Viral di Amerika: Gereja Sibuk dengan Prosedur, Islamic Center Langsung Selamatkan “Bayi Lapar”
Rabu, 12 November 2025
Faktakini.info
UFN
*Viral di Amerika: Gereja Sibuk dengan Prosedur, Islamic Center Langsung Selamatkan “Bayi Lapar”*
Sebuah eksperimen sosial di Amerika Serikat menghebohkan dunia maya dan tanpa disangka justru mengangkat citra Islam di mata publik. Perempuan bernama Nikalie Monroe, seorang veteran dan konselor asal Kentucky, melakukan eksperimen melalui serangkaian panggilan telepon ke berbagai rumah ibadah di seluruh negeri. Ia berpura-pura menjadi seorang ibu tunggal yang kehabisan susu formula untuk bayinya yang baru berusia dua bulan.
Dalam setiap panggilan, Monroe menggunakan suara tangis bayi yang direkam, seolah-olah tengah menghadapi situasi nyata yang genting. Ia kemudian meminta bantuan kepada lembaga-lembaga keagamaan—termasuk gereja besar dan pusat ibadah lain—untuk mendapatkan sedikit susu bagi bayinya.
Hasilnya justru mengundang keprihatinan. Dari lebih dari 40 rumah ibadah yang dihubungi, sebagian besar gereja besar di Amerika menolak memberi bantuan langsung. Banyak yang meminta ia mengisi formulir, menunggu persetujuan, atau hanya merujuknya ke lembaga lain. Dalam konteks darurat—di mana seorang bayi digambarkan sedang kelaparan—respon seperti itu terasa dingin dan birokratis.
Namun satu tempat justru menyalakan kembali kehangatan kemanusiaan: Islamic Center of Charlotte, di Carolina Utara. Begitu menerima panggilan, staf pusat Islam itu tidak menanyakan agama, identitas, atau bukti keadaan darurat. Mereka hanya berkata lembut, “Kami akan bantu. Jenis susu apa yang Ibu butuhkan? Silakan segera datang, kami akan siapkan.”
Tanggapan cepat, tulus, dan tanpa syarat itu membuat video eksperimen Monroe viral di TikTok dan diberitakan oleh media besar seperti Houston Chronicle, IBTimes, dan Bored Panda. Ribuan komentar memuji kepedulian Muslim yang ditunjukkan pusat Islam tersebut—sebuah contoh nyata nilai rahmah (kasih sayang) dalam Islam.
Sementara itu, Lakewood Church, salah satu megachurch terbesar di Houston, menjadi sorotan karena menjawab dengan nada prosedural: bantuan hanya bisa diberikan melalui “pelayanan kasih” setelah proses pengajuan disetujui, yang bisa memakan waktu beberapa hari atau minggu. Setelah viral, pihak gereja pun meminta maaf dan mengaku “terjadi kesalahan komunikasi”.
Meski eksperimen ini menggunakan skenario fiktif, tanggapan para lembaga yang dihubungi benar-benar nyata. Secara sosiologis, eksperimen ini menyoroti perbedaan mendasar antara agama yang mengajarkan belas kasih secara teoritis dan komunitas yang menampilkannya secara nyata.
Islamic Center of Charlotte kini menuai pujian luas, bahkan dari non-Muslim. Banyak warga Amerika menulis komentar seperti “Jika ini wajah Islam, dunia butuh lebih banyak Muslim seperti mereka” dan “Saya bukan Muslim, tapi setelah melihat ini, saya memahami mengapa Islam menekankan sedekah dan kasih sayang.”
Eksperimen sederhana itu akhirnya menyampaikan pesan besar:
Ketika banyak bicara tentang cinta, Islam diam-diam menyalurkannya dalam tindakan nyata.
Saat yang lain menunggu izin, Islam langsung mengulurkan tangan.

