Bahaya Penyakit Hati: Iri dan Dengki Sekte Imad Terhadap Nasab Habaib
Rabu, 18 Juni 2025
Faktakini.info, Jakarta - Dalam dunia keilmuan dan keagamaan, nasab merupakan bagian penting dari identitas seseorang, terutama bagi mereka yang berasal dari keturunan mulia, seperti dzurriyah Nabi Muhammad SAW yang dikenal sebagai para Habaib. Namun, di tengah masyarakat, tidak sedikit individu yang justru menunjukkan sifat iri dan dengki terhadap kemuliaan nasab ini.
Salah satu contoh yang disorot publik adalah sosok Imaduddin bin Sarmana bin Arsa, yang dikenal dengan klaim kontroversialnya sebagai cucu Wali Songo bahkan mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Klaim Imad dan kelompoknya tidak berdasar dan merupakan bentuk delusi yang berakar dari penyakit hati berupa iri, dengki, dan hasud terhadap kedudukan para Habaib yang nasabnya diakui sebagai dzurriyah Rasulullah SAW oleh seluruh naqobah asyraf dan ahli nasab sedunia.
Dalam Islam, sifat hasad (dengki) merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya. Rasulullah SAW bersabda:
"Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar."
(HR. Abu Dawud)
Sifat iri terhadap nasab orang lain, terutama terhadap keturunan Rasulullah SAW, bukan hanya menunjukkan ketidakikhlasan terhadap takdir Allah, tetapi juga menjadi cermin rusaknya hati dan akhlak. Hal ini semakin parah jika kemudian dilanjutkan dengan fitnah dan manipulasi sejarah demi membangun citra pribadi yang semu.
Nasab adalah ketetapan Allah SWT. Tidak bisa diusahakan apalagi direkayasa. Allah telah memuliakan sebagian manusia dengan keturunan yang berkah, bukan untuk disombongkan, melainkan untuk diteladani. Maka alih-alih mencela atau mencurigai nasab orang lain, seharusnya kita bercermin dan memperbaiki diri.
Fenomena seperti yang ditampilkan oleh Imaduddin dan kelompoknya menunjukkan betapa bahayanya penyakit hati yang dibiarkan tumbuh tanpa introspeksi. Ia bukan hanya merusak individu, tetapi juga meracuni komunitas, memecah belah umat, serta menciptakan keresahan di tengah masyarakat yang mencintai keturunan Rasulullah SAW.
Sudah sepatutnya umat Islam menjaga lisan, hati, dan akhlaknya dari perbuatan buruk seperti ini. Sebab kehormatan bukan dibangun dengan klaim nasab palsu, tetapi dengan akhlak, ilmu, dan ketakwaan kepada Allah SWT.