Di ILC, Rocky Gerumg semprot Dedi: Kirim Anak ke Barak? Itu Politik Dangkal Ala Mulyadi!
Kamis, 23 Mei 2025
Faktakini.info, Jakarta - Rocky Gerung kembali menjadi sorotan publik usai melontarkan kritik pedas dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) bertema “Dulu Mulyono, Kini Mulyadi.” Dalam pidatonya yang penuh api, Rocky tak segan menyebut kebijakan Gubernur Jawa Barat, Deddy Mulyadi, sebagai bagian dari "politik visualisasi yang dangkal dan miskin gagasan."
"Mengirim anak ke barak militer itu bukan solusi pendidikan. Itu bukan mendidik pikiran, itu mendisiplinkan tubuh! Itu bukan pedagogi, tapi demagogi," tegas Rocky, yang langsung mengundang riuh dari studio.
Rocky mempersoalkan kebijakan kontroversial Gubernur Jawa Barat yang beberapa waktu lalu menggagas pengiriman anak-anak ‘nakal’ ke barak militer sebagai bentuk pembinaan. Ia menganggap kebijakan itu sebagai cerminan cara berpikir simplistis dan otoriter yang mereduksi masalah pendidikan menjadi persoalan disiplin fisik semata.
"Michel Foucault menyebut itu sebagai disciplinary society—masyarakat yang mendisiplinkan tubuh. Tapi siapa yang berani mendisiplinkan pikiran? Justru anak nakal itu kreatif. Mereka butuh pedagogi, bukan barak!" serunya lagi.
Lebih jauh, Rocky menyamakan Deddy Mulyadi dengan pemimpin sebelumnya, Yunto Mulyono. Keduanya, kata dia, hanyalah bagian dari "pasar politik kedunguan" yang lebih menjual penampilan daripada pikiran.
“Mulyono dan Mulyadi, dua-duanya bermain di ‘market of stupidity’. Kita tidak melihat ada pertambahan IQ kolektif rakyat selama 10 tahun ini. Apa gunanya popularitas kalau visi dan logikanya kosong?”
Ia juga menyindir keras masyarakat yang mudah terpikat oleh tampilan luar para politisi:
"Visualisasi Jokowi semua orang tahu—gorong-gorong, kesederhanaan. Tapi coba sebut visinya? Nggak ada yang ingat. Begitu juga dengan Mulyadi. Yang diingat cuma gayanya, bukan gagasannya."
Di akhir pernyataannya, Rocky memberikan refleksi menohok
"Kita bukan lagi mencari leader, kita sedang mengagumi dealer. Orang yang menjual retorika murahan tanpa logika. Dan selama masyarakat masih IQ 78 seperti kata WHO, ya kedangkalan akan terus laku."
Dalam satu napas panjang, Rocky Gerung tak hanya menguliti kebijakan Pemprov Jabar, tetapi juga membedah penyakit akut demokrasi Indonesia: politik tanpa gagasan, pemimpin tanpa visi, dan publik yang kecanduan tontonan tanpa isi.
Copas