BTS Meal, Rakyat Makan Opo?

 


Sabtu, 12 Juni 

Faktakini.info

*BTS MEAL, RAKYAT MAKAN OPO ?*

Oleh : *Ahmad Khozinudin*

Sastrawan Politik

Sebenarnya, tak ada yang spesial dari makanan produk 'Warteg Ala Amerika' yang beberapa waktu lalu, sempat menghebohkan publik. BTS Meal terdiri dari 9 pcs Chicken Mc Nugget, satu gelas Coca Cola dan french fries. Serta dua saus spesial, sweet chilli dan cajun sauce. Itu makanan umum bagi kuli dan supir-supir di Amerika.

Namun, soal makan sekarang tidak hanya soal memenuhi hajat, bukan sekedar memenuhi kebutuhan atas rasa lapar. Makan, sudah diubah menjadi hobi bahkan gengsi. Jenis makanan tertentu, akan dianggap 'Wah' jika dihidangkan dengan gaya tertentu.

BTS Meal adalah cara, bagaimana produsen makanan cepat saji Amerika MC Donald, mengubah makan biasa menjadi gengsi. Dengan merekrut BTS (Bangtan Boys), Warteg Paman Sam ini ingin membuat kesan makan di gerainya menjadi sesuatu. 

Soal apakah benar, BTS meal benar-benar makanan favorit anggota boyband asal Korea saat bepergian, itu hal lain. Untuk endorse sebuah produk, memang perlu dibuat kisah naratif yang walaupun imaginatif, yang penting mampu melambungkan perasaan customer menjadi seolah seperti idola mereka saat melumat makanan ini.

Soal rusaknya standar hidup remaja, dimana mereka mengidolakan artis Korea padahal artis tersebut -meminjam istilah yang diungkapkan oleh UAS- sebagai orang-orang najis yang tak pernah mandi junub, itu juga sebuah ironi. Apalagi, jika 'kultus' terhadap artis Korea dilakukan oleh remaja dan pemuda Islam.

Semestinya, anak-anak, remaja dan pemuda Islam mengidolakan Sholahudin al Ayyubi sang Pembebas Palestina, Muhammad al Fatih sang Penakluk Konstantinopel, atau Thoriq bin Ziyad. Mereka, adalah teladan yang bisa dijadikan kebanggaan. 

Atau, tentu saja mengidolakan Rasulullah Saw dan para sahabat. Kisah kebesaran mereka, tak akan lekang ditelan zaman.

Namun, soal lifestyle ini sudah jauh dari Syakhsiyah (kepribadian) Islam. Umat Islam diajak berpikir ala barat, menerapkan sistem hidup barat, dan mengidolakan para pesohor barat, tak terkecuali artis Korea.

Adapun BTS Meal, kritik dalam tulisan ini adalah bahwa produk ini telah menimbulkan ketidakadilan, baik ketidakadilan hukum juga ekonomi.

Gegara makanan siap saji ini, lagi-lagi protokol pandemi dan adagium 'Kesehatan Rakyat Hukum Tertinggi' menjadi  sekedar basa-basi. 

Karena promo BTS Meal, Kepolisian memanggil pengelola gerai McDonald's terkait kerumunan massa imbas promo BTS meal pada Rabu (9/6) kemarin. Namun, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan, pihak pengelola menyampaikan permintaan maafnya terkait kerumunan yang ditimbulkan akibat promo BTS meal.

Menteri BUMN Erick Thohir dikabarkan  ikut mengantre kerumunan hanya demi untuk membeli BTS Meal. Erick disebut sempat was-was takut tidak kebagian, Erick menyebut paket BTS Meal yang didapatnya dibeli lewat layanan antar drive thru untuk anak bungsunya, Alia

Setelah klarifikasi dan permintaan maaf, perkara dianggap selesai. Tak ada penyidikan perkara berdasarkan pasal 93 jo 9 UU No 6 tahun 2018, seperti yang dilakukan terhadap HRS. Tak ada tersangka dan tak ada yang ditahan, semua bebas berkerumun.

Padahal, kerumunan di Petamburan yang acaranya Maulid Nabi Muhammad Saw, diperkarakan. HRS dan sejumlah petinggi FPI dikasuskan, awalnya juga karena kerumunan ini. HRS sudah klarifikasi dan minta maaf, tapi polisi tidak memaafkan.

BTS meal juga menimbulkan ketidakadilan, disaat promo 'makanan artis' ini gencar digalakkan, rakyat kecil malah mau dipalak dengan pajak sembako. Padahal, rakyat makan seadanya, bisa makan saja syukur, mereka tak perlu gengsi dan gaya makan ala makanan artis Korea.

Ketimpangan dan ketidakadilan ini telanjang ditonton rakyat, tak ada udzur bagi siapapun untuk mengindera ketidakadilan ini. Tapi, kelakuan pejabat tidak punya malu, mereka masih saja menganggap kehidupan rakyat baik-baik saja.

Mereka tidak pernah berfikir, disaat komunitas kecil berbangga dengan BTS meal, hingga sejumlah pejabat ikut endorse kebanggaan, rakyat makan apa ? Padahal, para pejabat diamanahi jabatan itu untuk mengurusi rakyat, bukan untuk gagah-gagahan. [].

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel