Lora Ismael: Sebelum dan Sesudah 'Tesis Imad', Habaib Tetap Diakui Nasabnya oleh Seluruh Ahli Nasab
Sabtu, 23 Agustus 2025
Faktakini.info
Muhammad Ismael Al Kholilie
• Sebelum Tesis Kiai Imad menyerang
Selama ini ketika saya mengungkap data-data sejarah tentang kedekatan para Kiai dan Habaib dan bagaimana mereka saling menghormati dan menghargai satu sama lain, para Supporter Kiai Imad hampir pasti akan menyela :
“ itu kan dulu sebelum ada tesis Kiai Imad, dulu belum ada penelitian ilmu nasab seperti sekarang, andai beliau-beliau hidup di zaman sekarang pasti mereka akan setuju dengan tesis Kiai Imad “
Seakan-akan tesis Kiai Imad adalah sesuatu yang benar-benar baru, fresh dan tak pernah ditemukan sebelumnya, padahal kitab-kitab nasab yang dipakai Kiai Imad untuk menganulir nasab Ba’alawi adalah kitab-kitab nasab klasik yang sudah ditulis ratusan tahun yang lalu : Tahdzibul Ansab ( 437 H ), Al-Majdi ( 490 H ), Muntaqilah Al-Thalibiah ( 400 H ), Al-Syajarah Al-Mubarakah ( 606 H ), Al-Fakhri ( 614 H ), Ansab Al-Thalibiyin ( 709 H ), Al-Suluk ( 732 H ), Umdatul Thalib ( 828 H ). Kiai Imad sendiri mengakui bahwa tesisnya mengambil Inspirasi dari seorang Salafi Murad Syukri :
https://rminubanten.or.id/imam-mahdi-ba-alawi-dan-klasifikasi-ulama-pendukungnya/?fbclid=IwZXh0bgNhZW0CMTEAAR7f1hkJDaJ2gUYGcHBlMQyiAfw7B9ah2apYXrh8UBAwDR6o59RINtsvnHD-7w_aem_niCq7aUhD0w_v1sNW-iNmw
Saya punya Beberapa Pertanyaan sederhana untuk para pendukung Kiai Imad :
⁃ Apakah kitab-kitab nasab itu sudah ada sebelum munculnya tesis Kiai Imad ? ada
⁃ apakah kajian dan penelitian nasab sudah ada sebelum munculnya tesis Kiai Imad ? ada
⁃ apakah Kitab-Kitab nasab itu juga dibaca oleh para ulama pakar nasab lintas generasi seperti Syaikh Murtadho Al-Zabidi, Syaikh Khalil Ibrahim sampai Syaikh Mahdi Raja’i ? Ya
⁃ setelah sama-sama membaca, mengkaji dan meneliti kitab-kitab nasab itu, mengapa kesimpulan mereka terkait nasab Ba’alawi berbeda dengan kesimpulan Kiai Imad (seorang) ?
untuk jawaban pertanyaan terakhir yang juga berkaitan dengan narasi Kiai Imad yang ingin mengesankan bahwa nasab Ba’alawi tidak ditemukan selama ratusan tahun dan baru diproduksi di abad ke 9, statement dari Sayyid Mahdi Raja’i berikut ini sebenarnya sudah menjawab lebih dari cukup :
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على سيدنا وحبيبنا ابي القاسم المصطفى محمد وعلى اله الطيبين الطاهرين واصحابه الميامين المنتجين .
واما بعده
في الاون الاخرة تلقينا معلومات حول شكوك او انكار حول نسب السادة من بني علوي . هذه الشبهات والانكار اثارها المهتمون بدراسة علم الانساب وايضا بين طلاب العلوم الدينية الذين لهم تأثير في الشبكات الاجتماعية . كان سبب الشكوك والنفي ان اسم عبد الله او عبيد الله بن احمد بن عيسى لم يكن يكتب او يذكر في بعض كتب الانساب المعاصرة له وبعد عدة قرون حتى القرن الثامن الهجري .
بصفتي عالما ومحققا في التراث الاسلامي بحث وكتب في هذا المجال لعقود اؤكد ان بني علوي هم سادة من نسل احمد ابن عيسى المهاجر من خلال ابنه عبد الله المعروف باسم عبيد الله . ولقد اشتهرت صحة نسب سادة بني علوي من حيث الفقه وعلم النسب والحقائق التاريخية المختلفة وتقارير علماء النسب منذ قرون .
ان عدم ذكر احد ابناء احمد بن عيسى المسمى بعبد الله او عبيد الله لا ينفي وجوده وهذا شيء يقع عادة في العديد من كتب الانساب التي جمعت وكتبت في العصور الاولى هناك العديد من العوامل التي تؤدي الى عدم ذكر اسم شخص في كتاب الانساب بما في ذلك الوضع الاجتماعي والسياسي في ذلك العصر او ان المعلومات حول الاسم غير مناحة لعلماء الانساب بسبب المسافة البعيدة او المنطقه التي هاجروا اليها في خصوص حاله عبد الله او عبيد الله . كان من الواضح ان هجرته الى منطقه خارج اراضي الاوائل الذين كانوا عموما في العراق وايران تسببت في عدم وصول اسمه الى كتاب الانساب .
لذلك كتبت هذا البيان لمن يريد ان يكتشف ويزيل الشكوك حول صحة انساب بني علوي التي استمرت حتى الامام الحسين عليه السلام .
في النهايه اسال الله تعالى المزيد من التوفيق لنا جميعا في حفظ قدسية ومحبة اهل بيت الرسول الاكرم صلى الله عليه واله وذريتهم الكرام
السيد مهدي رجائي
“ Belakangan ini kami menerima informasi tentang adanya keraguan atau penolakan terhadap nasab para sayyid dari Bani ‘Alawi. Syubhat dan penolakan ini dibangkitkan oleh para pemerhati ilmu nasab, juga sebagian penuntut ilmu agama yang memiliki pengaruh di jejaring sosial. Penyebab timbulnya keraguan dan penolakan tersebut adalah karena nama Abdullah atau Ubaidillah bin Ahmad bin ‘Isa tidak disebutkan dalam sebagian kitab nasab yang ditulis oleh ulama sezamannya, bahkan juga dalam beberapa abad setelahnya hingga abad ke-8 H.
Sebagai seorang ulama dan peneliti dalam khazanah Islam yang telah meneliti dan menulis di bidang ini selama puluhan tahun, saya menegaskan bahwa Bani ‘Alawi benar-benar para sayyid dari keturunan Ahmad bin ‘Isa al-Muhajir melalui putranya Abdullah yang dikenal dengan nama Ubaidillah. Kebenaran nasab para sayyid Bani ‘Alawi ini telah masyhur dari sisi fikih, ilmu nasab, fakta-fakta sejarah yang beragam, serta laporan para pakar nasab sejak berabad-abad yang lalu.
Tidak disebutkannya salah seorang putra Ahmad bin ‘Isa yang bernama Abdullah atau Ubaidillah dalam kitab-kitab nasab bukan berarti meniadakan keberadaannya. Hal ini lumrah terjadi dalam banyak kitab nasab yang disusun pada masa-masa awal. Ada banyak faktor yang menyebabkan nama seseorang tidak tercantum dalam kitab-kitab nasab, di antaranya kondisi sosial dan politik pada masa itu, atau informasi mengenai nama tersebut tidak sampai kepada para ahli nasab karena jarak yang jauh atau wilayah tempat hijrah mereka. Secara khusus dalam kasus Abdullah atau Ubaidillah, jelas bahwa hijrahnya ke sebuah daerah di luar kawasan para leluhur yang umumnya berada di Irak dan Iran telah menyebabkan namanya tidak sampai kepada penulis kitab-kitab nasab.
Oleh karena itu saya menulis pernyataan ini bagi siapa saja yang ingin menyingkap dan menghilangkan keraguan tentang kebenaran nasab Bani ‘Alawi yang bersambung hingga kepada Imam al-Husain
Akhirnya, saya memohon kepada Allah Ta‘ala agar memberi tambahan taufik kepada kita semua dalam menjaga kesucian dan kecintaan kepada Ahlul Bait Rasulullah yang mulia shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam serta keturunan beliau yang mulia “
Sayyid Mahdi Rajā’ī
معهد الدراسات لتحقيق أنساب الأطهار
Institut Penelitian untuk Verifikasi Nasab Para Sayyid
*************************************
Saya tentu akan memilih merujuk kepada pakar nasab daripada pakar-pakar-an dadakan agar tidak terjadi mati-nya kepakaran seperti judul bukunya Tom Nichols, entah sejak kapan hal-hal sederhana seperti itu perlu dijelaskan berkali-kali, saya sudah menulis banyak sekali tulisan dan sudah terlampau banyak menjelaskan, yang jelas Pada akhirnya dan seperti biasanya, kita memang tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir
• Ismael Amin Kholil, Surabaya, 22 Agustus, 2025