Kisah Perjalanan Spiritual Maria Febe, Pebulu Tangkis Indonesia yang Mantap Mualaf Usai Mendengar Azan

 


Ahad, 2 November 2025

Faktakini.info

Kisah Perjalanan Spiritual Maria Febe, Pebulu Tangkis Indonesia yang Mantap Mualaf Usai Mendengar Azan

Mantan tunggal putri Indonesia, Maria Febe Kusumastuti, bukan hanya dikenal karena ketangkasannya di lapangan, tapi juga karena kisah spiritualnya yang menggetarkan hati. Di balik smes tajam dan tekad baja seorang atlet nasional, tersimpan perjalanan batin yang membawa dirinya menemukan kedamaian sejati dalam Islam.

Awal dari Suara yang Menyentuh Jiwa

Maria Febe lahir di Boyolali, 30 September 1989, dan tumbuh dalam keluarga yang menganut agama Kristen. Namun sejak kecil, ada satu hal yang selalu membuatnya terdiam setiap kali terdengar — suara azan.

Suara panggilan untuk salat itu menimbulkan rasa tenang yang tak bisa ia jelaskan. Setiap kali mendengarnya, ada keteduhan yang sulit diabaikan. Dari sanalah, benih ketertarikannya pada Islam mulai tumbuh perlahan.

Puncak Karier dan Dedikasi di Lapangan

Sebelum perjalanan spiritualnya dimulai, Maria Febe lebih dulu dikenal sebagai salah satu tunggal putri andalan Indonesia.

Ia pernah menjadi tumpuan Merah Putih di berbagai ajang internasional dan bersaing dengan pemain top dunia.

Peringkat terbaiknya di BWF adalah posisi ke-18 dunia pada tahun 2010, pencapaian luar biasa di tengah dominasi pemain-pemain Tiongkok dan Korea saat itu.

Deretan prestasinya pun tak sedikit.

Maria Febe menjuarai Australia Open dan Bitburger Open, serta menjadi runner-up di New Zealand Open 2009.

Ia juga berkontribusi besar membawa tim Indonesia meraih medali perunggu di Piala Uber dan Asian Games 2010.

Keberhasilannya itu menjadi bukti dedikasi dan konsistensinya sebagai atlet yang tak mudah menyerah.

Ketertarikan yang Kian Menguat

Saat bergabung dengan Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) PBSI pada tahun 2010, perjalanan batinnya menemukan arah yang lebih jelas.

Di lingkungan yang mayoritas beragama Islam, Maria Febe makin banyak belajar dan mengenal nilai-nilai Islam secara langsung.

Ia sering mengikuti teman-temannya salat Tarawih, mendengar ceramah, hingga ikut berpuasa di bulan Ramadan.

Semakin ia mengenal, semakin kuat pula dorongan dari dalam dirinya untuk mendalami agama Islam. Hingga akhirnya, pada tahun 2013, Maria Febe mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

Menemukan Kedamaian dalam Islam

Di lingkungan Pelatnas, disaksikan rekan-rekannya, Maria Febe mengucapkan dua kalimat syahadat. Momen itu menjadi titik balik yang mengubah arah hidupnya.

Baginya, keputusan menjadi mualaf bukan karena dorongan siapa pun, melainkan panggilan hati yang sudah lama bersemayam dalam dirinya.

“Setiap kali mendengar azan, hati saya tenang. Saya merasa seperti dipanggil,” tutur Maria dalam sebuah kesempatan.

Keputusannya menjadi mualaf menandai perjalanan spiritual baru yang tak kalah menginspirasi dibanding prestasinya di lapangan. Ia kini hidup dengan keyakinan baru, membawa semangat dan ketenangan yang berbeda dalam setiap langkahnya.

Dari Raket ke Jalan Cahaya

Maria Febe Kusumastuti bukan hanya simbol kerja keras di lapangan, tapi juga simbol pencarian makna hidup yang tulus.

Perjalanannya membuktikan bahwa kemenangan sejati bukan hanya di arena pertandingan, melainkan di dalam hati — ketika seseorang menemukan kedamaian sejati dalam keyakinannya.