Umat Beri Imad cs Gelar 'Sangid', Supaya Jiwanya Tenteram dan Tak Iri Lagi Pada Nasab Habaib

 




Senin, 29 Desember 2025

Faktakini.info, Jakarta - Fitnah Nasab terhadap keturunan Nabi Muhammad SAW (Habaib) yang dilakukan kelompok orang-orang gila nasab: Imaduddin bin Sarmana bin Arsa, Abbas Tompel, Sugeng Chiben cs (PWI-LS) kian hari kian kehilangan arah. Setelah bertahun-tahun melancarkan serangan terhadap Habaib dzurriyah Rasulullah SAW, hasilnya nihil. Tidak satu pun tudingan mereka terbukti. Sebaliknya, yang tampak justru Imad cs semakin dikenal sebagai “gila nasab” — obsesi berlebihan untuk diakui sebagai keturunan Nabi dan Walisongo.

Para ulama, ahli nasab, dan tokoh umat menilai kegaduhan ini bukan lagi soal perbedaan ilmiah, melainkan ambisi pribadi yang gagal total. Klaim Imad cs sebagai cucu Walisongo dan Nabi Muhammad SAW runtuh di hadapan fakta sejarah, sanad nasab, dan pengakuan lembaga nasab resmi. Tidak ada dokumen, tidak ada sanad, tidak ada pengakuan. Yang ada hanya teriakan, makian, dan fitnah di media sosial.

Kalau sudah klaim nasab tanpa bukti, lalu menyerang dzurriyah Rasulullah karena tidak diakui, itu bukan diskusi ilmiah. Itu sudah obsesi. Itu ‘gila nasab’.

Kegagalan mendapatkan gelar Sayyid, Syarif, atau Habib tampaknya menjadi sumber amarah yang tak kunjung padam. Alih-alih bercermin dan memperbaiki diri, Imad cs justru memilih jalan konfrontasi: memfitnah Habaib, merusak kehormatan Ahlul Bait, dan menyulut kebencian publik. Nyaris setiap hari Imad cs gelisah dan mengamuk di medsos. Semua dilakukan demi satu tujuan: pengakuan status keturunan Nabi.

Karena itulah, muncul sindiran keras dari para ulama dan tokoh masyarakat dengan mengusulkan gelar baru bagi Imad cs, yakni “Sangid” — singkatan dari Saya Pingin Jadi Sayyid. Bukan gelar kehormatan, melainkan potret telanjang dari ambisi yang tak pernah kesampaian. Bahkan kalau perlu Imad ca dibikinkan buku nasab sekalian, supaya jiwa mereka tenteram dan tidak ngiri terus terhadap nasab Habaib.

Jadi nama panggilan mereka nantinya menjadi: Sangid Imad, Sangid Oma Irama, Sangid Abbas Tompel, Sangid Ghufron dst. 

Kalau gelar Sayyid/Syarif/Habib tentu haram untuk dipakai Imad cs karena nasab mereka tidak ada hubungannya apalagi tersambung dengan bangsa Arab dan Nabi Muhammad SAW. Hanya gelar Sangid yang pas untuk mereka.

“Bukan Sayyid, bukan Syarif, apalagi Habib. Gelar yang ada untuk Imad dan komplotannya hanya Sangid. Pingin jadi Sayyid, tapi tidak pernah sah,” ujar para Ulama.

Sindiran ini bukan tanpa sebab. Dalam Islam, memalsukan nasab adalah dosa besar. Mengaku sebagai keturunan Rasulullah SAW tanpa hak adalah kejahatan moral dan spiritual. Lebih keji lagi jika kebohongan itu dibungkus dengan serangan terhadap dzurriyah Nabi yang sah dan diakui sepanjang sejarah umat Islam.

Para ulama menegaskan, kemuliaan tidak datang dari klaim palsu, apalagi dari memfitnah Ahlul Bait. Kemuliaan lahir dari akhlak, ilmu, dan ketakwaan. Sayangnya, yang dipertontonkan Imad cs justru sebaliknya: amarah, iri, dan kegilaan simbolik terhadap gelar nasab.

Polemik ini akhirnya membuka mata publik: masalah utama Imad PWI-LS cs bukan pencarian kebenaran, melainkan haus status. Ketika klaim ditolak, mereka ngamuk. Ketika tidak diakui, mereka memfitnah. Inilah wajah “gila nasab” yang kini disaksikan umat secara terbuka.

Tokoh-tokoh umat pun mengingatkan dengan keras: siapa pun yang menjadikan nasab sebagai ambisi duniawi, apalagi dengan menghina dzurriyah Rasulullah SAW, hanya akan menuai kehinaan di hadapan umat dan sejarah.

Pingin jadi Sayyid tidak akan pernah menjadikan seseorang mulia. Tapi menjaga adab kepada Ahlul Bait, itulah kemuliaan yang sejati.