Bantah Pembenci Habaib: Naqobah Al-Asyraf di Iraq dan Seluruh Dunia Tidak Ada yang Menolak Sayyid Bani Alawi Adalah Dzurriyah Rasul

 






Rabu, 12 April 2023

Faktakini.info  

Jawaban Terhadap Artikel yang Menolak Keabsahan Nasab Ba’Alawi

Oleh: Abu Syarief Putro Bintang 

Sumber: 

https://islamindonesia.id/kolom/kolom-jawaban-terhadap-artikel-yang-menolak-keabsahan-nasab-baalawi.htm

Artikel Terkait: 

Terputusnya Silsilah Habib Kepada Nabi Muhammad 

https://qbadindo.com/2023/01/07/terputusnya-silsilah-habib-kepada-nabi-muhammad-saw/ 

Tentang Keabsahan Nasab Ba’Alawi

Akhir-akhir ini beredar sejumlah tulisan di media sosial yang menyangkal keaslian nasab habaib (sayyid dari jalur Ba’Alawi) sebagai keturunan Nabi. Upaya penyangkalan itu termasuk dengan mengemukakan klaim hasil tes DNA. Namun disayangkan tulisan-tulisan tersebut mencerminkan pengetahuan dan pemahaman yang serba sedikit dari penulisnya menyangkut persolan DNA yang pada dasarnya sangat kompleks.

Referensi secara acak dan parsial dari sumber-sumber di Internet tanpa memiliki informasi pembanding yang komprehensif menyebabkan kerancuan data dan kesalahan fundamental dalam mengambil kesimpulan.

Berbagai kebohongan lain di artikel itu adalah yang menyebutkan bahwa berdasarkan data dan kesaksian Naqib Iraq, Sayyid Ahmad bin Isa tidak pernah hijrah ke Yaman, bahkan makam beliau ada di Kota Muktabaroh, Selatan Baghdad. Ini adalah informasi yang sama sekali tidak berdasar dengan menyebutkan orang dan tempat fiktif.

Siapakah naqib di Iraq yang dimaksud itu dan nama tempat yang bernama Mu’tabarah itu lokasinya dimana tidak pernah diketahui, sementara makam Imam Ahmad bin Isa dan putranya Ubaidillah itu lokasinya sangat jelas, yaitu di Husaysah dan Naqabah Al-Asyraf di Iraq dan di berbagai tempat lain di dunia ini jelas-jelas mengakui para sayid Bani Alawi ini adalah zuriah Rasul. Lagi-lagi sebuah kebohongan yang nyata.

Kedangkalan lain juga menyebutkan berdasarkan kitab Nasab hingga sekitar abad ke 10 H baru muncul nama Ubaidillah bin Ahmad bin Isa yang konon hijrah dari Basrah Iraq ke Hadramaut. 

Perlu diketahui dengan jelas bahwa tokoh-tokoh Bani Alawi dan nasabnya itu sudah jauh dikenal dan disebutkan oleh para sejarawan terkenal beberapa abad sebelumnya, diantaranya adalah sejarawan Yaman di abad ke 7 yang bernama Bahauddin Muhammad bin Yusuf Al-Janadi dalam kitabnya yang berjudul “As-Suluuk fi Thabaqat al- Ulama’ wal Muluuk”. Beliau dengan jelas menyebutkan beberapa tokoh ulama bani Alawi pada zamannya dan nasab mereka yang bersambung ke Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir. 

Imam Abul Hasan Ali bin Jadid yang nasabnya bersambung melalui Jadid, putra Ubaidillah dan Al-faqih al-Muhammad bin Ali Ba’Alawi yang bersambung ke Alwi bin Ubaidillah termasuk tokoh-tokoh Bani Alawi yang disebutkan di kitab tersebut. Belum lagi sumber-sumber lainnya, baik berbagai fakta sejarah, kitab-kitab sejarah dan kitab nasab lain yang ditulis oleh para pakar nasab dan sejarah serta para muhaqqiqnya, baik dari kalangan ‘Alawiyin maupun selain mereka.

Jika Anda meminta kesaksian Naqabah Al-Asyraf (Kepemimpinan paguyuban para sayid) di Iraq mengenai keabsahan nasab Bani Alawi berarti sama saja Anda ingin mengkonfirmasi 2×2 =4. Naqabah Sadah Al-Asyraf di Iraq melalui sekretariat umumnya secara jelas menuliskan berbagai kitab rujukan nasab para sadah sebagai referensi mereka yang beberapa di antaranya adalah kitab-kitab nasab para sayid dari keluarga Ba’Alawi. 

Bagaimana mungkin Naqabah Al-Asyraf menggunakan referensi nasab kelompok yang tidak diakui. Lebih jauh lagi, cabang sadah bani Alawi (Ba’Alawi) ini juga dimuat dengan detil di dalam kitab nasab para sadah keturunan Imam Ali Al-Uraidhi (leluhur group sadah Uraidhiyin, dimana sadah Ba’Alawi adalah salah satu cabangnya) yang disusun oleh ahli nasab dan Naqib Sadah (pemimpin para sayid) Uraydhiyin di Iraq, yaitu Walid Al-Uraydhi dalam kitabnya yang berjudul “Ghayatul Ikhtisar fi Ansab Sadat Al At-haar”. 

Belum lagi berbagai muhaqqiq dan para ahli nasab sejak berabad-abad lalu yang tak terhitung jumlahnya, sampai yang kontemporer seperti mahaguru nasab para sayid masa kini yaitu Sayyid Mahdi Raja’i dan lainnya.

Syekh Yusuf An-Nabhani, ulama besar negeri Syam abad 19 M asal Palestina yang bermukim di Libanon mengatakan dalam pengantar bukunya yang berjudul “Riyadh al-Jannah fi Adzkar Al Kitab wa as-Sunah”: “Sesungguhnya para penghulu dan guru kami, yaitu para para sadah Ba’alawi , yang mana umat Muhammad telah sepakat dengan suara bulat sepanjang masa dan di seantero negeri, menyetujui bahwa mereka adalah termasuk yang paling murni dan benar nasabnya, keturunan Ahlilbait Nabi SAW berdasarkan garis keturunan. Sesungguhnya mereka adalah golongan yang paling berpengetahuan, berkarya dan berbudi luhur. Mereka termasuk kelompok dari Ahl al-Sunah wal-Jama’ah pengikut madzhab Imam al-Syafi’i. Semoga Allah meridhoi mereka.“

Nabhani kemudian melanjutkan: “Dan ada baiknya kita menukil perkataan salah seorang ulama negeri Haramain, yang mulia Al-Allamah Syekh Ja’far bin Abubakar Al-Labini Al-Hanafi (w 1342H) dalam kitabnya “Al-Hadits Syujun” dan ulama-ulama setelah beliau seperti Syekh Abdullah Ghazi Al-Makki dalam kitabnya yang berjudul “Ifadatul Anam” dan lainnya. Syekh Ja’far berkata: “Dan banyak dari para sayid penduduk Makkah dan Madinah berasal dari keluarga Ba’Alawi yang terkenal di Hadhramaut. Mereka pindah dari Hadhramaut ke Makkah, Madinah dan berbagai negeri lainnya. Mereka adalah keturunan Al-Faqih Al-Muqaddam, yang merupakan keturunan Ahmad bin Isa Al-Muhajir”.  

Kemudian Syekh Ja’far melanjutkan dengan menyebut beberapa nama marga para sayid keluarga Ba ‘Alawi sampai pada akhir kalimatnya yang berbunyi: Mereka ini adalah para sayid yang nasabnya paling terjaga diantara semua sayid dikarenakan mereka sangat menjaga, mencatat dan memperhatikan nasab mereka. Para sadah[5] Ba’Alawi ini sangat dikenal oleh para Naqib Sadah di Makkah dan Madinah, bahkan kebanyakan para Naqib Sadah di Makkah dan Madinah ini dipilih dari kalangan mereka”.   

Demikianlah Syekh An-Nabhani dengan tegas menyebutkan keabsahan nasab Bani Alawi ini. Bagaimana mungkin kelompok yang nasabnya palsu bisa dipercaya menjadi para Naqib Sadah di negeri Haramain dan dirujuk oleh para ulama di berbagai negeri.

Akhirul kalam, Bani Alawi yang merupakan zuriyah Rasul itu bukanlah sesuatu yang dibuat-buat dan harus dicari, tetapi merupakan sebuah takdir dan anugerah Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Menjadi keturunan Ahlul bait itu bukan berarti minta dihormati atau dicintai dan lebih mulia di sisi Allah, tetapi sebagai pendorong untuk mengikuti teladan Rasulullah, keluarganya yang suci dan para salafusshalih. Siyadah[6] ini sebagai pendorong agar menjadi teladan dan lebih bertakwa kepada Allah.  

Selama kamu menjadi manusia yang bertakwa Allah pasti akan mengangkat derajatmu, apapun ras atau sukumu. Nasab yang mulia tidak akan mengangkat derajat seseorang jika perbuatannya tidak mulia. Semoga Alah SWT menjauhkan kita dari sifat iri dan dengki serta mengampuni kita semua.  

Wallahu al-muwaffiq ila aqwami thariq. 

Catatan kaki:

[1] Di bawah ini adalah link terkait fertile cresent yang diperkirakan oleh beberapa peneliti: https://www.marres.nl/EN/G-M201.htm

[2] Lanjutnya bisa dilihat di https://www.eupedia.com/europe/Haplogroup_G2a_Y-DNA.shtml#Neolithic dan salah satu artikel jurnal ilmiah yang dimuat di laman https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0041252. Banyak lagi berbagai jurnal ilmiah yang ditulis oleh para pakar membahas hal ini.

[3] Untuk detailnya bisa dilihat di https://www.nature.com/articles/s41598-021-85883-2.

[4] Lebih lanjut bisa dilihat https://www.familytreedna.com/groups/garabia/about/background .

[5] Sadah adalah bentuk jama’ (plural) dari ‘Sayid’  

[6] Siyadah adalah titel sayid, yaitu gelar kehormatan (honorary title) yang diberikan kepada keturunan Nabi Muhammad SAAW.

Selengkapnya klik: 

Jawaban Terhadap Artikel yang Menolak Keabsahan Nasab Ba’Alawi (Menjawab Fitnah Habib-habib Palsu)

https://www.faktakini.info/2023/02/jawaban-terhadap-artikel-yang-menolak.html