Dari Lambang Negara ke Tuduhan Durhaka: Dusta Apa Yang Kau Dendami (Menjawab Tuduhan Sekte Imad terhadap Habaib)
Senin, 4 Agustus 2025
Faktakini.info
Tamzilul Furqon
Dari Lambang Negara ke Tuduhan Durhaka: Dusta Apa Yang Kau Dendami
🔻 Menjawab Komentar H4sut-an Marwiah Tentang Sultan Hamid II
Jadi sekarang... nasab bisa gugur hanya karena politik? Menarik.
Kalau satu Sultan Hamid II memilih federalisme dan terlibat manuver APRA, lalu semua yang bernasab Arab layak dicurigai, maka jangan lupa:
Sultan Pakubuwono X pun sempat menerima bintang kehormatan dari pemerintah kolonial Belanda tahun 1920. Haruskah semua keturunan keraton kita coret dari buku sejarah?
Dan mari kita tidak lupa, Soekarno muda pernah menjadi anggota PNI yang dituduh dekat dengan Jepang. Apakah lantas kita ragukan seluruh ideologi nasionalismenya?
Kawan, sejarah itu berlapis, bukan lembaran coret-coretan dendam.
Sultan Hamid II memang terlibat rancangan federalisme dan peristiwa kelam APRA. Tapi ia juga adalah arsitek lambang negara Garuda Pancasila—sebuah warisan simbolik yang tidak bisa dibantah. Bahkan Prof. Dr. Anhar Gonggong, sejarawan senior, menyatakan bahwa "Sultan Hamid II adalah tokoh kompleks yang tak bisa dilabeli hitam-putih."
Apa yang membuat orang takut dengan kata 'sayyid'? Karena mereka membawa kehormatan? Atau karena kita takut melihat keturunan Nabi ada di tengah kita—bukan sebagai penjajah, tapi sebagai bagian dari sejarah bangsa ini?
Kalau logika sejarah sudah dipakai untuk menegasikan nasab, maka hari ini kita sedang menyaksikan kebangkitan mazhab dendam, bukan mazhab ilmu.
Ingat, Imam Syafi’i berkata: "Asal-usul seseorang tidak akan menyelamatkannya jika amalnya rusak, namun amal baik tak akan sia-sia hanya karena asal-usulnya."
Maka yang kita lawan adalah pengkhianatan, bukan nasab.
Dan yang kita bela adalah keadilan berpikir, bukan silsilah.
---
📚 Referensi:
1. Anhar Gonggong, “Sultan Hamid II dan Lambang Negara”, Kompas, 2010.
2. Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (Jakarta: Balai Pustaka, 1984).
3. Imam Syafi’i, al-Umm, cet. Dar al-Kutub al-Ilmiyah.