Kiai Imad, sang Mujaddid yang tidak mau diteliti ( Klarifikasi Kiai Imad tentang kitab NU-nya yang dicopas dari situs-situs Wahhabi )
Selasa, 13 Mei 2025
Faktakini.info
• Kiai Imad, sang Mujaddid yang tidak mau diteliti ( Klarifikasi Kiai Imad tentang kitab NU-nya yang dicopas dari situs-situs Wahhabi )
Alkisah seorang Kiai sepuh di Jawa Tengah meminta klarifikasi dari Kiai Imad terkait sebuah video Youtube berikut ini :
https://youtu.be/UJea-iKB3c0?si=-pgIUtSIwQn-KL1M
Video ini adalah reaction dari tulisan saya berikut ini yang mengkritisi salah satu kitab fenomenal Kiai Imad “ Al-Fikrah Al-Nahdhiyah “ yang ternyata banyak berisi “ copasan “ dari situs-situs Wahhabi :
https://www.facebook.com/share/166f5JJKA2/?mibextid=wwXIfr
( Kiai Imaduddin Utsman Al-Bantani, menulis kitab pemikiran NU tapi isinya “copas” dari situs-situs Wahhabi, sebuah catatan seorang pembaca )
saya sejak lama memang menunggu klarifikasi Kiai Imad terkait masalah ini, tapi alih-alih mengklarifikasi dengan argumen dan data, Kiai Imad justru bergaya bijak menyebutkan kata-kata hikmah hari ini dibalik viralnya tulisan saya itu :
“ itu biar kitab saya dibaca banyak orang Kiai, Lora Ismail itu minim referensi dan data, maklum lulusan Yaman, kena pengaruh halu “
Saya jadi teringat pendukung Real Madrid yang terpojok karena kalah dari Barcelona, alih-alih mengakui kekalahan, dia malah sibuk beralih kepada pembahasan 15 UCL 😁
Kiai Imad yang terhormat, jika memang njenengan kaya akan data dan referensi, silahkan tunjukkan data dan referensi mana yang memperbolehkan njenengan menyusupkan maklumat-maklumat dari situs Wahhabi itu ke sebuah Kitab yang njenengan klaim sebagai kitab pemikiran NU ?
Kiai Imad juga seperti terjangkit “phobia” kepada setiap hal yang berbau Yaman, beliau berusaha meyakinkan bahwa lulusan Yaman itu tidak kredibel karena terdoktrin cerita-cerita halu, beliau mungkin tidak menyadari bahwa para lulusan Yaman ( Tarim ) yang punya kiprah di Indonesia entah sudah berapa banyak jumlahnya, dan mereka bukan hanya dari golongan Ba’alawi saja. dari kaum pesantren saja, di Langitan ada Kh. Abdullah Habib Faqih, di Lirboyo ada Yai Said Ridwan, Gus Adib Anwar Manshur, Gus Reza, Gus Hakim An’im dll, di Sarang ada Kak Iemam Waee Bin Kh. Roghib Mabrur, di Pakis Pati ada Gus Aan El Hoeda putra Kh. Aniq Muhammadun, belum lagi yang nyantri di Madinah tapi berguru kepada Habib Yaman ( Habib Zain Bin Smith ) seperti Gus Melvin Lirboyo, Gus Zaki Lasem ( ipar Gus Kautsar ) , Mas Cholil Nawawi Sidogiri, dan masih banyak lagi beliau-beliau yang lain yang kebanyakan tidak saya ketahui ( bisa kalian tuliskan di kolom komentar ). dan saya yakin beliau-beliau adalah orang-orang alim yang terdidik dengan didikan kitab-kitab Mutun dan Syuruh ilmiah, bukan kitab cerita-cerita karomah.
Lagi pula Bagi saya lucu sekali jika cerita-cerita keramat itu dianggap oleh Kiai Imad sebagai kumpulan doktrin yang berusaha disebarkan ulama Ba’aalwi secara masif kepada para murid dan pencintanya, lah wong kitab-kitab itu ( Al-Ghurar, Al-Jauhar Al-Syaffaf dll ) layaknya kitab-kitab bergenre manaqib bukanlah kurikulum di lembaga manapun di Tarim, para ulama disana juga bukan yang menganjurkan banget kitab itu untuk dibaca santri-santrinya, lulusan Yaman yang punya kitab-kitab itu mungkin hanya beberapa saja, termasuk Abdul Aziz Jazuli yang memang sengaja mencari-cari sesuatu dalam kitab-kitab itu sebagai bahan konten sekaligus setoran untuk atasannya.
Fatwa-fatwa Kiai Imad semakin hari juga semakin kesana, termasuk dalam video dibawah ini, ketika beliau menganjurkan kepada para orang tua untuk tidak memondokkan anaknya kepada Kiai-Kiai yang masih jadi Kibin Ba’aalwi, entah standar Kibin Ba’alawi itu seperti apa, yang jelas jika yang dimaksut adalah Kiai yang masih percaya Ba’aalwi sebagai Dzurriah Nabi, tentunya fatwa Kiai Imad ini akan “memakan“ banyak sekali, Allahumma kecuali beliau memang pede bahwa yang percaya tesisnya adalah mayoritas Kiai dan ulama se Indonesia raya.
Berbagai statement Kiai Imad belakangan ini juga semakin menegaskan bahwa pembahasan Bab Ba’aalwi ini sudah offside kemana-mana dan sangat jauh dari sekedar “penelitian nasab “, kapan kira kira semua ini akan berakhir ? Ya Nggak Tau Kok Nanya Saya 😁
namun sekali lagi, dalam menyikapi setiap pembahasan nasab yang penuh dengan hoax dan framing ini, kita memang tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir
• Ismael Amin Kholil, Kaliwungu, 13 Mei, 2025