Maulid Di Condet, Habib Hanif Alatas: Jangan Benturkan Kalimat Tauhid Dengan NKRI!
Sabtu, 10 November 2018
Faktakini.com, Jakarta - Rangkaian acara Peringatan Maulid Baginda Nabi Besar Muhammad SAW & Haul Ke-8 Habib Syech Bin Ali Aljufri pada hari ini, Sabtu (10/11/2018) di Al-Khairaat Condet alhamdulih berlangsung dengan lancar.
Acara ini dihadiri oleh para Ulama dan Habaib antara lain Habib Abdurrahman bin Syech Alatas, Habib Abdullah Almuchdor dari Hadramaut, Habib Muchsin bin Zaid Alatas, Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas, Habib Hud bin Muhammad Bagir Alatas, Habib Achyad Banahsan, Habib Mahdi bin Abdurrahman bin Syech Alatas, KH Syukron Makmun, KH Abdul Rasyid Abdulah Syafi'i, KH Munawir Aseli, termasuk Shohibul Bait keluarga besar Habib Syech bin Ali Aljufri, beserta ribuan umat Islam yang hadir.
Dalam acara yang mengambil tema "Meraih Prestasi dengan meneladani RASULULLAH SAW sebagai Pahlawan Umat Manusia" Ini, usai pembacaan Sholawat, Dzikir, dan Maulid Nabi Muhammad SAW, anak-anak TKIT, SDIT dan SMIT Al-Khairaat menunjukkan kemampuannya dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dan Sholawat.
Lalu acara ceramah dan penceramah pertama adalah Habib Abdullah bin Abdurrahman Almuchdor dari Hadramaut.
Dalam ceramahnya yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Habib Musthofa Alhamid, Habib Abdullah menyampaikan bahwa bulan ini Rabi'ul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang harus disambut dengan sukacita.
"Islam yang hakiki adalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, tidak ada Islam Nusantara, yang ada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang rahmatan lil alamin, mengajak amar ma'ruf nahi munkar", tegas Habib Abdullah.
Kemudian penceramah kedua adalah "Singa Podium" Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas, yang juga merupakan menantu Imam Besar umat Islam Habib Rizieq Shihab.
Sebelum Habib Hanif memulai ceramahnya, para Jamaah diminta oleh Shohibul Bait untuk membacakan Surat Al-Fatihah untuk mendoakan keselamatan Imam Besar umat Islam Habib Rizieq Shihab dan mendoakan semoga Allah hancurkan musuh-musuh dan para pemfitnah beliau.
Dalam ceramahnya, Habib Hanif menyampaikan ucapan terima kasih dan salam takzim kepada Keluarga Besar Habib Syech bin Ali Al-Jufri, beserta para Ulama, Habaib dah tokoh masyarakat yang hadir pada hari ini.
Habib Hanif menyatakan kita buat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra' Mi'raj dan lain-lain adalah untuk mengikat hati kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya.
"Di layar televisi pun setiap hari kita dicekoki berita hiburan dan infotainment, tidak ada atau jarang sekali menceritakan tentang kisah-kisah Nabi Muhammad SAW", kata Habib Hanif.
Kemudian Habib Hanif menceritakan tentang perang Mu'tah. Saat itu metode dakwah Nabi adalah mengirimkan surat-surat kepada para pemimpin untuk mengenalkan Islam.
Kemudian satu utusan Nabi Muhammad SAW yaitu Al Harits bin ‘Umair ditugaskan untuk mengirimkan surat dakwah kepada Gubernur Syam (Irak) bernama Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yg baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi.
" Tetapi saat menyampaikan surat, bukannya dimuliakan tetapi Al Harits justru diikat, dibunuh, dipenggal lehernya", ujar Ketua Umum Front Santri Indonesia (FSI) ini.
"Nabi Muhammad SAW kemudian marah luar biasa begitu tau utusannya dibunuh, dan langsung menyiapkan tiga ribu pasukan perangnya!", tegas beliau.
Kemudian Habib Hanif melanjutkan, "Yang memimpin perang ini kemudian Zaid Ibn Haritsah, orang kecintaan Nabi, tetapi beliau justru disuruh memimpin perang."
"Dan sebelum mereka berangkat perang, Rasulullah SAW mengikat mereka dengah Bendera warna putih, sebagai tanda yang dipimpin pasukan perang."
"Dan kemudian Rasulullah SAW berpesan, berpeganglah dengan nama Allah, di jalan Allah, tetapi jangan merusak dimana-mana, jangan bunuh anak kecil, perempuan, kakek-kakek renta, dan jangan ganggu orang yang sedang beribadah di Gereja dan sebagainya. Sungguh luar biasa."
"Jadi kalau ada orang yang membom di wilayah damai, itu bukan Jihad tetapi jahat, itu bukan mati syahid, tetapi mati sangit", kata Habib Hanif.
Setelah diketahui jumlah pasukan musuh ada 100 ribu, pasukan Muslim sempat berhenti dan berpikir, karena jumlah mereka hanya 3 ribu saja. Apakah menunggu pasukan bantuan atau bagaimana. Tetapi kemudian diputuskan tetap maju berperang.
Setelah diketahui jumlah pasukan musuh ada 100 ribu, pasukan Muslim sempat berhenti dan berpikir, karena jumlah mereka hanya 3 ribu saja. Apakah menunggu pasukan bantuan atau bagaimana.
Kemudian Sayidina Abdullah bin Ruwaihah memerintahkan tetap maju, menang atau mati bersimbah darah di jalan Allah. Akhirnya pasukan melanjutkan perjalanan dan menuju Mu'tah lokasi peperangan.
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu’tah. Dua pasukan berhadapan dengan sengit sampai akhirnya Zaid tewas syahid.
Bendera pun beralih ke tangan Sayidina Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan kanannya putus. Bendera Tauhid dia pegangi dengan tangan kiri, dan akhirnya putus juga oleh tangan musuh.
Dalam kondisi demikian, semangat dia tak mengenal surut, ia tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai akhirnya gugur oleh senjata lawan.
Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan dia baik akibat tusukan pedang dan maupun anak panah. Jadi tidak ada tusukan yang ditemukan di bagian belakang tubuhnya, jadi dia tak pernah lari.
" Jadi akhirnya, pasukan Islam tetap menang dgn hanya kehilangan 12 orang dari 3 ribu, sementara pasukan musuh dari 100 ribu pasukan tak terhitung jumlahnya", ujar Habib Hanif.
Itu pelajaran pertama, kata Habib Hanif.
Kemudian beliau menceritakan tentang pertemuan ormas-ormas Islam di Kemenkopolhukam pada hari Jum'at (9/11/2018).
Habib Hanif menyatakan dalam pertemuan itu ia dan ormas-ormas Islam ingin ketegasan pemerintah, mana Bendera Tauhid, mana yang Bendera HTI.
Habib Hanif kemudian mengutip pernyataan Kemendagri pada tahun 2017, yang secara tegas telah menyatakan Bendera HTI itu adalah yang ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia nya.
Habib Hanif menyatakan, "silahkan pihak yang mau memusuhi HTI, tetapi jangan ganggu Kalimat Tauhid, silahkan gunting saja tulisan HTI disitu."
Kemudian Habib Hanif memberikan analogi dengah lambang PPP partai pendukung penista agama yang memakai lambang Ka'bah. Bahwa Ka'bah itu bukan cuma miliknya PPP, sebagaimana Kalimat Tauhid bukan hanya milik HTI.
Lalu Habib Hanif memaparkan bahwa pada pertemuan itu Dirjen Kemendagri Soedarmo secara tegas menyatakan Bendera Tauhid tidak diarang.
" Jangan kita biarkan kalimat dan nama Allah dihinakan! Kalimat Tauhid wajib dimuliakan dimanapun, termasuk di Bendera. Tetapi kita harus berhati-hati dalam memakainya, jangan dalam kaos lalu kita memakainya ke dalam WC, dan lain-lain", tegas Habib Hanif.
Kemudian beliau berkata dengan suara lantang, "Jangan benturkan kalimat Tauhid dengan NKRI!"
Sebelum menutup ceramahnya Habib Hanif mengajak hadirin yang hadir membaca Sholawat Badar dan Mars Bela Islam bersama-sama.
Dan tak lupa beliau mengundang umat Islam untuk menghadiri acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh DPP FPI di Masjid At-Tiin TMII, 19 November 2018
Faktakini.com, Jakarta - Rangkaian acara Peringatan Maulid Baginda Nabi Besar Muhammad SAW & Haul Ke-8 Habib Syech Bin Ali Aljufri pada hari ini, Sabtu (10/11/2018) di Al-Khairaat Condet alhamdulih berlangsung dengan lancar.
Acara ini dihadiri oleh para Ulama dan Habaib antara lain Habib Abdurrahman bin Syech Alatas, Habib Abdullah Almuchdor dari Hadramaut, Habib Muchsin bin Zaid Alatas, Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas, Habib Hud bin Muhammad Bagir Alatas, Habib Achyad Banahsan, Habib Mahdi bin Abdurrahman bin Syech Alatas, KH Syukron Makmun, KH Abdul Rasyid Abdulah Syafi'i, KH Munawir Aseli, termasuk Shohibul Bait keluarga besar Habib Syech bin Ali Aljufri, beserta ribuan umat Islam yang hadir.
Dalam acara yang mengambil tema "Meraih Prestasi dengan meneladani RASULULLAH SAW sebagai Pahlawan Umat Manusia" Ini, usai pembacaan Sholawat, Dzikir, dan Maulid Nabi Muhammad SAW, anak-anak TKIT, SDIT dan SMIT Al-Khairaat menunjukkan kemampuannya dalam membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an dan Sholawat.
Lalu acara ceramah dan penceramah pertama adalah Habib Abdullah bin Abdurrahman Almuchdor dari Hadramaut.
Dalam ceramahnya yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Habib Musthofa Alhamid, Habib Abdullah menyampaikan bahwa bulan ini Rabi'ul Awal adalah bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang harus disambut dengan sukacita.
"Islam yang hakiki adalah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, tidak ada Islam Nusantara, yang ada Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, yang rahmatan lil alamin, mengajak amar ma'ruf nahi munkar", tegas Habib Abdullah.
Kemudian penceramah kedua adalah "Singa Podium" Habib Hanif bin Abdurrahman Alatas, yang juga merupakan menantu Imam Besar umat Islam Habib Rizieq Shihab.
Sebelum Habib Hanif memulai ceramahnya, para Jamaah diminta oleh Shohibul Bait untuk membacakan Surat Al-Fatihah untuk mendoakan keselamatan Imam Besar umat Islam Habib Rizieq Shihab dan mendoakan semoga Allah hancurkan musuh-musuh dan para pemfitnah beliau.
Dalam ceramahnya, Habib Hanif menyampaikan ucapan terima kasih dan salam takzim kepada Keluarga Besar Habib Syech bin Ali Al-Jufri, beserta para Ulama, Habaib dah tokoh masyarakat yang hadir pada hari ini.
Habib Hanif menyatakan kita buat acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra' Mi'raj dan lain-lain adalah untuk mengikat hati kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya.
"Di layar televisi pun setiap hari kita dicekoki berita hiburan dan infotainment, tidak ada atau jarang sekali menceritakan tentang kisah-kisah Nabi Muhammad SAW", kata Habib Hanif.
Kemudian Habib Hanif menceritakan tentang perang Mu'tah. Saat itu metode dakwah Nabi adalah mengirimkan surat-surat kepada para pemimpin untuk mengenalkan Islam.
Kemudian satu utusan Nabi Muhammad SAW yaitu Al Harits bin ‘Umair ditugaskan untuk mengirimkan surat dakwah kepada Gubernur Syam (Irak) bernama Hanits bin Abi Syamr Al-Ghassani yg baru diangkat oleh Kekaisaran Romawi.
" Tetapi saat menyampaikan surat, bukannya dimuliakan tetapi Al Harits justru diikat, dibunuh, dipenggal lehernya", ujar Ketua Umum Front Santri Indonesia (FSI) ini.
"Nabi Muhammad SAW kemudian marah luar biasa begitu tau utusannya dibunuh, dan langsung menyiapkan tiga ribu pasukan perangnya!", tegas beliau.
Kemudian Habib Hanif melanjutkan, "Yang memimpin perang ini kemudian Zaid Ibn Haritsah, orang kecintaan Nabi, tetapi beliau justru disuruh memimpin perang."
"Dan sebelum mereka berangkat perang, Rasulullah SAW mengikat mereka dengah Bendera warna putih, sebagai tanda yang dipimpin pasukan perang."
"Dan kemudian Rasulullah SAW berpesan, berpeganglah dengan nama Allah, di jalan Allah, tetapi jangan merusak dimana-mana, jangan bunuh anak kecil, perempuan, kakek-kakek renta, dan jangan ganggu orang yang sedang beribadah di Gereja dan sebagainya. Sungguh luar biasa."
"Jadi kalau ada orang yang membom di wilayah damai, itu bukan Jihad tetapi jahat, itu bukan mati syahid, tetapi mati sangit", kata Habib Hanif.
Baca Juga
- Buya Anwar Abbas kecam pengelola Ayam Goreng Widuran Solo
- [Live] Seminar & Dialog Tokoh tentang Wawasan Pancasila DENGAN TEMA 1 JUNI SEBAGAI HARI LAHIR PANCASILA : ANTARA FAKTA HISTORIS DAN HEGEMONI POLITIK
- Habib Rizieq: Rangkuman Seminar 'Hari Lahir Pancasila: Antara Fakta Historis dan Hegemoni Politik'
Setelah diketahui jumlah pasukan musuh ada 100 ribu, pasukan Muslim sempat berhenti dan berpikir, karena jumlah mereka hanya 3 ribu saja. Apakah menunggu pasukan bantuan atau bagaimana. Tetapi kemudian diputuskan tetap maju berperang.
Setelah diketahui jumlah pasukan musuh ada 100 ribu, pasukan Muslim sempat berhenti dan berpikir, karena jumlah mereka hanya 3 ribu saja. Apakah menunggu pasukan bantuan atau bagaimana.
Kemudian Sayidina Abdullah bin Ruwaihah memerintahkan tetap maju, menang atau mati bersimbah darah di jalan Allah. Akhirnya pasukan melanjutkan perjalanan dan menuju Mu'tah lokasi peperangan.
Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, panglima pertama yang ditunjuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam, kemudian membawa pasukan ke wilayah Mu’tah. Dua pasukan berhadapan dengan sengit sampai akhirnya Zaid tewas syahid.
Bendera pun beralih ke tangan Sayidina Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Sepupu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam ini berperang sampai tangan kanannya putus. Bendera Tauhid dia pegangi dengan tangan kiri, dan akhirnya putus juga oleh tangan musuh.
Dalam kondisi demikian, semangat dia tak mengenal surut, ia tetap berusaha mempertahankan bendera dengan cara memeluknya sampai akhirnya gugur oleh senjata lawan.
Berdasarkan keterangan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, salah seorang saksi mata yang ikut serta dalam perang itu, terdapat tidak kurang 90 luka di bagian tubuh depan dia baik akibat tusukan pedang dan maupun anak panah. Jadi tidak ada tusukan yang ditemukan di bagian belakang tubuhnya, jadi dia tak pernah lari.
" Jadi akhirnya, pasukan Islam tetap menang dgn hanya kehilangan 12 orang dari 3 ribu, sementara pasukan musuh dari 100 ribu pasukan tak terhitung jumlahnya", ujar Habib Hanif.
Itu pelajaran pertama, kata Habib Hanif.
Kemudian beliau menceritakan tentang pertemuan ormas-ormas Islam di Kemenkopolhukam pada hari Jum'at (9/11/2018).
Habib Hanif menyatakan dalam pertemuan itu ia dan ormas-ormas Islam ingin ketegasan pemerintah, mana Bendera Tauhid, mana yang Bendera HTI.
Habib Hanif kemudian mengutip pernyataan Kemendagri pada tahun 2017, yang secara tegas telah menyatakan Bendera HTI itu adalah yang ada tulisan Hizbut Tahrir Indonesia nya.
Habib Hanif menyatakan, "silahkan pihak yang mau memusuhi HTI, tetapi jangan ganggu Kalimat Tauhid, silahkan gunting saja tulisan HTI disitu."
Kemudian Habib Hanif memberikan analogi dengah lambang PPP partai pendukung penista agama yang memakai lambang Ka'bah. Bahwa Ka'bah itu bukan cuma miliknya PPP, sebagaimana Kalimat Tauhid bukan hanya milik HTI.
Lalu Habib Hanif memaparkan bahwa pada pertemuan itu Dirjen Kemendagri Soedarmo secara tegas menyatakan Bendera Tauhid tidak diarang.
" Jangan kita biarkan kalimat dan nama Allah dihinakan! Kalimat Tauhid wajib dimuliakan dimanapun, termasuk di Bendera. Tetapi kita harus berhati-hati dalam memakainya, jangan dalam kaos lalu kita memakainya ke dalam WC, dan lain-lain", tegas Habib Hanif.
Kemudian beliau berkata dengan suara lantang, "Jangan benturkan kalimat Tauhid dengan NKRI!"
Sebelum menutup ceramahnya Habib Hanif mengajak hadirin yang hadir membaca Sholawat Badar dan Mars Bela Islam bersama-sama.
Dan tak lupa beliau mengundang umat Islam untuk menghadiri acara Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh DPP FPI di Masjid At-Tiin TMII, 19 November 2018