Ra Lilur, Saadah Ba'alawy, dan Kunjungan Habib Umar ke Indonesia, Oleh: Muhammad Ismael Al Kholilie

 



Sabtu, 15 November 2025

Faktakini.info

Ra Lilur, Saadah Ba'alawy, dan Kunjungan Habib Umar ke Indonesia
Oleh: Muhammad Ismael Al Kholilie 

Waktu itu di tahun 2008, Syaikh Muhammad Ismail Al-Ascholy akan menimba ilmu di pesantren untuk pertama kalinya, sebelum berangkat mesantren, umminya mengajaknya sowan ke Kiai Kholilurrahman(Ra Lilur) cicit Syaikhina Kholil Bangkalan, seorang Waliyullah Majdzub yg juga paman dari sang Ummi.

Setelah mengutarakan niat untuk menuntut ilmu dan meminta doa, Ra Lilur memberinya secarik kertas, isinya adalah sebaris bait bahasa arab dengan tulisan tangan beliau sendiri

و بالسادة الطهر الكرام أولي التقى * بني علوي من حووا كل سؤدد

Yg artinya :

" dengan Barokah "Saadah"(para Sayyid) dari golongan Bani 'Alawy yg suci, mulia, dan memiliki sifat Taqwa, mereka yg telah menggapai semua kemuliaan "

Sebuah pesan yg singkat tapi memiliki makna yg begitu dalam, beliau seakan memberi Isyarat bahwa menuntut ilmu - layaknya amal-amal lainya- adalah upaya untuk meraih Ridho Allah, Ridho Allah hanya bisa diraih dengan Ridho Rasulullah Saw, sedangkan pintu utama menuju Ridho Kanjeng Nabi hanya bisa dibuka dengan barokah mencintai keluarga dan keturunannya, lebih-lebih mereka yg berasal dari kalangan Ba'alawy, salah satu garis keturunan Rasulullah Saw yg dikenal selalu menelurkan ribuan Ulama dan 'Awliya' disetiap generasinya.

احبوني لحب الله و أحبوا اهل بيتي لحبي

Ajibnya, Ra Lilur bukanlah type Ulama yg rajin berkumpul dengan para Habaib dalam satu majlis layaknya Kiai-kiai lainnya, beliau lebih suka menyendiri di tempat uzlahnya, menjauhi keramaian dan hiruk pikuk dunia, meski begitu, beliau tetap memiliki rasa cinta dan tadhim khusus kpd ahlubaitinnabi, sampai-sampai beliau tak sungkan untuk bertawassul dengan barokah mereka seperti bait yg beliau tulis diatas.

Ini semakin menegaskan, bahwa para kiai, Ulama dan Awliya' Nusantra, baik yg Aam atau Khos, entah yg Masyhur ataupun mastur, semua dari mereka pasti memiliki ikatan yg erat dengan para dzurriyah Rasul, dan ini adalah sifat khas Ulama Indonesia sedari dulu, semakin "keramat" seorang kiai maka akan semakin tinggi pula mahabbahnya kepada para dzurriyah Nabi. Dan dari merekalah(para kiai) masyarakat mengetahui bagaimana menjunjung tinggi Akhlak terhadap keturunan Nabi, dari merekalah kita belajar bahwa menghormati Habaib itu wajibun minal waajibat Al islamiyah, tak kalah wajibnya dari kewajiban sholat, zakat dan puasa.

Oleh karena itu, ketika salah satu pemuka dan pemimpin Habaib Ba'alawy,( yg tak perlu lagi dijelaskan bagaimana keilmuan, akhlak dan ketaqwaannya) Al Habib Umar Bin Hafidz menginjakkan kakinya di tanah air seminggu yg lalu, Saya yakin bahwa Kiai-kiai Nusantara adalah pihak yg paling antusias dan bahagia dengan kunjungan beliau ini, andai bukan karena jadwal Habib yg begitu padat, merekalah yg akan ada di garis terdepan berlomba-lomba menjamu dan memuliakan Habib di rumah-rumah mereka.

Walidazlik, saya sangat kaget ketika pertama kali membaca tulisan Kiai Yahya Cholil Staquf yg viral itu, disatu sisi ingin tidak percaya bahwa tulisan itu ditujukan untuk Habib Umar, selain karena "mukhotob" dalam tulisan itu memang disamarkan, saya juga mengenal Kiai Yahya sebagai penulis aktiv di situs "Terong Gosong", Situs yg sangat bermanfaat berisi Kumpulan biografi dan manaqib para alim Ulama. Jadi rasanya mustahil jika statusnya yg heboh itu ia tujukan untuk seorang Ulama, apalagi sekelas Habib Umar.

Tapi disisi lain perasangka-perasangka itu masih terus menghampiri, masalahnya sifat-sifat "Mbah Doro" dalam tulisan itu memang fix dengan Habib Umar, apalagi TS dan Tweet-nya itu beliau tulis pas bersamaan dengan kunjungan Habib, jadi siapa gerangan Mbah Doro itu? Apakah ia tokoh fiksi kayak Fahri Ayat-Ayat Cinta? Atau tokoh Imajinasi layaknya Tsubasa dan Nobita ? Wallahu A'lam .

Yang jelas, saya sebagai salah satu Warga Nu yg masih Nyantri kepada Habib Umar di Tarim, sangat berharap beliau Kiai Yahya bersedia untuk mengungkap "Rahasia" tulisan itu sejelas-jelasnya, karena klarifikasi yg ada untuk sementara ini masih berupa kralifikasi Abu-abu, belum bisa ngademno Ati, itupun masih diwakili orang lain, bukan klarifikasi resmi dari beliau.

Ngapunten Kiai, jika njenengan masih belum kerso menjelaskan "rahasia" dibalik status itu, akan makin banyak orang-orang yg salah memahami dan terusik gara-garanya, dan njenengan sama sekali tak bisa menyalahkan kesalah pahaman mereka. Bukankah Sayidina Umar pernah Dawuh :

من عرض نفسه للتهمة فلا يلومن من أساء الظن به 

"Siapa yg memancing kecurigaan, maka jangan salahkan orang-orang yang berburuk sangka padanya"

* Ismael Amin Kholil, Tarim, 23 Oktober.