Ismael Kholilie: Inspirator Kiai Imad (Murad Syukri) tidak hanya membatalkan nasab Ba’alawi
Muhammad Ismael Al Kholilie
• Inspirator Kiai Imad tidak hanya membatalkan nasab Ba’alawi
Sudah hampir 3 tahun dan pembahasan nasab Habaib masih tetap hangat sampai saat ini, sebagai pembaca dan pengamat isu ini sejak pertama kali muncul, sampai sekarang sebenarnya masih ada pertanyaan saya yang belum dijawab Kiai Imad dengan Baik dan memuaskan :
“ Darimana njenengan memunculkan syarat kitab sezaman yang tidak pernah disyaratkan oleh ahli nasab dalam kitab manapun ? “
Padahal selain tes Dna, Syarat kitab sezaman adalah senjata utama Kiai Imad dalam menganulir nasab bahkan menfiktif-fiktifkan para leluhur Habaib Ba’alawi. Sejak lama saya membaca dan menelusuri kitab-kitab nasab yang diklaim Kiai Imad sebagai rujukannya seperti Rasail fi ilmil ansab, Muqaddimat Fil Ilmil Ansab, Al-Kafi Al-Muntakhab dll. Namun hasilnya nihil, sampai detik ini sama sekali tidak ditemukan dalam semua referensi itu satupun data yang menyatakan bahwa kitab sezaman merupakan syarat mutlak untuk mengitsbat nasab seperti klaim Kiai Imad.
https://rminubanten.or.id/kitab-sezaman-adalah-mutlak-untuk-meneliti-kesahihan-nasab/
Plot twistnya, saya justru menemukan syarat kitab sezaman itu dalam 2 kitab : “ Al-Ithaf “ dan “ Quraish Fil Urdun “, dua-duanya karya dari seorang Murad Syukri, seorang Wahhabi-Takfiri yang sama sekali bukanlah ulama nasab. jadi jika Kiai Imad mengklaim bahwa tesisnya itu murni hasil dari penelitiannya dalam mengkaji kitab-kitab nasab, maka saya hanya bisa nyengir dan berdecak tidak kagum, faktanya Kiai Imad hanya menambah topping saja, sedangkan resep utamanya adalah milik Murad Syukri, itu jelas kebalikan dari apa yang pernah ditulis Kiai Imad :
“ Tentu Syekh Murad Syukri dan lainnya sebagai ulama terdahulu, mempunyai peran terhadap tesis penulis, tetapi yang penulis suguhkan hari ini jauh lebih konprehensif dan mendetail dari ulama-ulama sebelumnya yang membatalkan nasab Ba Alawi “
Dalam kitabnya itu Murad Syukri menuliskan :
فليذكر أبناء علوي بعد هذا البيان من الذي نص من آئمة العلم المعاصرين لمحمد مرباط و آبائه كما يذكرون سلسلتهم ، من نص من أئمة العلم على أنهم أشراف حسينيون ؟! والمقصود بالعلماء هنا هم الذين عاصروا النسب من بدايته كعلماء القرن السادس والسابع والثامن
وليس من كتب شجرات النسب منهم
“ maka hendaklah para Ba’alawi setelah keterangan ini menyebutkan siapa ulama yang “sezaman” dengan Muhammad Shohib Mirbath yang menyebutkan silsilah mereka ? Siapa ulama yang menyebutkan bahwa mereka adalah para Syarif berbangsa Husaini ? Yang saya maksut dengan ulama disini adalah yang sezaman dengan pemilik nasab dari permulaan seperti ulama Abad ke 6, ke 7 dan ke 8, bukan dari kitab-kitab pohon nasab mereka sendiri “
Yang tak akan pernah dipublikasikan oleh Kiai Imad adalah sebuah fakta, bahwa dalam kitabnya “ Quraish Fil Urdun “ Murad Syukri membatalkan banyak sekali nasab-nasab yang sudah masyhur reputasinya seperti Al-Jilani, Al-Rifa’i dll, apa landasannya ? Lagi-lagi adalah “ ketiadaan sumber kitab sezaman “ yang sama persis dengan syarat andalan Kiai Imad. Terkait nasab Syaikh Abdul Qodir, Murad Syukri menuliskan :
ونقل الحافظ الذهبي عن جماعة من المؤرخين من معاصري الشيخ عبدالقادر وغيرهم يقولون بنسبة الشيخ إلى جيلان من بلاد فارس ولم يذكر أحد منهم انتسابه إلى بني هاشم أو قريش، فدعوى النسب الفاطمي لا تستند إلى أصل، بل هي مجهولة تخالف أقوال المؤرخين المحققين
“ Al-Hafidz Al-Dzahabi menukil dari beberapa pakar sejarah yang sezaman dengan Syaikh Abdul Qodir mereka berkata bahwa beliau bernisbat kepada “Jilan” sebuah daerah di Persia dan tidak ada satupun diantara mereka yang menyebutkan bernisbatnya beliau kepada Bani Hasyim atau Qurays, maka klaim nasabnya tidak memiliki dasar, klaim nasabnya tidak diketahui dan bertentangan dengan komentar para peneliti dan pakar sejarah “ ( Murad Syukri, Quraish Fil Urdun halaman 12 )
فالمقصود أن أكابر المؤرخين من معاصري الشيخ عبدالقادر ومن بعدهم من المحققين أثبتوا له النسبة إلى بلاد فارس، ولم يذكر أحد منهم أنه حسني أو حسيني، فلا تغتر بنقل بعض المؤرخين أنه من آل البيت، هذا قول مخالف لكلام العمدة الأئمة الذين هم والقدوة، كالسمعاني وابن الجوزي والذهبي وابن رجب الحنبلي بل هذا القولُ مرده إلى الغلو في المشايخ كما سيأتي التنبيه إلى ذلك
زيادة على ما تقدم
“ maksutnya, pembesar pakar sejarah yang “sezaman” dengan Syaikh Abdul Qodir hanya mengitsbat nisbat beliau ke negeri Persia, tidak ada diantara mereka yang menyebut beliau Al-Hasani atau Al-Husaini, maka jangan terperdaya dengan nukilan sebagian pakar sejarah yang menyebut beliau termasuk ahlul bait, itu adalah ucapan yang bertentangan dengan para ulama seperti Al-Sam’ani, Ibnul Jauzi, Al-Dzahabi dan Ibnu Rajab Al-Hanbali. Bahkan itu adalah pendapat yang bisa menjerumuskan kepada Ghuluw “ ( Murad Syukri, Quraish Fil Urdun halaman 13 )
Jadi jika selama ini banyak pendukung Kiai Imad yang berusaha membenturkan antara Ba’aalwi dengan Al-Jilani, dan mengatakan bahwa Ba’aalwi tidak menghormati bahkan membatalkan nasab Al-Jilani, saya hanya bisa nyengir dan berkata dalam hati ( dengan nada halus ) :
“ wahai anak pintar, yang justru akan membatalkan nasab Al-Jilani itu syarat kitab sezaman andalan panutanmu yang digunakan untuk membatalkan nasab Ba’aalwi ! coba jangan pake standar Janda ! terapkan juga syarat kitab sezaman itu kepada nasab-nasab lainnya ! “
faktanya standar Janda itu jelas nyata adanya, banyak yang menggunakan standar super ketat terkait Itsbat nasab Ba’alawi, tapi untuk Itsbat nasab golongannya sendiri sampai ke Wali Songo sampai ke Kanjeng Nabi standarnya sangat enteng dan longgar sekali, Kiai Imad sendiri beberapa kali menyampaikan bahwa syarat kitab sezaman itu dulu pernah disyaratkan oleh orang-orang dalam Robitoh Alawiah, karena itu sekarang beliau menerapkan syarat yang sama atas mereka ( jadi njenengan ini menggunakan syarat berdasarkan ilmu nasab atau berdasarkan ilmu baperan toh yi ? )
Saya sering mengajak berfikir begini :
yang mengkaji nasab Ba’alawi ini bukan hanya Kiai Imad, yang membaca kitab Assyajarah Al-Mubarokah dan kitab-kitab nasab lainnya(yang digunakan untuk menganulir nasab dan memfiktif-fiktifkan para tokoh Ba’alawi) juga bukan hanya Kiai Imad, itu bacaan sehari-hari para pakar nasab dunia sejak dulu, mulai dari zaman Syaikh Murtadho Azzabidi sampai sekarang zaman Syaikh Mahdi Roja’i, pertanyaannya mengapa kesimpulan mereka para pakar nasab dunia berbeda jauh dengan Kiai Imad terkait nasab Ba’aalwi ? jawabannya adalah karena kitab sezaman hanyalah syarat yang diada-adakan Kiai Imad, bukan syarat mereka para ulama nasab.
Pada akhirnya, kita memang tidak harus berfikiran sama, tapi mari kita sama-sama berfikir
Kitab Quraish Fil Urdun bisa di download melalui link di bawah ini :
https://archive.org/details/olomnasb_ymail_20170701_1707