Terkuak, Pria Pengerek Bendera Merah Putih Pada 17 Agustus 1945
Senin, 13 Maret 2023
Faktakini.info, Jakarta - Terkuak, Pria pengerek Bendera Merah Putih pada hari Jum'at 17 Agustus 1945 adalah Achmad Alex Alatas. Berikut ini kesaksiannya.
Sumber: Tabloid Makarti, Edisi Akhir November 2013, halaman 4 dan 5
Achmad Alex : Itu Foto Saya..
Pada foto bersejarah pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih tanggal 17 Agustus 1945, di Jalan Pegangsaan Timur 56, ada satu gambar unik dan menarik. Salah satu pengerek bendera adalah anak yang mengenakan celana pendek,yang sekarang belum diketahui secara pasti siapa dia.
Dalam suasana gebyar pesta peringatan "50 Tahun Indonesia Merdeka" muncul informasi mengagetkan tentang anak bercelana pendek dari foto yang dibuat setelah abad lalu. Anak tersebut ternyata Achmad Alex Alatas, yang kala itu sebagai siswa SMP Manggarai, Jakarta Selatan.
"Itu foto saya. Saya benar-benar salah seorang pengerek bendera pusaka Sang Saka Merah Putih pada upacara proklamasi kemerdekaan Negara Republik Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur No 50 Jakarta, 17 Agustus 1945. Waktu mengerek bendera Merah Putih, saya mernakal celana pendek bersama Sutrisno, kawan sesama SMP Manggarai," tutur Achmad Alex.
Pengakuan Achmad Alex, pria berusia 65 tahun dikemukakan dirumahnya di kawasan Jakarta Barat didampingi putra ketiganya, Letnan satu Ir. Pauzi, yang bertugas di Lanud Iswahyudi Madiun.
"'Mungkin pengakuan saya mengagetkan orang banyak, namun kenyataan sebenarnya demikian. Selama beberapa tahun saya membisu tidak bercerita bahwa saya salah seorang pengerek bendera pusaka tanggal 17 Agustuus 1945, 50 tahun lalu kepada masyarakat, sehingga banyak yang tidak tahu slapa saja sebenarnya yang mengerek bendera Sang saka Merah Putih pada waktu upacara proklarnasi kemerdekaan negara kita, tuturnya.
Sebabnya saya tidak bercerita, lanjut Achmad Alex, pertama, mengikuti nasihat ibu saya, melupakan pengalaman sebagal salah satu pengerek bendera pusaka. Nasihatnya saya ikuti demi keselamatan jiwa sebab waktu itu saya di buru térus oleh Belanda untuk dibunuh.
Kedua,bermaksud tidak menonjolkan diri sebagai orang yang ikut andil pada upacara proklamasi kemerdekaan. Berhubungan saya masih hidup, perlu kiranya membantu nembeberkan nama pengerek bendera pusaka 50 tahun lalu, tambah ayah dari tujuhborang anak dan dua orang cucu tersebut nenambahkan.
Achmad adalah anak sulung dari sepuluh bersaudara kelahiran Jakarta, bulan oktober 1930. Ayahnya bernama Muchsin dan ibunya bernama Zahara. Setelah Sekolah Rakyat (SR) dan HIS ia meneruskan di SMP Manggarai. Kala itu Negara Indonesia situasinya tak karuan, maka murid-murid sering masuk sekolah sering tidak.
Kendati usia masih muda sekali, masih sswa SMP tapi semangat juangnya tinggi. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh gelora dan semangat juang rakyat yang sudah amat besar keinginannya untuk segera merdeka.
Mereka telah mempunyai pemikiran bahwa Indonesia sudah saatnya merdeka, bahkan banyak yang sudah berpendapat, kalau perlu Bung Karno dipaksa untuk memproklamasikan kemerdekaan negara Indonesia.
Di bulan Agustus 1945, Achmad dan murid-murid SMP Manggarai membentuk satu tekad. Jika ada berita penting terutama adanya kepastian hari proklamasi mereka harus saling memberi tahu secara beranting. Dimana saja bertemu harus menyebarluaskan ke seluruh temannya.
Tempat berkumpul di sekolahan.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 pukul 05.00 WIB, semua siswa SMP Manggarai sudah berkumpul pukul 06.00 WIB mereka pergi ke stasiun Manggarai, bertemu dengan banyak orang yang terlebih dahulu datang. Tujuan sama, menghadiri atau melihat upacara Negara Republik Indonesia.
Dari stasiun beramai-ramai naik kereta api yang berhenti tak jauh di belakang runah di JI Pegangsaan Timur 56, tempat upacara,
Semua siswa SMP Manggarai yang hadir mengikuti upacara
Bung Karno Tunjuk Langsung
Seingat Achmad Alex, Bung Karno sejak pagi sekali sudah berada di gedung yang halamannya dipakai untuk upacara
"Bung Hatta datang menjelang pukul 10 00 beberapa menit kemudian Sukarno datang.Latif Hendraningrat menggenakan seragam serdadu Jepang lengkap dengan samurai. Saya dan kawan-kawan cukup lama berdiri di dalam barisan," jelas Achmad
Lalu Bung Karno bertanya, bagaimana kalau Belanda datang bersama tetara sekutunya, dan inggin menjajah lagi. Jawaban saya tegas, saya akan mempertahankan Negara kami sampai titk darah penghabisan.
Bung Karno juga bertanya kepada Sutrisno. Bung Karno mengatakan bagus, bahwa pengerek bendera tidak hanya dari Jakarta saja, tapi dari Jawa Barat dan Jawa tengah.
Suatu saat, waktu memandang ke barisan peserta upacara, Bung Karn0 menunjuk dan menanyakan nama seorang siswa berbadan tinggi besar. Yang dimaksud adalah Achmad
Guru SMP bernama Garnadi menyuruh Achmad ke bawah tiang bendera. Garnadi menunjuk siswanya bernama Sutrisno asal dari Banyumas, menermani Achmad. Ketika Bung Karno menanyakan tentang namanya, orang tuanya dan apa bisa mengerek bendera, Achmad menjawab bisa dan di sekolah Sudah biasa.
"Saudara berani mengerek bendera Merah Putih, bendera kebangsaan kita, demikian Bung Karno menanyai saya. Saya menjawab berani. Mengapa takut, karna itu bendera kita sendiri. Di iringi tanjidor Upacara pengibaran bendera waktu proklamasi di iringi lagu kebangsaan "Indonesia Raya" musiknya dari Dinas Pemadam Kebakaran Matraman beranggotakan sekitar 11 orang. Peralatanya antara lain terompet besar dan kecil dua buah, tambur, suling, dan tanjidor.
Bendera pusaka Sang SakalMerah Putih yang dijahit oleh Ibu Fatmawati dibantu oleh lima orang ibu dari Jalan Talang Pegangsaan Timur, diserahkan oleh Bung Karno kepada seorang pemuda berpakaian Pandu (pramuka), bernama Achmad juga.
Selanjutnya diserahkan kepada Achmad siswa SMP Manggarai, disamping tiang bendera. Achmad membawa bendera pusaka, Sutrisno mengikat tali bendera. Ujungnya
yang menjulur menyetuh tanah menjadi
sedikit kotor, dibersihkan oleh Achmad.
Kemudian dua orang membantu memegang
ujung bendera, setelah Bung Karno menyuruh
agar ada yang membantu memegang.
Setelah pengibaran bendera, Bung Karno
memimpin acara mengheningkan cipta.
Kemudian Bung Karno dengan keras
memekikkan salam kebangsaan "Merdeka"
sebanyak tiga kali dan disambut oleh peserta
Upacara bersejarah bagi Indonesia
memasuki pintu gerbang kemerdekaan
diabadikan oleh juru foto dari Indonesia
Shimboen yaitu Alex Mendur dan Frans
Mendur.
Tiang bendera yang digunakan dari
bambu bertuang, bekas tiang yang biasa
untuk mengibarkan bendera Jepang. Tali
untuk mengerek bendera berupa tambang
kecil dari benang. Bung Karn0 dan Bung
Hatta mengenakan baju jas berwarna putih
yang waktu itu disebut"Bahan Jas Seribu
Satu'dan memakai peci hitam.
Salah seorang yang mencatat nama-
nama pejabat dan petugas pada upacara
proklamasi kemerdekaan termasuk pengerek
bendera, guru music dari Manggarai,
namanya Sasmita.
Saat ada percecokan antara Sasmita
dengan Chairul Saleh. Sebab saya
upacara sebanyak tiga kali juga.
masih dianggap
anak-anak,baru
siswa
SMP Manggarai oleh Chairul Saleh
yang mengingikan bahwa saya tak usah
dicantumkan sebagai salah seorang
pengerek bendera pusaka. Tapi ditolak oleh
Sasmita. Sebab saya memang bener-bener
sebagai salah seorang pelaku pengerek
bendera dan ditunjuk langsung oleh Bung
Karno,'" tutur Achmad.
Ketika itu saya diam tak menghiraukan
dicatat atau pun tidak. Tapi saya tetap dicatat
oleh Sasmita sebagai pengerek bendera
dalam upacara proklamasi Negara Republik
Indonesia. Hal ini berlanjut sampai beberapa
puluh tahun bahwa saya tidak menyebutkan
sebagai petugas pengerek bendera pusaka
pada upacara proklamasi.
Achmad terkejut sekali ketika tahun
1980 di malam hari ada seorang di televisi
mengaku sebagai pengerek bendera pusaka
Merah Putih waktu proklamasi,