Haplogroup DNAnya G dan E, Cucu-cucu Rasul SAW di Yordania dan Yaman Utara

 



Ahad, 14 April 2024

Faktakini.info

Rumail Abbas

JORDAN

Sewaktu memantapkan hati untuk rihlah menseriusi penelitian Baalawi, negara pertama yang terlintas di kepala saya untuk jadi tujuan hanyalah Jordan, bukan Yaman.

Kenapa? Bukankah datuk Baalawi (Imam Ubaidillah) adalah imigran Bashrah yang menetap di Yaman?

Pertama, pada waktu itu ada multaqo alami di Jordan. Tuan rumahnya ialah Syaikh 'Aun Al-Qadumi (adik iparnya yang menjemput saya di Bandara, ditemani rekan-rekan PCINU seperti Ustaz Ukasyah dan Ustaz Fadlil). Sehingga, kesempatan saya mewawancarai para tokoh Sadah bisa saya temui dalam satu lokasi.

Toh, delegasi dari Yaman juga datang (saya lupa namanya, yang pasti masih misanannya Sayid Salim Al-Masyhur asal Oman).

Kedua, Jordan itu kerajaan Hasyimiah (di samping darah rajanya nyambung sebagai Bani Hasyim, nama kerajaannya juga sama). Dan boleh dibilang, Jordan adalah negara yang dikuasai oleh Sadah Ring-1 (paling mutawatir dan lempang lelaki ke Imam Ali dan Sayidah Fathimah).

Andaikan ada keturunan Baginda Nabi yang terverifikasi paling sahih, maka Raja Jordan adalah salah satunya.

Bagaimana tidak?

Sejak Dinasti Abbasiyah (sekitar 300-an Hijriyah), Emir-Emir di Hijaz (sekarang Saudi) itu diputuskan dari garis silsilah keturunan Imam Ali secara turun-temurun (seperti Al-Ahdali Al-'Auni, klan Raja Jordan sekarang). Sama seperti Zaidiyah yang mewajibkan imam mereka harus lempang lelaki silsilahnya dari keturunan Imam Ali secara turun-temurun (seperti Al-Rassiyin, klan mufti Zaidiyah sekarang).

Hal ini selaras dengan penelitian Prof. Engseng Ho yang mengatakan orang-orang Arab (dan Hadlrami) itu dikenal berdasarkan genealogi (memperkenalkan diri sebagai Fulan bin Fulan bin Fulan Al-Kabilahnya).

Maka, kesahihan silsilah mereka tidak hanya dikawal tetangganya, pengikutnya, umat Islam, ulamanya, mufti-muftinya, namun sekaligus teologi yang diimani mereka (konteks ini: Zaidiah, bukan Imamiyah Itsna 'Asyari yang mengimani imam hanya 12 saja).

Di Twitter (sekarang X), Raja Jordan jadi bulan-bulanan banyak orang karena jadi pintu pertahanan Israel paling depan pasca penyerangan Iran ke sana. Begitupun akun istrinya di Instagram jadi bulan-bulanan banyak orang.

Seperti yang kita tahu, Houthi (dipimpin Mufti Zaidiyah) itu sangat kontra-Israel. Namun, Raja Jordan justru memiliki hubungan diplomasi dengan Israel (bahkan kedutaan Israel berdiri tegap di Amman, ibu kota Jordan).

Jadi, urusan darah memang tidak ada kaitannya dengan kecondongannya kepada Zi0nis.

Baik Raja Jordan dan Syaikh Syarafuddin itu sama-sama keturunan Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib, tapi punya sikap yang berbeda dengan Israel. Latar pendidikannya beda, keseriusannya dengan hijab (untuk istri mereka) beda, cara hidupnya berbeda, dan nyaris bertolak belakang satu sama lain.

Hanya anak kecil yang masih menghubung-hubungkan darah leluhur dengan perilaku yang diambilnya. Lihatlah orang-orang yang mengeksploitasi secara rasial dari kekeliruan-kekeliruan hanya karena dia Baalawi, sekadar contoh.

Tahu, gak, kalau Sadah Ring-1 asal Jordan konon sudah ada yang tes DNA, dan ternyata berhaplogroup-G (sama seperti Baalawi yang diklaim Kiai Kae ada 180-an yang sudah tes, padahal saya verifikasi baru nemu tiga, itupun satu orang berhaplogroup-J).

Satu Sadah Jordan ini dari keturunan Abu Numay Al-Tsani, dan satu lagi dari Al-Nasur Al-Idrisi. Kedua klan ini sama-sama keturunan Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

Anda tidak akan menemukannya di pencarian "country" dan menulis "Jordan" di bagannya project-nyaHadi Amili, saya jamin gak ketemu yang saya maksudkan!

Sebagai pembanding ialah keturunan Hasyim yang menetap di Yaman Utara dan dikenal masa ke masa sebagai Bani Hasyim, menjaga silsilahnya dari orang luar, cukup ketat menerapkan kafa'ah (bahkan tidak sudi menikahkan anak putrinya dengan non-Hasyimi atau kabilah di bawah mereka) dan otomatis punya subclade yang sama dengan Ibrahimi ke bawah bersama Imam Ali bin Abi Thalib.

Ternyata sudah ada yang tes DNA dari mereka, dan berhaplogroup-E.

Saya menanyakan kemuskilan ini ke tiga pakar di Barat yang setiap hari bergelut dengan DNA, antropologi, dan populasi modern.

"Bagaimana menjelaskan ini secara saintifik?"

"Ngono kuwi mung apus-apus, Mas." kata mereka, saya ubah dengan bahasa saya, supaya lebih mudah dipahami orang banyak yang salah memahami.

Gak usah menseriusi yDNA Alawiyin kalau belum ada jurnalnya.

Bagaimanapun, doa terbaik untuk Palestina.

Salam,
Rumail Abbas



Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel