingatkan umatnya agar menjaga dan memuliakan ahlul bait.
Oleh karena itu, sekte Imad bin Sarman dan pengikutnya perlu merenung dan mengevaluasi arah perjuangan mereka. Apakah benar mereka sedang mencari kebenaran, atau hanya menyalurkan rasa kecewa terhadap takdir Ilahi yang tidak bisa mereka ubah? Sudah saatnya mereka berhenti memprovokasi dan mulai berdamai dengan kenyataan, serta berfokus pada peningkatan iman dan takwa.
Allah SWT menilai hamba-Nya bukan semata dari nasab, melainkan dari ketakwaan. Maka, bagi siapa pun yang tidak terlahir dari nasab Rasulullah SAW, bukan berarti tertutup jalan menuju kemuliaan—selama ia bersungguh-sungguh dalam iman dan amal saleh.