Refly Harun: Ada 2 Obat Mujarab untuk Sembuhkan Indonesia : Adili Jokowi & Makzulkan Gibran

 



Kamis, 4 September 2025

Faktakini.info, Jakarta - Ketegangan politik di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir mencapai titik yang memprihatinkan.

Berbagai kalangan masyarakat dan pengamat politik menyebut situasi saat ini sebagai kondisi “abnormal” yang menuntut perhatian serius dari seluruh elemen bangsa.

Dalam sebuah diskusi yang digelar di kanal YouTube Sinkos Indonesia, tiga tokoh publik dan pengamat politik, yaitu Roy Suryo, Refly Harun, dan Faizal Assegaf, menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap arah politik nasional yang semakin memanas.

Diskusi tersebut menjadi cermin keresahan publik terkait eskalasi konflik dan gejolak sosial yang kian sulit dikendalikan.

Salah satu pandangan paling ekstrem yang muncul dalam diskusi tersebut adalah tuntutan untuk melakukan penegakan keadilan terhadap pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) sebelumnya.

Refly Harun dengan tegas mengusulkan agar Jokowi diadili dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dimakzulkan sebagai “obat mujarab” bagi penyakit politik yang tengah melanda bangsa.

“Obat bagi penyakit bangsa ini adalah menurut saya adili Jokowi dan makzulkan Gibran. Karena ini itu obat mujarab,” ujarnya, yang kemudian disambut penegasan dari peserta lain, “Oh iya, jelas.”

Isu ini muncul sebagai refleksi ketidakpuasan terhadap sejumlah kebijakan dan praktik kekuasaan yang dianggap telah menimbulkan luka sosial dan ketidakadilan berkepanjangan selama satu dekade terakhir.

Diskusi juga menyoroti adanya kerusuhan dan aksi kekerasan yang tersebar di berbagai daerah.

Refly Harun menegaskan bahwa meskipun eskalasi kekerasan belum sebesar krisis 1998, penjarahan dan anarki sudah terjadi secara terang-terangan, bahkan di hadapan aparat dan kamera yang jauh lebih canggih.

Hal ini menunjukkan kemarahan rakyat sudah mencapai puncaknya dan sulit dikendalikan oleh elit politik manapun.

Situasi tersebut menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang baru terbentuk, yang ketahanannya kini mulai dipertanyakan.

“Saya malah berpikir, waduh ini tidak sekuat yang kita bayangkan kalau begini caranya. Dengan sedikit goyangan, pemerintahan sudah terlihat goyang,” ungkap Refly.

Pemerintahan Prabowo Subianto mendapatkan sorotan tajam, terutama mengenai daya tahan dan dukungan politik internalnya.

Bahkan ada kesan bahwa Prabowo “sendirian” menghadapi situasi sulit ini tanpa dukungan yang solid dari lingkaran dalam.

Sementara itu, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka juga tidak luput dari kritik.

Roy Suryo menilai kehadiran Gibran justru memperparah polarisasi politik karena dianggap lebih menjadi beban ketimbang aset bagi pemerintahan.

“Gibran menurut saya ketimbang aset justru lebih menonjol sebagai beban,” kata Roy. Menurutnya, Gibran terlalu nyaman di lingkarannya sendiri dan terlibat dengan kelompok relawan yang bahkan menyuarakan penggulingan Prabowo. “Loh, itu kan aneh,” tambahnya.

Refly Harun menegaskan pentingnya memisahkan antara rezim 10 tahun yang lalu dengan rezim baru agar luka lama tidak terus menumpuk dan menghambat kemajuan bangsa.

“Negeri ini baru aman kalau seandainya clear dulu pemisahan antara rezim 10 tahun dengan rezim yang baru ini,” ujarnya.

Sumber: Tribunnewscom